NovelToon NovelToon
Bukan Istri Kedua

Bukan Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Obsesi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:10.4k
Nilai: 5
Nama Author: Fitri Widia

Hidup tak berkecukupan, memaksakan Alana mengubur impiannya untuk berkuliah. Dia akhirnya ikut bekerja dengan sang ibu, menjadi asisten rumah tangga di sebuah rumah cukup mewah dekat dari rumahnya. Namun masalah bertubi-tubi datang dan mengancam kehidupan dirinya dan sang ibu. Dengan terpaksa dirinya menerima tawaran yang mengubah kehidupannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Adu Domba

"Aku tak bisa, Sita."

Aravind melepas pelukannya dan memalingkan wajah, setelah dia hendak mencium bibir Sita.

Begitu pun Sita yang juga malu, karena masih menunjukan rasa sukanya pada pria yang telah menolaknya dulu.

"Aku juga tentunya tak bisa, karena perasaanku sudah berubah. Walau namamu masih ada sedikit di hatiku," jawab Sita yang sebenarnya malu karena gampang terkena rayuan Aravind.

Setelah mendengar kisah rumah tangga Aravind, Sita dengan senang hati ingin menjadi ibu bagi anaknya. Namun, ternyata Aravind tak bisa semudah itu memulai peraduan tanpa rasa ketertarikan. Kini pria itu menyadari jika dia memang sudah tertarik pada Alana saat pertama kali melihatnya.

"Sebenarnya, aku ke salon karena ingin mencari kabar Alana. Aku pernah melihatnya masuk ke dalam salon milik Revan dan terlihat mereka berdua cukup akrab," ucap Aravind yang menjelaskan kedatangannya secara tiba-tiba ke salon tersebut.

"Akrab? Mereka berdua tak hanya akrab, tapi mereka berdua saling menyukai. Dan dia sering datang mengunjungi salon ini, di saat dia sudah jadi istri keduamu. Aku tak pernah menyangka, gadis sepolos dia bisa menipu dua pria berpendidikan tinggi sekaligus."

"Dia sering berkunjung ke salon?"

"Iya, dia datang ke salon ini untuk menemui Revan. Dan juga mereka sering masuk ke dalam mess kosong di pinggir salon. Aku tak tahu apa yang mereka lakukan," fitnah Sita yang membuat Aravind emosi pada Alana. Dia tak pernah menyangka jika gadis yang telah membuatnya gila, bermain di belakang dengan sahabat lamanya.

"Tapi ini bukan salah Revan, dia tak tahu kalau Alana adalah istri keduamu," imbuhnya yang tak ingin Aravind membenci Revan.

"Terima kasih Sita, kamu sudah memberikan informasi yang begitu penting."

Sita pun turun dari mobil Aravind dan masuk ke dalam rumahnya. Wanita itu menunjukan seringainya karena berhasil mengelabui pria yang dulu telah menyakitinya.

"Setidaknya kita sama-sama sakit kan, Vind!"

Aravind yang emosi membawa mobilnya melaju sekencang mungkin. Dia memarkirkan mobilnya di depan rumah yang kini kosong, tanpa ada Alana di dalamnya. Lalu mengobrak-abrik semua lemari yang berisi pakaian milik Alana dan juga kasur yang dulunya menjadi tempat pencurahan cintanya pada Alana.

"CCTV, ya aku sudah lama tak mengeceknya. Akan kulihat apa yang terjadi beberapa minggu lalu pada Alana dan juga Jeselyn."

Aravind segera mengambil laptopnya dan mengecek CCTV yang sudah lama tak dia periksa semenjak dirinya masuk ke rumah sakit. Dia benar-benar melihat secara teliti yang terjadi hari itu, saat kedatangan Jeselyn yang bersamaan dengan pelarian Alana.

"Arrrgghhhh, wanita itu telah menghancurkan semuanya. Hidupku dan juga perasaanku. Alana, aku bersumpah kau akan mati di tanganku. Jika aku tak bisa memilikimu, pria lain pun tak akan pernah bisa memilikimu," geramnya mengingat perkataan Sita. Aravind terus membayangkan hal yang tak pernah terjadi antara Alana dan Revan yang justru membuatnya semakin gila.

Kini dia tahu jika Jeselyn juga membantu pelarian gadis itu. Rasa bencinya pada Jeselyn semakin bertambah dan membuatnya berencana untuk menceraikan Jeselyn sewaktu-waktu.

"Aku akan menceraikannya setelah aku bisa menemukan alasan dan bukti jika Jeselyn melakukan kesalahan. Ya, amplop yang di tinggalkan ibunya bisa saja bukti jika Jeselyn sebenarnya sedang bermain-main di belakangku," gumam Aravind sembari memegang amplop yang terkoyak itu.

•••

Revan menghela nafas panjang, setelah tak ada kabar dari Alana selama beberapa hari in.Gadis itu menghilang untuk kedua kalinya, dan kini membuat Revan menyerah atas perasaannya.

"Ya, mungkin kami bukanlah jodoh. Sehingga kau selalu di jauhkan dariku. Alana, semoga kau bahagia dengan kehidupanmu."

Pria itu kini memilih sibuk dengan urusan kantornya dan juga salon mendiang ibunya. Namun, pesan dari Sita membuatnya tak semudah itu melupakan Alana. Melihat isi pesan tersebut, Revan hanya bisa menahan rasa kecewa dan juga sakit hatinya.

"Alana, dia menjadi simpanan Aravind? Bagaimana bisa? Apa yang membuatnya melakukan hal itu?"

Di tempat lain, Alana baru saja pulang dari tempat kerjanya sebelum waktu maghrib. Gadis itu hanya berjalan kaki menuju kamar kontrakannya, karena jaraknya yang lumayan dekat. Dia pun melihat marbot yang pernah mengizinkannya untuk mandi dan tidur di masjid yang telah menjadi tempat awal menginjakan kakinya di kota ini.

"Assalamualaikum, pa. Hmm maksud saya, a!" Panggilnya pada pria yang sedang membersihkan halaman masjid.

"Iya neng, ada apa ya?"

"Ini, saya ada rezeki lebih dari tempat kerja. Karena ini terlalu banyak buat saya yang hidup sendiri, jadi saya mau kasih sebagian buat aa." Ucap Alana sambil memberikan kotak makan pada pria itu.

Pria itu hanya diam saja, ingin menjelaskan sesuatu namun adzan maghrib berkumandang. Dengan terpaksa dia pun menerima kotak makan di tangan Alana.

"Terima kasih," ucapnya singkat dan segera pergi dari hadapan Alana.

Alana tersenyum karena merasa kebaikannya telah di terima oleh marbot itu. Sambil berjalan menuju kamar kontrakan, Alana menatap langit senja yang indah berwarna jingga keemasan.

"Masih ada hal indah yang bisa kulihat, kenapa aku harus menyerah? Semoga saja hidupmu nantinya tak seperti ibu ya, nak." Ucap Alana sambil mengusap perutnya.

Hari demi hari, Alana berhasil melewati rasa mualnya saat bekerja. Dia berusaha menyembunyikan kehamilannya walau orang-orang tahu jika dirinya pernah menikah.

Sedangkan Aravind tengah tersenyum bahagia, karena orang-orang suruhannya telah mendapatkan titik terang untuk menemukan Alana.

"Jeselyn, kau bilang mengirimkan polisi untuk mengejar Alana? Dasar rubah licik, setelah banyak kebohongan yang kau simpan dan juga perselingkuhanmu dengan seseorang yang bahkan tak ku sangka. Tunggu saja kehancuranmu!"

Aravind yang ternyata sedang mengecek beberapa dokumen riwayat keberangkatan Jeselyn ke luar negeri dan luar kota sedang menyusun puzzle yang ternyata di siapkan ibu mertuanya untuknya.

"Jangan-jangan ibu Sari juga celaka karena dia dan selingkuhannya," duga Aravind yang mengetahui jika kabar ibu mertuanya masih dalam keadaan koma saat ini.

Ada rasa sesal karena tak dari awal dia memeriksa isi amplop tersebut, karena dulu perhatian dan pikirannya hanya tertuju pada Alana.

"Alana, kau membuatku gila. Pulanglah, aku tak akan menghukummu meski kau telah bermain di belakangku dengan Revan," gumamnya yang masih terpengaruh dengan fitnahan Sita.

Sita kini tengah menyantap makan siangnya dengan Revan. Wanita itu mengajak sahabatnya, dan menceritakan semua informasi yang dia tahu dari Aravind.

"Aku tak menyangka jika gadis seperti Alana telah mempermainkanmu," ucap Sita yang membuat Revan menghentikan makan siangnya.

"Mungkin lebih ke aku tidak tahu apa yang terjadi padanya, karena Alana tipe yang tidak pernah menceritakan apapun soal kehidupannya."

"Van, jangan terus membelanya. Gadis itu tak sepolos yang kau pikirkan," kekeh Sita yang ingin Revan membenci Alana.

"Jika sampai Alana melarikan diri dari Aravind, berarti gadis itu memang tak bahagia dengan pernikahannya. Apalagi hanya di jadikan istri kedua, karena istri pertamanya tak bisa hamil. Alana pasti melakukan itu karena terpaksa," bela Revan yang yakin jika Alana terpaksa melakukannya.

Sita hanya bisa diam, rasa cintanya pada Revan pun seolah bertepuk sebelah tangan. Sama seperti perasaannya dulu pada Aravind. Dia pun mulai memikirkan rencana licik agar Revan bisa menjadi miliknya.

1
Randa kencana
Ceritanya sangat menarik
Fitri Widia: Terima kasih 🥺🙏
total 1 replies
partini
waduh waduh imbalannya tempik
partini
ibunya lagi main kah
partini
good
Fitri Widia: terimakasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!