NovelToon NovelToon
KAKEK PEMUAS

KAKEK PEMUAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Dikelilingi wanita cantik
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Putri muda

seorang kakek yang awalnya di hina, namun mendapat kesaktian

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

26

Sore itu, semilir angin menemani Kakek Surya yang sedang asyik menyeruput kopi hangatnya, dia duduk di teras kos-kosannya. Mata tuanya terus mengamati Aulia, yang tengah riang bermain dengan Dion, anaknya. Tiba-tiba, kesunyian sore itu pecah oleh deru suara pintu kamar kos di sampingnya yang terbuka.

Dengan pandangan tajam, Kakek Surya melihat seorang pemuda beranjak keluar kamar kos, diikuti oleh seorang gadis dengan seragam minimarket yang melekat di tubuhnya, yang artinya gadis itu bekerja di sebuah minimarket.

Kedua sosok muda itu sejenak bertukar pandang dengan Kakek Surya, kemudian dengan cepat menundukkan kepala, menunjukkan rasa hormat mereka pada sang tua.

Dengan senyuman mengembang, Kakek Surya mengangguk memahami sikap sopan mereka.

Pemuda dan gadis itu kemudian bergegas menaiki sepeda motor yang telah terparkir rapi, siap meluncur meninggalkan kos-kosan untuk bekerja.

Saat Kakek Surya masih terpaku pada sepeda motor yang baru lewat dalam hitungan menit, tiba-tiba Hera, sang penilik kos muncul dari balik pintu rumahnya, dengan langkah santai mendekat ke arah Kakek Surya.

"Apakah Bapak sudah lama duduk di sini?" tanya Hera dengan nada datar namun penuh keingintahuan.

Kakek Surya hanya mengangguk, tersenyum sambil kembali menyesap kopinya.

"Iya cukup lama Neng, emang ada apa?" tanya Kakek Surya dengan nada khawatir.

"Apakah Bapak melihat orang yang keluar dari kos-kosan di samping ini tadi?" suara Hera terdengar menginstruksi, sambil menunjuk ke kamar kos tempat dua orang muda tadi keluar.

"Melihat Non, mereka sepasang muda-mudi, Non, emang kenapa? Oh ya, sepertinya si perempuan akan berangkat kerja, Non," jawab Kakek Surya, seolah tidak menyadari kegundahan yang lebih dalam.

"Apa, …? Artinya, gadis itu masih bersama pasangannya? Dan masuk kamar kos tadi iya?" tanya Hera kaget dan suaranya meninggi. Kakek Surya hanya mengangguk.

Ekspresi wajah Hera berubah menjadi serius.

"Sudah kubilang berkali-kali untuk tidak kumpul kebo di kos-kosanku ini. Tapi dia tetap saja, mengajak lelaki ke sini. Ini bukan tempat untuk perbuatan tak senonoh!" suara Hera meninggi, penuh dengan amarah yang terpendam.

"Kos-kosan ini adalah cerminan kredibilitasku, dan perbuatan mereka sangat mengganggu!" Kakek Surya hanya bisa terdiam, merasakan emosi Hera meluap-luap.

"Besok, aku akan marahi dia dengan keras! Sudah tidak peduli lagi dengan imbauanku. Aku bahkan bisa saja mengusirnya karena berani berbuat tak senonoh di tempat ini," lanjut Hera tegas tanpa kompromi.

Kakek Surya mau menjawab, namun lebih buru dipotong Hera.

"Tolong Pak perhatikan nanti, jika lelaki itu datang lagi, cepat lapor padaku!" pinta Hera.

"Iya, Non," jawab Kakek Surya, suaranya rendah, menandakan persetujuannya yang penuh keteguhan.

"Oh ya Pak, ngomong-ngomong, apakah Bapak besok ada kerja?" tanya Hera dengan nada yang mendesak sambil masih berdiri tegak di depan Kakek Surya. Nada suaranya terdengar lebih melunak.

"Tidak, Non. Emang ada apa besok?" tanya Kakek Surya.

"Bapak temani aku belanja ke pasar, apa bisa?" ucap Hera dengan mata yang menatap tajam, membuat Kakek Surya sangat kaget mendengar permintaan Hera.

"Mengajak aku?" gerutu Kakek Surya tanpa sadar menunjuk pada dirinya sendiri. Karena dalam benaknya, betapa hal itu tidak akan mungkin, seorang perempuan seperti Hera memintanya untuk menemani berbelanja.

"Kenapa diam? Apa Bapak tidak mau? Kalau tidak mau, Bapak boleh meninggalkan kos-kosan ini. Jangan lagi tinggal di sini," ucap Hera dengan suara yang meninggi, mengintimidasi penuh ancaman.

Kakek Surya merasakan jantungnya berdegup kencang.

"Iya Non, iiiiya. Saya bisa, sasaya bisa," jawab Kakek Surya gugup dengan suara yang terbata-bata.

"Bagus. Saya mengajak Bapak belanja, karena sangat-sangat membutuhkan bantuan Bapak saat belanja nanti. Pasti saya beri ongkos. Saya tidak meminta ini dengan percuma, Pak," ucap Hera, lalu berbalik hendak masuk ke rumahnya.

"Iya, Non," jawab Kakek Surya akhirnya, dengan nada yang lebih tenang namun masih menyisakan kegugupan.

"Oh ya, tadi suamiku datang, dia memintaku untuk meminta Bapak membantu menyapu halaman kos-kosan yang luas ini," kata Hera kembali berbalik, menghadap Kakek Surya, suaranya terdengar berat, seolah memerintah, sambil menatap tajam pada Kakek Surya, yang berdiri terpaku.

"Benarkah Non meminta saya membantu menyapu?" tanya Kakek Surya, suaranya terbata, tak percaya akan apa yang baru saja didengarnya.

"Iya benar, mengapa begitu kaget?" ucap Hera sambil tersenyum sinis.

"Dulu Bapak sering aku suruh membersihkan gudang, namun Bapak tak pernah mau, dan sekarang saya meminta bantuan untuk menyapu di halaman, apa masih tak mau?" ucap Hera mengerucutkan bibirnya.

"Iiiya Non, iya," jawab Kakek Surya pendek.

"Pak, aku tidak meminta bantuan secara gratis. Aku bersedia memberi upah yang lebih dari cukup untuk bayar kos sebulan, bahkan lebih. Masih menolak?" ucap Hera, dengan kata-kata yang dilontarkan dengan nada tegas dan dingin.

"Ya, Non, saya bisa, saya mau," sahut Kakek Surya, suaranya bergetar, mengingatkan pada usianya yang telah senja, apa mampu melakukan itu, apalagi halaman ini luas.

Senyum Hera langsung tercetak jelas.

"Saya akan membantu, meski tanpa imbalan. Tapi Anda tentu tahu, saya sudah tua. Saya tak bisa lagi melakukan pekerjaan berat," lanjut kata Kakek Surya.

Sikap acuh tak acuh Hera langsung berubah menjadi berang.

"Saya tahu, Bapak memang tak bisa diandalkan. Hanya pandai menggoda, bahkan berani mengajak istri orang lain masuk dalam kos," ucap Hera, dengan menatap tajam pada Kakek Surya lagi.

Kakek Surya langsung menunduk, sementara Hera melotot tajam, setiap kata yang terucap bagai belati yang menancap di dada. Atmosfer sekitar pun seakan menjadi lebih dingin dan tegang.

"Non, maksudmu apa dengan perkataan itu?" tanya Kakek Surya terpaku seketika, matanya membesar mendengar tuduhan yang dilempar Hera begitu saja.

"Pikir aja sendiri, kenapa saya harus menjelaskan?" ucap Hera memotong dengan nada tajam, membuat jantung Kakek Surya berdegup kencang.

"Apa…?" jawab Kakek Surya gugup.

"Apa yang Bapak lakukan di kamar kos hari ini? Bukankah itu istri orang? Ingat, saya memperingatkan untuk tidak lagi berbuat begitu di kos-kosan saya," ujar Hera dengan suara dingin sambil menahan amarah yang nyaris meledak.

Kakek Surya hanya bisa menggigit bibir, terdiam, berusaha mencerna setiap kata yang terlontar dari mulut Hera.

Ada bening di sudut matanya ketika ia sadar Hera telah menyaksikan semuanya, saat tadi Ratna masuk ke kamar kosnya.

"Sudah ingat, udah ah… ngapain aku ngurusin hal tak penting gitu, tapi ingat ini baik-baik! Jangan lagi berbuat seperti ini, dia itu istri orang," Hera berseru keras sebelum menghentakkan kakinya masuk kembali ke dalam rumah.

"Aduh jadi ketahuan deh, Ratna sih, tadi memang ngeyel," gumam Kakek Surya dengan rasa frustrasi yang mendalam setelah Hera menghilang di balik pintu rumahnya.

Kakek Surya masih memandang ke arah pintu rumah Hera, saat dia dikagetkan dengan kedatangan seorang wanita. Yang tak lain adalah Ratna, istri Joko, yang sudah berdiri tepat di sampingnya.

"Sudah makan Mas? Ayo kita cari makan di warung Bu Eti, saya tidak masak hari ini. Mungkin besok saya akan masak dan membawakan masakan untuk Mas ke sini," katanya lembut.

"Aku sudah makan," jawab Kakek Surya datar.

"Apa…? Mas makan tanpa mengajakku? Kenapa tak menungguku, Mas?" tanya Ratna dengan nada kesal, menyulut ketegangan di antara mereka.

"Aku tadi sudah sangat lapar, makanya langsung pergi makan, aku…," ujar Kakek Surya dengan suara pelan, namun sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, Ratna memotongnya dengan cepat.

"Sudah, jangan banyak alasan. Ayo, temani aku makan, nanti aku akan kasih upah," tawar Ratna.

"Tapi, aku baru saja dari warung Eti," jawab Kakek Surya, mencoba meyakinkan.

"Apa, Mas tidak mau? Apa Mas mau menolak?" ucap Ratna, lalu makin mendekat ke arah Kakek Surya, dengan suaranya berbisik, penuh dengan nada rayuan.

"Ayo bangun! Temani aku makan. Kita juga bisa membahas rencana nanti malam, Mas. Karena suamiku malam ini pergi, tentunya Mas mengerti tujuanku."

Bersambung

1
Haru Hatsune
Cerita yang bikin baper, deh!
Apaqelasyy
Bagaimana cerita selanjutnya, author? Update dulu donk! 😡
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!