Dunia Kultivator adalah dunia yang sangat Kejam dan Keras. Dimana yang kuat akan berkuasa dan yang lemah akan ditindas. Tidak ada belas kasihan, siapapun kamu jika kamu lemah maka hanya ada satu kata untukmu yaitu "Mati".
Dunia yang dipenuhi dengan Keserakahan dan Keputusasaan. Dewa, Iblis, Siluman, Monster, Manusia, dan ras-ras lainnya, semuanya bergantung pada kekuatan. Jika kamu tidak ingin mati maka jadilah yang "Terkuat".
Dunia yang dihuni oleh para Predator yang siap memangsa Buruannya. Tidak ada tempat untuk kabur, apalagi bersembunyi. Jika kamu mati, maka itu sudah menjadi takdirmu karena kamu "Lemah".
Rayzen, salah satu pangeran dari kekaisaran Awan putih, terlahir dengan kekosongan bakat. Hal itu tentunya membuat Ia tidak bisa berkultivasi. Ia dicap sebagai seorang sampah yang tidak layak untuk hidup. Banyak dari saudara-saudaranya yang ingin membunuhnya.
Tetapi tanpa diketahui oleh siapapun, Reyzen ternyata memiliki keberuntungan yang membawanya menuju puncak "Kekuatan".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RantauL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8. Awal yang Baru
Ray Zen secara singkat telah berada didalam kamarnya. Kamar itu tidak mengalami perubahan sedikitpun. Masih tetap sama seperti saat terakhir kali ia melihatnya. Hal yang berubah hanyalah buku aneh yang sebelumnya ia baca, telah menghilang dari atas mejanya.
"Hah.., akhirnya aku bisa kembali juga. Aku sudah sangat merindukan kamar ini. Ternyata guru benar, sebanyak apapun waktu yang aku habiskan didalam dimensi, tidak berpengaruh sama sekali dengan waktu yang ada di duniaku ini." gumam Ray Zen.
"Mungkin hanya berjalan beberapa menit." lanjutnya.
Tok.., Tok.., Tok..,
Terdengar suara ketokan pintu dari depan kamarnya.
"Ray.., Apa kamu didalam nak." suara lembut seorang perempuan yang sangat familiar bagi Ray Zen.
"Ya ibu." Ray Zen bergegas membukakan pintu.
"Ayah.., Ibu.., Paman Bai.., adik Ren.., adik Lia.., Ada apa ini? Mengapa kalian semua berada disini." tanya Ray Zen kebingungan.
Mengapa tidak, didepan kamarnya sekarang telah berkumpul banyak sekali orang. Tidak hanya anggota keluarga kaisar, para prajurit dan juga beberapa petinggi kekaisaran juga ada disana. Entah apa yang terjadi sehingga membuat mereka berada disitu.
"Kau tidak apa-apa nak." ucap Mei Ling dengan khawatir. Ia mencoba memeriksa keadaan Ray Zen.
"Aku baik-baik saja ibu. Memangnya ada apa ini ibu? Ayah?" tanya Ray Zen semakin bingung.
"Syukurlah kalau begitu." permaisuri Mei Ling merasa lega.
"Ray.., Tadi kami melihat cahaya emas yang begitu terang memancar dari dalam kamarmu. Cahaya itu benar-benar menyilaukan mata. Itulah sebabnya kami semua berkumpul disini. Kami ingin memastikan, apa yang sebenarnya terjadi." Kaisar Jack Zen menjelaskan.
Ray Zen terdiam. Ia ingat sekarang. Cahaya itu pastilah terjadi karena darahnya yang mengenai buku aneh itu, sehingga membuat ia masuk kedalam dimensi gurunya.
"Tidak ada apa-apa ayah. Aku sama sekali tidak melihat cahaya yang ayah katakan itu." bohong Ray Zen. Ia tidak ingin siapapun mengetahui hal itu.
"Prajurit, periksa kamar ini." Kaisar Jack Zen memerintahkan beberapa prajurit untuk memeriksa kedalam kamar Ray Zen.
Beberapa menit kemudian para prajurit itu keluar dengan tidak mendapatkan hasil apapun.
"Sudah kukatakan ayah, tidak terjadi apa-apa disini."
"Ray.., Ayah tidak pernah mengajarimu untuk berbohong. Ayah mau kau jujur, apa yang sebenarnya terjadi." kata Kaisar Jack Zen datar. Sorot matanya menatap tajam kearah Ray Zen.
Ray Zen tau kalau ayahnya sedang memeriksa kedalam dirinya. Ayahnya yang merupakan orang terkuat di kekaisaran Awan Putih, tentu saja mampu menganalisis kemampuan ataupun perubahan yang terjadi pada seseorang, sekecil apapun itu.
Dari segi penampilan, Ray Zen mungkin sedikit berubah, ia menjadi lebih tampan, tinggi dan berbadan sedikit kekar, berbeda dari sebelum-sebelumnya.
Sementara untuk kekuatan, Ray Zen masih tetap sama. Kaisar Jack Zen tidak menemukan aura atau energi seorang kultivator didalam tubuh Ray Zen. Hal itulah yang membuat Kaisar Jack Zen semakin penasaran.
"Aku tidak bohong ayah, tidak ada apa-apa disini, sudah berapa kali aku katakan." jawab Ray Zen untuk kesekian kalinya.
"Sudahlah sayang, Ray Zen tidak apa-apa. Tidak baik terlalu curiga pada anak sendiri." ucap permaisuri Mei Ling, mencoba menengahi mereka berdua.
Kaisar Jack Zen mengangguk, Ia lalu pergi meninggalkan tempat itu, disusul dengan permaisuri lainnya dan beberapa petinggi kekaisaran.
"Mengapa kalian masih disini? Pergi sekarang!" bentak Bai Hu kepada para prajurit yang masih berada disitu. Para prajurit itu pun segera berhamburan pergi.
"Sepertinya kakak sedikit berubah ibu. Kak Ray terlihat lebih tinggi dibandingkan saat makan tadi." kata Lia Zen, sembari memakan buah apel kesukaannya. Permaisuri Mei Ling hanya mengangguk.
"Benarkah adik manis? Kalau begitu apakah kakakmu ini juga semakin tampan?" ucap Ray Zen sambil mencubit pipi adiknya yang menggemaskan.
"Au.., sakit kakak. Ibu lihat kak Ray, dia mencubitku." adu Lia Zen kepada ibunya, berharap ibunya akan memarahi Ray Zen. Sayangnya permaisuri Mei Ling hanya tertawa kecil melihat tingkah kedua anaknya itu. Ren Zen dan Bai Hu yang juga berada disitu ikut tertawa.
...****************...
Dikediaman permaisuri Mue Che.
"Apa yang sebenarnya terjadi kakak?" tanya permaisuri Mue Che kepada kakaknya Gan Che.
"Aku juga tidak tau adik Mue. Aku telah memeriksa Ray Zen dan seluruh kamarnya dengan keterampilan 'Mata Hantu' milikku, tetapi tidak ada yang aneh. Ray Zen masih tetaplah lemah. Tubuhnya sama sekali tidak mengeluarkan aura kultivator." jawab Gan Che menjelaskan.
"Tapi mengapa tubuhnya terlihat berbeda dari sebelumnya? Apakah itu ada hubungannya dengan cahaya keemasan itu?"
"Kalau itu aku juga tidak tau adik Mue."
"Sudahlah ibu, paman Gan. Kalian tidak perlu khawatir akan perubahan yang terjadi pada Ray Zen, dia tetaplah sampah. Jalankan saja sesuai rencana. Bisa dipastikan hari ini adalah hari terakhir sampah itu untuk hidup." Fui Che yang juga berada disitu ikut bicara.
Mue Che dan Gan Che berusaha tenang setelah mendengar perkataan dari Fui Che.
"Pou, bagaimana persiapannya untuk besok?" tanya permaisuri Mue Che, kepada pria kekar dengan wajah yang penuh luka. Pria itu adalah pengawal pribadi dari Fui Che.
"Semuanya sudah beres yang mulia permaisuri." jawabnya singkat.
"Bagus, aku harap kali ini rencananya benar-benar berhasil." ucap permaisuri Mue Che. Senyuman jahat terukir diwajahnya.
...****************...
Dikediaman permaisuri Zu Xia.
Didalam ruangan yang besar dan mewah, telah berkumpul beberapa orang dengan aura-aura kuat. Mereka juga sedang membicarakan hal yang sama, yaitu tentang cahaya emas yang berasal dari kamar Ray Zen, dan perubahan pada tubuhnya.
"Apakah Ray Zen menyembunyikan sebuah artefak ibu?" tanya Zee Xia kepada permaisuri Zu.
"Entahlah sayang, ibu juga tidak tau. Tetapi kau tenang saja, seperti yang selalu ibu sampaikan, sebuah sampah tidak akan pernah bisa berubah menjadi sebuah berlian." jawabnya tenang.
"Bagaimana dengan keberangkatan besok yang mulai permaisuri, apakah rombongan kita akan tetap ikut dalam perburuannya?." tanya pria paruh baya dengan pakaian lengkap seorang kesatria.
"Jalankan saja sesuai rencana Wen Xia. Ingat, jangan terlalu mencolok. Biarkan Fui Che dan rombongannya yang akan mengurus sampah itu. Kalian hanya perlu menonton." Ujar Zu Xia.
"Dan kau Xua Xia, kau harus tetap berada di samping putriku, apapun yang terjadi!"
"Baik yang mulia permaisuri." balas Xua Xia cepat. Wanita itu berkeringat dingin setelah merasakan aura membunuh yang dikeluarkan Zu Xia kearahnya.
"Bagus. Hahaha..," Zu Xia tertawa nyaring. Membuat Xua Xia dan ketiga pria lainnya yang berada disitu merasa ngeri.
...****************...
Di balkon kamarnya, Ray Zen dan Bai Hu sedang asik memerhatikan beberapa prajurit yang sedang berlatih, ditemani dengan buah-buahan segar yang sebelumnya telah disediakan oleh para pelayan istana.
"Apa kau punya pertanyaan paman?" tanya Ray Zen. Ia tahu kalau Bai Hu juga pasti penasaran dengan apa yang baru saja terjadi.
"Tidak pangeran. Pangeran berhak untuk tidak memberitahukan apapun." jawab Bai Hu, yang mengerti dengan arah pembicaraan Ray Zen.
"Haha, baiklah." Ray Zen tertawa kecil.
"Paman, bisakah paman menceritakan sedikit tentang kekaisaran Awan Putih ini. Aku sangat ingin tahu tentang sejarah bagaimana berdirinya kekaisaran ini." pinta Ray Zen.
"Tentu pangeran."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...