Ketika Ling Xi menjadi putri yang tak dianggap di keluarga, lalu tersakiti dengan laki-laki yang dicintai, apalagi yang harus dia perbuat kalau bukan bangkit? Terlebih Ling mendapatkan ruang ajaib sebagai balas budi dari seekor ular yang pernah dia tolong sewaktu kecil. Dia pergunakan itu untuk membalas dan juga melindungi dirinya.
Pada suatu moment dimana Ling sudah bisa membuang rasa cintanya pada Jian Li, Ling Xi terpaksa mengikuti sayembara menikahi Kaisar kejam tidak kenal ampun. Salah sedikit, habislah nyawa. Dan ketika Ling Xi mengambil sayembara itu, justru Jian Li datang lagi kepadanya membawa segenap penyesalan.
Apakah Ling akan terus bersama Kaisar, atau malah kembali ke pelukan laki-laki yang sudah banyak menyakitinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zenun smith, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Rapuh Sang Kaisar
Baju Ling Xi tertanggal semua. Kini di tubuh Ling Xi tidak ada sehelai benang pun akibat tarikan Lin Feng. Sudah begini, Lin Feng malah membeku.
Pemandangan indah terpampang di hadapannya, tetapi Lin Feng justru memalingkan wajah. Wajahnya yang semula terkejut kini menampakkan bibir bergetar, dan ia sama sekali tidak menemukan pintu di dada Ling Xi.
Jakunnya naik turun dan telinganya memerah. Ia tidak kuat melihat pemandangan itu, efek dari kutukan bola api yang menyiksanya.
Lin Feng jatuh terduduk di tempat tidur, tubuhnya gemetar hebat. Ling Xi mendekat, lantas sengaja menggoda tentang kelanjutan 'tugasnya'. Ling Xi sedikit lega, karena Lin Feng tidak benar-benar berbuat brutal seperti yang ia bayangkan.
"Paduka, katanya mau lihat pintu tempat persediaan? Lihatlah," ucap Ling Xi. Sebenarnya ia sudah mengenakan pakaiannya lagi, dan ia berani bergurau karena Lin Feng seolah enggan menatapnya. Tampak sekali ia menghindar.
"Jangan mendekat," kata Lin Feng.
"Baiklah."
Namun Ling Xi penasaran dengan Lin Feng yang tadinya jumawa kini bagai orang ketakutan. Lin Feng menghadap membelakangi Ling Xi, membuat Ling Xi ingin sekali menengok wajahnya. Ia ingin tahu, apa yang membuat laki-laki itu membuang muka begitu lama.
Ling Xi terkejut saat melihat keadaan wajah Lin Feng. Ia menyadari Lin Feng menahan rasa sakit teramat sangat, dengan ujung hidung dan bibirnya mengeluarkan darah.
Ling Xi gerak cepat merebahkan tubuh sang Kaisar, lalu bergegas hendak memanggil tabib atau siapapun untuk menolong Lin Feng. Namun tangannya dicekal oleh laki-laki itu.
"Jangan pergi," pintanya lirih. "Di sini saja, temani aku tertidur."
Ling Xi tak jadi pergi. "Kenapa aku tidak boleh memanggilkan tabib atau pertolongan lain?"
"Ini tidak seberapa, bahkan setiap malam, aku lebih dari ini. Aku tidak ingin membuat semua orang khawatir dengan kondisiku yang tidak menentu. Aku hidup tapi tidak seperti hidup."
Ling Xi tak banyak bertanya lagi. Baru saja ia hendak bertanya apa maksudnya, Lin Feng sudah terlelap setelah Ling Xi membersihkan wajahnya. Mau mendengar isis hati Lin Feng pun tidak bisa karena laki-laki itu benar-benar terlelap.
Ling Xi yang tak bisa ikut terlelap, kemudian berfikir. Pil penyembuh yang ia buat hanya bisa meredakan sementara, itu artinya jika menangani hanya pakai pil penyembuh berarti digunakan berulang-ulang. Ling Xi khawatir fungsi ginjal Lin Feng terganggu kalau seumur hidupnya harus menggunakan obat.
Tiba-tiba, Lin Feng yang terlelap di sisinya mendadak gelisah. Keningnya mengernyit dengan napasnya memburu. Bibirnya menggumamkan kata-kata yang tak jelas. Ling Xi mendekat, telinganya menempel di dada sang kaisar, ingin mendengarkan detak jantungnya yang bergemuruh.
Lin Feng berteriak. "Hei bocah! Jangan sentuh dia! Ling Xi pengantinku! Kau tidak boleh mengambilnya dariku!"
Ling Xi terkesiap. Hatinya terenyuh sebab mengingat pernikahannya tadi, Lin Feng begitu menjaganya dari Jian Li. Di balik sosok kaisar yang terkenal kejam dan dingin, ternyata ada sisi rapuh seperti ini. Lin Feng yang selalu ia lihat sebagai penguasa yang tak tersentuh, kini mengigau mengeluarkan isi hatinya yang paling dalam.
Ling Xi menggenggam tangan Lin Feng yang gemetar. "Paduka, ini aku, Ling Xi. Tidak ada Jian Li di sini," bisiknya lembut.
Namun, Lin Feng tidak mendengar. Ia terus mengigau, mengutuk Jian Li.
Ling Xi menatap wajah Lin Feng. Hatinya dipenuhi rasa iba, sekaligus tersentuh. Siapa sangka, di balik semua kekejaman dan kedinginan yang terlihat, Lin Feng tengah digerogoti sakitnya sehingga ia merasa hidup tapi seperti tak hidup. Kutukan itu tidak hanya menyakiti tubuhnya, tetapi juga merusak batinnya.
Lalu kenapa Lin Feng bisa terkena kutukan bola api ini? Dan siapakah yang mengutuknya seperti ini? Lin Xi harus mengetahui ini semua.
...***...
Tuan Ling Yuan melangkahkan kaki ke kediaman Ling dengan hati-hati. Ia baru saja pulang dari istana Dong, dan perasaan was-was menyelimuti dirinya. Ia tahu, posisinya kini tidak aman. Jian Li sudah gagal. Rencananya untuk menggagalkan pernikahan Ling Xi dan Lin Feng telah hancur berantakan. Ia yakin, Jian Li takkan tinggal diam dan pasti akan mengamuk.
Hingga kini, Ling Yuan belum ketahuan sebagai dalang di balik kegagalan Jian Li. Namun ia sadar betul bahwa yang namanya bangkai pasti akan tercium juga. Cepat atau lambat, Jian Li akan menemukan jejaknya.
Ling Yuan belum berniat pindah dari kediaman Ling. Itu terlalu mencolok, seperti orang yang sedang melarikan diri. Ia tetap pulang ke sana dengan raut wajah yang lebih tenang dari saat ia berangkat.
Kedatangan Tuan Ling Yuan disambut hangat oleh nyonya Luo. Tidak mau banyak berbasa-basi, Ling Yuan langsung menanyakan keberadaan Xiu Ying.
"Dimana Ying'er?"
"Ada di halaman belakang, sayang."
Tuan Ling Yuan langsung bergegas menuju kesana.
Begitu di halaman belakang, Tuan Ling Yuan menemukan Xiu Ying sedang berlatih tarian pedang. Gerakannya anggun dan mematikan, mencerminkan ambisinya yang besar.
"Ying'er," panggil Tuan Ling Yuan.
Xiu Ying segera menghentikan latihannya dan membungkuk hormat. "Ayah."
"Ayah ingin meminta bantuanmu. Ada beberapa hal yang perlu Ayah ambil darimu."
"Apa itu, Ayah?" tanya Xiu Ying, menatap ayahnya dengan bingung. "Apakah ada masalah?"
"Tidak. Ini untuk kebaikanmu." Ia menatap putrinya lekat-lekat. "Kau mau, kan, punya pasangan seorang putra mahkota?"
Mata Xiu Ying berbinar. Ia selalu memimpikan posisi itu. Namun ia berusaha menjaga sikap, menunjukkan keanggunan seorang nona bangsawan. "Tentu saja, Ayah," jawabnya dengan suara yang dibuat sedatar mungkin, "itu adalah impian setiap wanita."
Tuan Ling Yuan tersenyum tipis, membaca dengan jelas ambisi di balik sikap pura-pura kalem putri sambungnya. "Kalau begitu, ikuti saja kata-kata Ayah. Berikan beberapa aksesoris dan baju yang paling indah milikmu."
Xiu Ying terhenyak. "Aksesoris dan bajuku, Ayah? Untuk apa?"
"Ayah tidak bisa memberitahumu sekarang. Percayalah pada Ayah, ini adalah langkah awal untuk mewujudkan impianmu."
Tanpa ragu, Xiu Ying mengangguk. Ia memercayai ayahnya sepenuhnya karena di rumah ini ialah putri satu-satunya. "Baiklah, Ayah. Aku akan ambilkan sekarang juga."
Xiu Ying bergegas masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Tuan Ling Yuan seorang diri.
Ling Yuan menghela nafas. Ia sendiri belum tahu untuk apa semua barang ini. Ia hanya memenuhi permintaan Ling Xi saat perbincangan tadi. Dengan berapi-api karena Ling Xi kesal mendengar Jian Li menghabisi A Mei, Ling Xi mengatakan bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk menghentikan Jian Li. Ling Xi berjanji, dengan semua barang ini, ia bisa melumpuhkan Jian Li untuk selamanya.
.
.
Bersambung.
sweete bangeeettt/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/
akhirnya........🥳
wah parah, menyeranv wilayah secara langsung sudah pasti kalah,
dan dgn kiriman Santet dia berpikir semua Akan gersang
hancur sudah kaisar donghai, kukira kau baik