"Aku mau putus!"
Sudah empat tahun Nindya menjalin hubungan dengan Robby, teman sekelas waktu SMA. Namun semenjak kuliah mereka sering putus nyambung dengan permasalahan yang sama.
Robby selalu bersikap acuh tak acuh dan sering menghindari pertikaian. Sampai akhirnya Nindya meminta putus.
Nindya sudah membulatkan tekatnya, "Kali ini aku tidak akan menarik omonganku lagi."
Tapi ini bukan kisah tentang Nindya dan Robby. ini kisah tentang Nindya dan cinta sejatinya. Siapakah dia? Mampukah dia melupakan cinta Robby? dan Apakah cinta barunya mampu menghapus jejak Robby?
Happy reading~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ginevra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kapal Berlayar
Happy reading~
.
.
.
Ia merebahkan badannya, matanya menatap lurus ke arah atap rumah seolah menghitung banya genting yang terpasang, dan tangannya berulang kali mengusap kening yang berkerut.
'Menikah ya?' berulang kali Nindya memikirkannya, otaknya tetap saja tidak mampu membayangkan dirinya menikah dalam waktu dekat ini.
Dia tidak ragu dengan pasangannya, tidak sedikitpun. Aan adalah sosok pasangan yang ia idam-idamkan. Selain tampan, dia juga dewasa, bertanggung jawab, dan berilmu. Terlebih lagi dia satu-satunya orang yang mampu meluluhkan benteng es yang dibangun oleh kedua orang tuanya.
Namun dia ragu dengan dirinya sendiri. 'Menikah? Aku menikah? Aku yang masih kayak anak kecil ini?' batinnya sedang berperang.
'Ah semua ini gara-gara Tahun Duda.'
Sekilas info~
Tahun Duda adalah istilah mitos dalam kepercayaan Jawa yang menganggap suatu tahun sebagai masa pantangan untuk menikah karena dipercaya akan menyebabkan kematian pasangan atau suami menjadi duda. Kepercayaan ini muncul dari perhitungan kalender Jawa, di mana tahun yang jatuh pada tanggal 1 Suro dianggap sebagai tahun duda, karena pasaran harinya dianggap tidak memiliki pasangan yang cocok.
Entahlah....
Intinya menurut orang tua jaman dulu menikah di tahun duda itu tidak baik. Sehingga calon mempelai harus mempercepat proses pernikahan atau sebaliknya, mengundur pernikahan hingga satu tahun.
Sebenarnya Ibu Nindya memberikan 2 pilihan kepada Aan. Mau maju atau mundur. Kalau mundur ya harus menunggu satu tahun. Tentu saja Aan memilih maju. Tahu sendiri kan Aan orangnya bagaimana. Dia mah nggak bisa lama-lama memendam rasa. Rasa apa tuch?
'Tring!'
Suara chat whatsapp.
Aan :
Dek, besok kamu harus mengurus surat pengantar di Balai desa ya...
^^^Nindya: ^^^
^^^Waduh.. ini benaran aku mau nikah? Huhuhu.^^^
Aan:
Iya dong... Selamat ya! Hehe
^^^Nindya :^^^
^^^Itu tidak menghibur sama sekali^^^
Aan:
Biar cepat, kita mengurus masing-masing dulu di Balai desa baru nanti kita ke KUA nya bareng-bareng.
^^^Nindya:^^^
^^^Hah? Cepat banget mau akad ke KUA.^^^
Aan:
Belum Akad dek... Kita mengurus dulu ke KUA. Di sana biasanya ada penyuluhan dulu dan melengkapi administrasi.
^^^Nindya: ^^^
^^^Huhuhuhu^^^
Aan:
Semoga kelar dalam waktu seminggu. Terus kita bisa ngomongin acara akadnya bagaimana.
^^^Nindya:^^^
^^^Sebentar deh... Kasih nafas dulu lah...^^^
Aan:
Kenapa dek? Kamu habis lari apa gimana?
^^^Nindya:^^^
^^^Bukan... Maksudku kita nggak bisa apa sedikit memperlambat prosesnya?^^^
Aan:
Hehehe... Iya aku tahu. Tapi aku yakin kalau kamu jodohku. Aku yakin kamu mampu jadi istri yang soleha untukku. Kamu gimana? Yakin nggak kalau aku bisa jadi suami yang baik?
^^^Nindya:^^^
^^^Aku sih yakin sama mas.^^^
Aan:
Nah, masalah selesai.
^^^Nindya:^^^
^^^Tapi aku nggak yakin sama diriku sendiri mas. ^^^
Aan:
Pernikahan itu bukan untuk satu orang saja. Kan ada aku. Kita bisa saling belajar, saling membantu, saling membimbing. Gitu kan?
^^^Nindya:^^^
^^^Sifatku masih kayak anak kecil. Aku takut mas kuwalahan.^^^
Aan:
Masa sih? Yang kulihat malah sebaliknya. kalau memang kamu masih kayak anak kecil ya gak apa-apa. Nanti juga dewasa sendiri. Kan ada aku yang siap mendewasakan dirimu. Wkwkwkwk.
^^^Nindya:^^^
^^^Auk ah..^^^
Aan:
Jangan lupa besok ya! Kita cuma punya waktu kurang dari 2 minggu karena kepotong hari sabtu minggu.
^^^Nindya:^^^
^^^Iya..iya... Bawel ah!^^^
Percakapan mereka berakhir dengan Nindya yang masih menyimpan tanda tanya besar di hatinya.
****
Singkat cerita, mereka mampu menyelesaikan misi mengurus petok dalam waktu kurang dari 2 minggu. Sungguh perlu diapresiasi sih untuk orang yang masih ragu dengan dirinya sendiri.
Karena waktu yang singkat ini membuat ketiga orang tua mereka sepakat untuk mengadakan acara akad terlebih dahulu yang hanya dihadiri oleh saudara dekat. Untuk resepsi akan menyusul satu atau dua bulan lagi.
Sore itu sangat cerah. Tidak ada mendung atau hujan yang menghambat acara penting mereka. Nindya sudah siap dengan kebaya dan kerudung serba putih. Riasannya dibuat agak tebal kali ini. Namun riasan tebal tidak bisa menutupi kecantikannya.
Semua mata tertuju pada Nindya yang berjalan menuju ke tempat akad. Tak terkecuali dengan Aan yang tidak mampu menutup mulutnya yang sedari tadi menganga karena kecantikan Nindya.
Dengan nakal, Nindya berkedip ke arah Aan membuat jantungnya kembali berdegup kencang.
Sebisa mungkin Aan menenangkan jantungnya untuk bersiap mengucap ijab kabul.
"Ehem" ia berdeham dan merapikan jas hitamnya. Tapi jantungnya kembali berpacu ketika Nindya duduk di sampingnya. Seperti ada magnet, matanya tak henti menatap kecantikan Nindya.
"Fokus fokus!" Kata Pak penghulu kepada laki-laki yang tak bisa melepaskan pandangannya terhadap pasangannya.
"Maaf," ucap Aan bersiap untuk ijab kabul.
"Sudah siap nak?" Tanyanya.
"Kita latihan dulu satu kali," Ujar Pak penghulu.
Setelah satu kali latihan, akhirnya mereka siap melangsungkan ijab kabul.
Tangan Nindya tidak berhenti meremas, jantungnya juga tidak bisa ia tenangkan. Sayup-sayup ia mendengar pasangannya mengucapkan kabul sambil menjabat tangan penghulu.
Qobiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkuur.
"Bagaimana, saksi?" Tanya Pak penghulu kepada para saksi.
"Sah!" Jawab semua saksi.
Alhamdulillah...
Derai air mata yang tertahan akhirnya mengalir deras di pipi Nindya. Entah mengapa ia menangis kala itu. Padahal di hatinya ia sangat bahagia.
Ia menatap wajah Aan yang sekarang telah resmi menikahinya. 'Ah...aku sudah tidak bisa melirik cowok ganteng lagi nih,' batinnya agak ngawur.
Sebaliknya, Aan sangat lega bahwa ia benar-benar bisa mewujudkan mimpi sambil berjalannya. Ia ada disamping Nindya sebagai pasangan suami istri tidak hanya sebagai tamu undangan.
Senyum merekah tak henti mereka perlihatkan. Tangisan bahagia mengalir sepanjang doa. Ah bahagia sekali mereka.
Tawa tangis menyertai acara sore itu. Doa semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah selalu berkumandang. Pak Broto dan istrinya juga tidak bisa menahan tangis di depan para tamu undangan.
"Selamat ya!" Kalimat template namun sangat berarti bagi kedua suami istri itu. "Akhirnya anak pertama kita menikah ya mas, tinggal 3 lagi nih," ucap Ibu Nindya sambil tertawa.
Prosesi Akad pun selesai. Para tamu sudah pulang ke rumah masing-masing. Sekarang yang tersisa hanya keluarga Nindya dan keluarga Aan.
"Loh? Mas nggak pulang? Ini mau magrib. Apa mas mau sholat disini?" Ucap Nindya.
Kalimat polos ini membuat semua orang tertawa. Nindya belum sepenuhnya sadar kalau Aan sudah menjadi suaminya.
"Yang pulang hanya aku saja nduk," ucap Ibu mertua sambil tersenyum.
Kemudian Ibu mertua pulang bersama rombongan keluarga Aan.
'Sebentar... Terus mas Aan tidur dimana dong? Jangan bilang dia tidur bareng aku? Oh no!' batinnya sambil menepuk kedua pipinya dengan keras.
Tepukan pipi Nindya membuat Aan kaget dan berkata, "ada apa dek?"
"Tidak apa-apa, he he he," ucapnya sambil tertawa canggung.
.
.
.
.
Akhirnya kapal kita berlayar. Minta doa nya teman-teman semoga mereka menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah. Amiiin..