"Jangan lagi kau mencintaiku,cinta mu tidak pantas untuk hatiku yang rusak"
Devan,mengatakannya kepada istrinya Nadira... tepat di hari anniversary mereka yang ke tiga
bagaimana reaksi Nadira? dan alasan apa yang membuat Devan berkata seperti itu?
simak cerita lengkapnya,di sini. Sebuah novel yang menceritakan sepasang suami istri yang tadinya hangat menjadi dingin hingga tak tersentuh
Jangan lupa subscribe dan like kalo kamu suka alur ceritanya🤍
Salam hangat dari penulis💕
ig:FahZa
tikt*k:Catatan FahZa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan_nic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Pesan dan Rencana
Profesor Takeda menatap layar monitor di depannya. Gambar otak Devan muncul dalam resolusi tinggi.Titik gelap yang selama ini jadi musuh diam-diam menatap balik ke arahnya.Ia menarik napas panjang.
“Tumor di lobus frontal kanan.Lebih dalam dari perkiraan,” gumamnya lirih, suara teredam di balik masker.
Puluhan tahun di ruang operasi membuatnya kebal terhadap tekanan.Ia mencondongkan tubuh sedikit, mengangkat alat bedah mikroskopisnya.“Mulai tahap pertama,” katanya pelan.Instruksi itu diikuti gemuruh langkah kecil para asisten.
Monitor berdetak, ruang itu kembali sunyi.Waktu berhenti,meninggalkan hanya suara alat, napas yang tertahan, dan keyakinan seorang profesor bahwa malam ini ia tidak boleh gagal.
Namun sebelum alat bedah itu mendarat di kulit kepala Devan.Sebuah pesan muncul di layar ponselnya.
Profesor Takeda menatap layar ponsel itu,matanya menyipit tangannya sedikit bergetar.Ia letakkan lagi alat bedah yang sudah siap di tangannya,menatap satu persatu wajah asisten yang biasa membantunya.
***
Di ruangan temaram,Tuan Alfonso menyeringai.Sorot matanya tajam menatap layar ponsel yang baru saja ia sentuh.
Sebuah pesan ia kirimkan pada seseorang.Pesan itu seperti sesuatu yang sangat berharga,yang hanya dirinya saja yang mengetahui nya."Kekuasaan akan mengalahkan segalanya".Datar nada bicaranya.
Andreas berdiri tepat di depannya.Gerakannya selalu berhati-hati.Tangannya,sedikit mengepal di sisi tubuh tegapnya.
"Apa,Anda benar-benar yakin dengan keputusan ini Tuan?"
"Dunia ini terasa sulit ,hanya untuk orang-orang yang kalah Andreas. Dan aku bukan salah satunya."
"Bagaimana dengan calon pewaris Alveron yang sedang di kandung oleh istri Tuan Muda Devan?"
"Biarkan,Maria saja yang mengurusnya.Bagianku adalah,secepatnya membuat robot di tubuh Devan.Aku butuh pewaris yang bisa ku kendalikan,bukan orang bodoh yang mudah lemah karena cinta."
Seketika ruang itu menjadi dingin,seiring pesan yang telah terkirim.
***
Studio ruang tempat Henry melukis tidak seperti pada umumnya. Tidak berantakan, tidak penuh cat yang menetes di lantai.Setiap detail di sana,seperti sudah diatur sesuai selera pemiliknya.
Dindingnya berwarna cream lembut, berpadu dengan pencahayaan hangat dari lampu gantung berbentuk silinder kaca yang memantulkan kilau keemasan di seluruh ruangan.
Di satu sisi, deretan kanvas berukuran besar bersandar rapi.Beberapa masih polos, beberapa berisi siluet samar yang belum selesai.Aroma cat minyak bercampur dengan wangi kopi hitam,menciptakan atmosfer tenang.
Henry duduk di depan sebuah kanvas besar hampir seukuran dengan tubuhnya.Tangannya bergerak perlahan, kuasnya menari di udara sebelum menyentuh permukaan putih itu.
Setiap sapuan warna berpadu tanpa batas.Biru muda melebur ke abu keperakan, lalu memudar menjadi putih pucat.Menciptakan kesan kabut yang nyaris bisa disentuh.Tak ada garis tegas, tak ada pemisah antara cahaya dan bayangan.Hanya gradasi lembut yang menyatu seperti napas.
Henry memiringkan kepala, matanya menelusuri detail halus pada lukisan itu.Di permukaan kanvas, perlahan muncul siluet wajah perempuan yang samar, seolah terselimuti embun.Sebuah karya yang di pesan khusus oleh seorang pria berkebangsaan Inggris.
Suara ketukan pintu terdengar biasa.Ketukan dari Luca yang sejak tadi ditunggu olehnya.
"Masuklah,Luca"
Sosok tegap Luca sebentar saja sudah berdiri di belakangnya.
"Jadi siapa wanita bernama Rafika itu,Luca?"
"Perempuan itu seorang Dokter bedah umum,di salah satu Rumah Sakit di kota ini Tuan".
Henry menghentikan gerakan kuasnya.Ia menoleh pelan ke arah berdirinya Luca.
"Devan memiliki jadwal khusus,untuk kontrol kesehatannya pada Dokter ini. Dan lebih mengejutkan lagi Devan memiliki catatan medis di Rumah Sakit itu sebagai pasien Glioblastoma stadium 4".
"Maksudmu,Devan bukan berselingkuh pada wanita itu.Tapi,dia adalah pasiennya?"
"Betul Tuan,wanita itu hanya pernah menjadi teman dekatnya saat Devan belum menikahi Nadira".
Henry terdiam,mencoba mencerna apa yang sudah Luca katakan tadi.'Devan,ternyata menyembunyikan penyakitnya dari Nadira.Pria itu,memiliki hati yang lembut.Ia tidak ingin kesedihan menerpa orang yang ia cintai',bisik pelan hatinya.
"Luca,apa ada catatan yang menunjukkan kapan Devan terakhir menemui Dokter itu?"
"Sebelum malam Gala Estetika',itu terakhir kunjungannya ke Rumah Sakit itu Tuan."
"Berarti,setelah selesai malam puncak itu baru dia menghilang".
"Benar Tuan,nama Devan tercatat di airport menuju luar negeri."
"Di mana tujuannya?".
"Aku melihat ada kejanggalan di catatan itu Tuan, seperti catatan fiktif."
"Cari tahu Luca,aku ingin semuanya menjadi jelas. Dan satu lagi,besok aku akan mengajak Nadira ke Rumah Sakit tempat Dokter itu berada.Pastikan penjagaan kami berdua ketat.Karna wanita tua itu sudah pasti mengincarnya."
Luca menganggukan kepalanya,"Baik Tuan,ada lagi yang harus aku lakukan Tuan?"
"Satu lagi,cari tahu tentang makanan sehat untuk ibu hamil.Pastikan persediaannya lengkap di dapur".
"Tuan,tapi aku...belum pernah memiliki istri yang hamil"
"Apa kalau aku minta kau untuk membeli obat luka bakar,kau harus memegang api dulu Luca?"
Luca berdiri sedikit gemetar,suaranya sedikit terbata.
"Baik Tuan,aku mengerti".
Luca membungkukkan badannya setengah,berlalu dengan langkah sedikit gontai.Menyadari kebodohannya tadi.'Kenapa aku tidak bisa berfikir jika berhubungan dengan hal mendasar pada wanita,apa karena sudah terlalu lama aku tidak memikirkan wanita,ah...entahlah'.Ujar Luca dalam hatinya.
***
Henry kembali menekuni kuas ditangan,gerakannya fokus meski hatinya kini mulai bicara.
'Aku sangat menyukaimu Nadira,sangat mencintaimu.
Meski banyak wanita lain aku temui,tapi yang aku pikirkan adalah kenapa itu bukan kamu'.
'Sampai aku bertemu Devan,aku merasa tidak bisa menandinginya karna dia yang lebih dulu mengikatmu'
'Jika,Devan adalah takdir yang tidak bisa ku ubah. Maka biarlah aku tetap menjadikanmu kekasihku.
Meski aku harus melajang selamanya'.
Kalimat demi kalimat menghiasi rongga dadanya, menghasilkan goresan yang lebih bernyawa di setiap guratan kuas kecil yang sedang menari di atas kanvas.
"Tapi aku masih punya kesempatan untuk mengubah takdir mu,Devan.Bukankah kau ingin menghilang?"
"Aku akan senang hati, membantumu untuk hilang.Dengan caraku sendiri"
Ujung bibirnya terangkat sedikit,seolah sedang menemukan awal yang segera akan ia jalankan.
Henry,menyusun rencana di otaknya.
*
*
*
~Pesan apa yang Tuan Alfonso kirimkan?
~Pada siapa pesan itu terkirim?
~Dan rencana apa yang ada di otak Henry?
*Nantikan cerita selanjutnya,jangan lupa tekan like dan Subscribe
~Salam hangat dari Penulis 🤍