Sekar Ayu, gadis sederhana lulusan SMK, hidup di bawah naungan paman dan bibinya yang sukses di dunia fashion. Meski tumbuh di lingkungan materialistis, Sekar tetap menjaga kelembutan hati. Hidupnya berubah ketika bertemu Arumi, istri seorang konglomerat, yang menjodohkannya dengan Bayu Pratama, CEO muda dan pewaris perusahaan besar.
Namun, Bayu menyimpan luka mendalam akibat pengkhianatan cinta masa lalu, yang membuatnya membatasi dirinya dari kasih sayang. Pernikahan mereka berjalan tanpa cinta, namun Sekar berusaha menembus tembok hati Bayu dengan kesabaran dan cinta tulus. Seiring waktu, rahasia masa lalu Bayu terungkap, mengancam kebahagiaan mereka. Akankah Sekar mampu menyembuhkan luka Bayu, atau justru masa lalu akan menghancurkan hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Sen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
hari pertama kerja.
Keesokan harinya, mentari baru saja naik di balik pepohonan besar di halaman rumah Pratama. Udara pagi masih lembap oleh embun, tapi Sekar sudah bersiap sejak fajar. Ia menatap dirinya di cermin, luka di kening masih tampak, balutan di lengan belum kering sempurna, namun tekad di matanya tak lagi rapuh seperti kemarin.
“Sekar harus kuat,” gumamnya pelan sambil merapikan rambutnya ke belakang. Ia mengambil tas kecil dan mengenakan baju sederhana berwarna krem. Meski Mbok Rini sempat melarangnya keluar, Sekar tetap berangkat dengan senyum kecil. Luka fisik bukan apa-apa dibanding luka batin yang sudah terlalu dalam.
Mobil jemputan toko roti milik Arifal datang menjemputnya tepat pukul delapan. Di dalam mobil, Sekar menatap keluar jendela. Jalanan terasa panjang, tapi setiap tikungan seakan membawanya menuju kehidupan baru, kehidupan yang ingin ia bangun sendiri, tanpa bergantung pada siapa pun.
Toko roti “Delicia Bakery” milik Arifal berdiri megah di sudut jalan besar. Aroma roti hangat menyambut siapa pun yang melangkah masuk. Sekar sedikit kagum melihat betapa ramai dan teraturnya tempat itu. Para karyawan berseragam sibuk melayani pelanggan, sementara di balik kaca dapur terlihat deretan loyang yang baru keluar dari oven.
“Sekar,” sapa Arifal sambil tersenyum ketika melihatnya datang. “Kamu yakin sanggup kerja hari ini? Luka di keningmu—”
Sekar tersenyum kecil, menepis kekhawatiran itu. “Aku baik-baik saja, Fal. Luka di luar bisa sembuh. Yang penting sekarang aku mulai dari sini.”
Arifal menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Baik. Aku akan tunjukkan kamu bagian pengawasan hari ini. Kamu cukup mengamati alur kerja, kenali sistemnya dulu. Nanti kalau sudah terbiasa, aku ajari cara mengatur jadwal karyawan dan stok bahan.”
Sekar mengangguk mantap. “Terima kasih, Fal. Aku nggak akan mengecewakan.”
Hari itu berlalu dengan padat. Sekar bekerja tanpa mengeluh sedikit pun. Meski beberapa kali keringat bercampur dengan rasa nyeri di pelipisnya, ia tetap tersenyum setiap kali pelanggan menyapa. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Sekar merasa dirinya berharga.
Di sisi lain, siang itu menjadi waktu yang paling menegangkan bagi Bayu. Ia duduk di ruang kerja Hasan, menatap jam dinding yang berdetak lambat. Hari ini seharusnya hasil tes DNA keluar — hari yang akan menentukan apakah semua tuduhan Alira benar atau hanya jebakan busuk yang menghancurkan hidupnya.
Namun, waktu berlalu tanpa kabar. Hasan belum juga datang. Bayu mencoba menghubungi beberapa kali, tapi tak ada jawaban. Perasaan tak enak menyusup ke dadanya. Baru saja ia berdiri hendak keluar, ponselnya bergetar di atas meja. Nama di layar membuat napasnya terhenti sejenak: Rama.
“Rama?” suaranya parau ketika mengangkat telepon.
“Yu…” suara di seberang terdengar terguncang. “Kamu di mana sekarang?”
“Di rumah Hasan. Aku lagi nunggu dia, kenapa?”
Hening sejenak, lalu Rama berbicara dengan nada berat. “Hasan… Hasan kecelakaan, Yu. Mobilnya terbakar habis setelah menabrak truk tangki minyak di jalur tol arah barat.”
Bayu membeku. “Apa... apa yang kamu bilang?”
“Dia sekarang kritis di rumah sakit. Tapi semua yang ada di mobil nggak bisa diselamatkan. Polisi bilang api terlalu cepat membesar.”
Kata-kata Rama menggema di kepala Bayu. Dunia seakan berhenti berputar. Ia teringat map cokelat berisi hasil DNA yang seharusnya dibawa Hasan hari ini. Hasil yang bisa membersihkan namanya… kini mungkin lenyap bersama mobil yang terbakar itu.
“Tidak…” Bayu menunduk, menekan keningnya dengan telapak tangan. “Tidak mungkin…”
“Yu, kamu harus segera ke rumah sakit,” lanjut Rama cemas. “Aku tahu kamu di luar kota, tapi—”
“Aku nggak di luar kota,” potong Bayu pelan, suaranya berat penuh tekanan. “Aku… di sini. Aku akan ke sana sekarang.”
Setelah panggilan terputus, Bayu terdiam lama. Pandangannya kosong menatap meja kerja yang kini terasa hampa. Lembar kertas yang seharusnya menjadi jawaban atas semua keraguan — kebenaran yang bisa mengakhiri mimpi buruk itu — kini musnah terbakar bersama mobil Hasan.
Satu-satunya saksi yang bisa menjelaskan semuanya kini terbaring kritis antara hidup dan mati.
Bayu mengepalkan tangan. Matanya menatap tajam ke arah jendela, di mana langit mulai mendung seperti menggantung kabar buruk.
“Kalau ini ulah Alira,” ucapnya perlahan, suaranya dingin dan getir, “aku bersumpah… aku nggak akan diam lagi.”
Keesokan harinya, mentari baru saja naik di balik pepohonan besar di halaman rumah Pratama. Udara pagi masih lembap oleh embun, tapi Sekar sudah bersiap sejak fajar. Ia menatap dirinya di cermin, luka di kening masih tampak, balutan di lengan belum kering sempurna, namun tekad di matanya tak lagi rapuh seperti kemarin.
“Sekar harus kuat,” gumamnya pelan sambil merapikan rambutnya ke belakang. Ia mengambil tas kecil dan mengenakan baju sederhana berwarna krem. Meski Mbok Rini sempat melarangnya keluar, Sekar tetap berangkat dengan senyum kecil. Luka fisik bukan apa-apa dibanding luka batin yang sudah terlalu dalam.
Mobil jemputan toko roti milik Arifal datang menjemputnya tepat pukul delapan. Di dalam mobil, Sekar menatap keluar jendela. Jalanan terasa panjang, tapi setiap tikungan seakan membawanya menuju kehidupan baru kehidupan yang ingin ia bangun sendiri, tanpa bergantung pada siapa pun.
Toko roti milik Arifal berdiri megah di sudut jalan besar. Aroma roti hangat menyambut siapa pun yang melangkah masuk. Sekar sedikit kagum melihat betapa ramai dan teraturnya tempat itu. Para karyawan berseragam sibuk melayani pelanggan, sementara di balik kaca dapur terlihat deretan loyang yang baru keluar dari oven.
“Sekar,” sapa Arifal sambil tersenyum ketika melihatnya datang. “Kamu yakin sanggup kerja hari ini? Luka di keningmu,”
Sekar tersenyum kecil, menepis kekhawatiran itu. “Aku baik-baik saja, Fal. Luka di luar bisa sembuh. Yang penting sekarang aku mulai dari sini.”
Arifal menatapnya sejenak, lalu mengangguk. “Baik. Aku akan tunjukkan kamu bagian pengawasan hari ini. Kamu cukup mengamati alur kerja, kenali sistemnya dulu. Nanti kalau sudah terbiasa, aku ajari cara mengatur jadwal karyawan dan stok bahan.”
Sekar mengangguk mantap. “Terima kasih, Fal. Aku nggak akan mengecewakan.”
Hari itu berlalu dengan padat. Sekar bekerja tanpa mengeluh sedikit pun. Meski beberapa kali keringat bercampur dengan rasa nyeri di pelipisnya, ia tetap tersenyum setiap kali pelanggan menyapa. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Sekar merasa dirinya berharga.
---
Di sisi lain, siang itu menjadi waktu yang paling menegangkan bagi Bayu. Ia duduk di ruang kerja Hasan, menatap jam dinding yang berdetak lambat. Hari ini seharusnya hasil tes DNA keluar , hari yang akan menentukan apakah semua tuduhan Alira benar atau hanya jebakan busuk yang menghancurkan hidupnya.
Namun, waktu berlalu tanpa kabar. Hasan belum juga datang. Bayu mencoba beberapa kali, tapi tak ada jawaban. Perasaan tak enak menyusup ke dadanya. Baru saja ia berdiri hendak keluar, ponselnya bergetar di atas meja. Nama di layar membuat napasnya terhenti sejenak: Rama.
“Rama?” suaranya parau ketika mengangkat telepon.
“Yu…” suara di seberang terdengar terguncang.
“Kamu di mana sekarang?”
“Di Apartemen kak, ada apa?" begitu jawab Bayu berbohong.
"yu, sebaiknya kamu pulang. Hasan yu... Pengacara keluarga kita mengalami kecelakaan, mobilnya menabrak mobil truk tangki minyak hingga mobilnya terbakar."
Bayu membeku. “Apa... apa yang kamu bilang?”
“Dia sekarang kritis di rumah sakit. Tapi semua yang ada di mobil nggak bisa diselamatkan. Polisi bilang api terlalu cepat membesar.”
Kata-kata Rama menggema di kepala Bayu. Dunia seakan berhenti berputar. Ia teringat map cokelat berisi hasil DNA yang seharusnya dibawa Hasan hari ini. Hasil yang bisa membersihkan namanya… kini mungkin lenyap bersama mobil yang terbakar itu.
“Tidak…” Bayu menunduk, menekan keningnya dengan telapak tangan. “Tidak mungkin…”
“Yu, kamu harus segera ke rumah, agar kamu tahu kondisi Baliau.":
Setelah panggilan terputus, Bayu terdiam lama. Pandangannya kosong menatap meja kerja yang kini terasa hampa. Lembar kertas yang seharusnya menjadi jawaban atas semua keraguan, kebenaran yang bisa mengakhiri mimpi buruk itu, kini musnah terbakar bersama mobil Hasan.
Satu-satunya saksi yang bisa menjelaskan semuanya kini terbaring kritis antara hidup dan mati.
Bayu mengepalkan tangan. Matanya menatap tajam ke arah jendela, di mana langit mulai mendung seperti menggantung kabar buruk.
“Kalau ini ulah Alira,” ucapnya perlahan, suaranya dingin dan getir, “aku bersumpah… aku nggak akan diam lagi.”
Bayu seketika merasa, apa yang dirinya korbankan sia-sia.
Sekar jgn percaya begitu saja sama Alira dong 🥲🥲 Bayu cuma di jebak 🥲🥲
Alira pelakor stress 😅😅😅
kasihan Sekar semoga Sekar percaya begitu saja sama perkataan Alira 🥲🥲
akhirnya Sekar bakal kerja di toko nya Arifal 😄😄
penasaran sama lanjutannya...
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuuu tetap semangat terus yaa Sayyy quuu lanjut kan karya mu 💪💪🥰🥰🤗🤗
penasaran dg lanjutannya..
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu tetap semangat terus Sayyy 🤗🥰💪💪
semoga nnt Sekar bisa kerja di Toko..
bagus juga Sekar Mandiri 😁😁
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya ya Author kesayangan kuuu tetap semangat terus yaa Sayyy quuu 💪💪🤗🤗🥰🥰
gmn jika nnt Bayu tau yaa 😆😆
penasaran dg lanjutannya...
di tunggu updatenya yaa Author kesayangan kuuu tetap terus semangat ya Sayyy 🥰🤗💪💪🤗
di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu Emak Ncingg si Gemoyyy tetap semangat Sayy 🤗🥰💪
penasaran dg lanjut nya gmn yaa nnt jika Bayu tau Sekar kecelakaan?? di tunggu updatenya Author kesayangan kuuu tetap semangat Sayyy 🤗🥰💪
duhh kira² berhasil gk yaa Bayu...
gmn hasilnya nnt??
di tunggu updatenya author kesayangan kuuu Emak Ncinggg si Gemoyyy tetap semangat ya Sayyy 💪💪🥰🥰🤗🤗
semoga Sekar baik² saja 🥲🥲
gmn nnt reaksi Bayu setelah tau Sekar kecelakaan??
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu Semangat ya Sayyy 🐱🤗🥰💪
kira² berhasil gk yaaa??
di tunggu updatenya Author Kesayangan kuuu tetap semangat Sayyy 🥰🐱💪
di tunggu updatenya ya Author Kesayangan kuuu terus semangat Sayyy 💪🥰🐱☺🤗