Entah wanita dari mana yang di ambil kakak ku sebagai calon istrinya, aroma tubuh dan mulutnya sungguh sangat berbeda dari manusia normal. Bahkan, yang lebih gongnya hanya aku satu-satunya yang bisa mencium aroma itu. Lama-lama bisa mati berdiri kalau seperti ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika komalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak mudah
Kyai Mustofa masih terus mengguyurkan air ke kepala mas Rama, aroma bangkai amis menjadi satu bahkan saat di siram tubuh mas Rama sedikit gemetar.
"mengapa masih hitam Kyai?"
"itu karena tubuh Rama, memang sudah di persiapkan untuk menjadi tumbal. Segala makanan yang di sajikan mereka telah bercampur dengan darahnya."
Kami semua terdiam, tampak Bowo di sini yang merasa bersalah, aku yakin dia juga ingin bersih dari pengaruh ibunya.
"kyai, setelah ini, boleh saya juga berendam di sini.? Karena saya ingin bersih dari pengaruh ibu."
" boleh, nanti setelah Rama giliran mu."
Bowo tersenyum simpul, ternyata dia tidak main-main di sini. Cukup lama mas Rama berendam, setelah di rasa cukup akhirnya dia selesai juga.
Wajah mas Rama sudah tampak lumayan seger, tapi sepertinya dia masih bingung mengapa tiba-tiba ada di sini.
Setelah mas Rama selesai, giliran Bowo. Namun baru saja mencelupkan diri ke dalam Curug seketika airnya berubah menjadi hitam pekat bahkan aromanya sangat bau.
"bau banget," ucap Galuh seraya menutup hidung.
Tampak air hitam mengalir menjauh dari tubuh Bowo bahkan saat dia mengucek rambutnya, air itu langsung hitam pekat. Sangat pekat bahkan sangat bau.
"teruskan berendam mu, jika kau sudah tidak mampu lanjutkan besok."
Bowo mengangguk, aku dan yang lainnya kembali ke gubuk kyai Mustofa meninggalkan Bowo yang berendam di dalam curug.
"kita kok di sini," ucap mas Rama setelah berganti pakaian dan duduk bersama kami.
"kita lagi berobat mas," sahutku.
"berobat? Siapa yang sakit?" ucapnya heran.
"kau yang sakit mas, sebab itu kita berada di sini." sahutku.
Mas Rama mengerutkan dahinya, lantas dia menatap kami semuanya. Ada raut bingung di sana, aku yakin setelah ini dia pasti bertanya lagi.
"lalu Sinta mana? Dia ikut kan?"
Huhhhh, dalam keadaan begini mas Rama masih saja mengingat wanita sialan itu. Sepertinya pengaruh iblis itu masih ada di tubuh kakakku ini.
"Dia tidak ikut mas,"
"ha? mengapa tidak ikut. Kau tau kan Laras, dia itu tidak bisa hidup tanpaku."
Cuiiiih, apa dia tidak tau kalau dia sudah di targetkan oleh istrinya sendiri untuk tumbal ke sembilan. Bahkan aku secara tidak langsung, ikut menjadi korban di sini.
Aku tersenyum miring, ingin rasanya ku tinju mulut mas Rama ini, karena cinta buta dia menjadi tolol begini.
"apa mas tau mengapa kami membawa mu kesini?" ucapku dengan datar. Mas Rama harus tau, dan aku tidak perduli jika akan menyakiti hatinya.
Dia diam, tapi aku yakin dia juga penasaran sebenarnya.
"itu karena istrimu dan mertua mu yang sialan itu akan menumbalkan mu, dan apa kau tau bagaimana nasib pak Karto sekarang?" ucapku dengan menahan sedikit emosi. Dadaku bergemuruh, ingin meledak rasanya.
Mas Rama masih tetap diam, tapi ada raut penasaran di wajahnya.
"pak Karto sudah meninggal, alias mati. Dan perlu mas tau, pak Karto meninggal karena di tumbalkan oleh buk Surti, dan kau adalah target kesembilan, sementara aku target penyempurna."
Huuhhhh, sedikit lega hati ini telah mengatakan uneg-uneg di hati ini, tapi apa kalian tau bagaimana reaksi kakakku tersebut? Diam. Entah otaknya berpikir apa tidak aku tidak tau.
"Tidak mungkin Sinta seperti itu Laras, tidak mungkin!" ucapan tai yang keluar dari mulutnya.
Ku geleng kan kepala ini, lalu aku melihat kyai Mustofa dan yang lainnya. Sementara Bowo juga nampak, dia tengah berjalan menuju ke tempat kami.
"yang di katakan Laras benar, Rama. Kau adalah target kesembilan, dan Laras adalah penyempurna untuk menghidupkan makhluk itu."
" makhluk apa kyai?"
" nenek dari ibu mas, bapak sudah menjadi tumbal tinggal kau dan kak Laras lah." ucap Bowo yang langsung menyambar pembicaraan kami.
"tapi selama aku tinggal di sana, aku tidak pernah nenekmu Bowo,"
Bowo lantas duduk di sebelah ku, kemudian melihat mas Rama secara bergantian.
"nenek di letakkan di rumah khusus mas, tidak boleh siapapun masuk kecuali ibu dan mbak Sinta. Itulah mengapa kau di incar oleh mbak Sinta untuk di jadikan tumbal pembangkitan nenek."
Wajah mas Rama seketika pucat, mungkin dia terkejut dengan apa yang di dengarnya saat ini.
"itulah mengapa kau di bawa ke sini Rama. Membawa mu ke sini bukan hal yang mudah. Kami berempat bertarung nyawa, jadi tolong mohon kerjasamanya, sembuh lah. Kasihan ibumu dan Laras, mereka sampai tidak bisa tidur karena memikirkan mu." ucap Bima.
Mas Rama lantas melihatku, kemudian. tersenyum hangat.
"mas janji akan sembuh, jika benar begitu artinya mas sia-sia menikahi nya."
" tidak apa-apa mas, mungkin ini sudah takdir dari yang kuasa." ucapku.
" oh iya Rama, apa kau pernah memakan tumbuhan aneh sewaktu tinggal di sana?"
" iya kyai, makan tumbuhan berwarna hitam."
Kyai Mustofa menganggukkan kepalanya, lantas beranjak mengambil air kemudian duduk kembali.
Entah doa apa yang di bacakan oleh kyai Mustofa, tampak serius dan setelahnya di berikan pada mas Rama.
"minumlah, agar tumbuhan itu keluar dari tubuhmu."
" tumbuhan? Maksudnya kyai?"ucap Galuh.
" ketahuilah sebenarnya tumbuhan hitam itu adalah bagian dari tubuh makhluk yang akan di bangkitkan, itu ibaratkan rambut serta bulu-bulu yang lainnya."
" termasuk jemb*t kyai?" ceplos Bowo.
Kyai Mustofa mengangguk, ku telan saliva ini. Itu artinya yang mereka makan selama ini adalah bulu-bulu di tubuh. Astaga, dasar Surti sialan.
"tapi kyai, di mata kami itu hanya tumbuhan berwarna hitam tidak lebih." ucapku.
" itu karena kalian melihatnya dengan mata kosong tidak dengan mata batin
" Sebenarnya itu adalah bagian rambut dan bulu-bulu lainnya. Sengaja kalian di suruh makan, agar bercampur dengan darah kalian. Dan itu akan mempermudah iblis itu untuk mempengaruhi kalian."
Mendengar ucapan kyai Mustofa, mas Rama langsung menenggak habis minuman itu.lalu meletakkan gelas itu kembali.
"tunggu beberapa saat, nanti reaksinya akan kalian lihat sendiri."
Tak sabar rasanya melihat apa yang akan keluar dari tubuh kakak ku tersebut.
Apakah bulu jemb*t atau bulu yang lain. Tak sabarnya nak ingin melihat.
Tunggu dan tunggu, akhirnya tubuh mas Rama mulai merasakan efeknya. Sedikit menggeliat, lalu dengan menggunakan tenaga dalam mas Rama bersin di hadapan kami.
"huaaaaaachim!"
Dana apa itu, mirip cacing keluar dari lubang hidung mas Rama.
"apa itu kyai?" ucap ku.
"tariklah, makan kalian tau apa itu."
Dengan sedikit gemetar, ku beranikan menarik sesuatu yang keluar dari lubang hidung kakakku.
Agak kasar api aku berhasil menarik benda aneh itu dari lubang hidung mas Rama.
"rambut?" ucapku.
"hmmm, itu tumpukan racun. Yang di makan oleh kakak mu."