" Tolong Duk, kakek titip mereka padamu, kakek takut tak mampu lagi bertahan di dunia yang keras ini kasihan mereka jika kakek sudah tiada." ucap pria tua itu kepada ku, aku melihat ke arah dua anak kecil saling bergandengan, mata mereka yang biru safir menatapku dengan harap.
" Baiklah kek, saya akan menjaga mereka, tapi saya minta maaf saya tidak bisa memberikan mereka fasilitas, kakek tau kan keadaan saya juga sedang sulit." Ucapku jujur dan kake itu mengangguk.
" Saya percaya padamu Duk, saya titip mereka, dan terimakasih..." ucap pria tua itu dan pergi meninggalkan kedua anak kecil itu di hadapanku, mata mereka yang tajam serta indah, membuat siapa saja akan merasa tak tega. dua Anka kecil yang ku bawa pulang membuat kehidupan ku berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama nayfa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pisang goreng untuk satu desa
Semua pisang sudah selesai di goreng, ternyata cukup banyak jadinya Antika awalnya gelisah karena dia baru ingat jika piring yang tersedia hanya sedikit yang ia beli, di saat Antika galau Aldi menghampirinya, ia membisikan jika sementara mengunakan alternatif dengan cara daun pisang di bentangkan di atas meja itu.
Akhirnya dengan saran Aldi Antika menyiapkan ya, ia juga tak lupa menyiapkan cocolan sambal dua rasa, entah insiatif dari mana Antika membuatnya, atau karena pisang goreng itu tak seru atau ada yang kurang jika sendirian tak ada kawannya.
" Ayo....ayo...ayo...semua pisang goreng sudah siap..." Teriak Antika begitu melengking, ia memanggil semua warga desa berkumpul. semua warga yang sudah hapal dengan karakter Antika mereka tak banyak protes mereka mendekat dan berkumpul, seperti biasa pihak laki-laki akan berkumpul semua di kursi panjang mereka melingkari meja besar itu sedangkan perempuannya tak begitu jauh mereka duduk seperti biasa beralas dengan karpet yang di bentangkan oleh tim para lelaki yang di minta Antika.
Antika juga tak lupa seperti biasa dua minuman kas jika pagi teko kopi ia tambah menjadi dua, sedangkan teh kini di buat juga dua teko.
Cuaca pagi itu sangat sejuk, cahaya mentari pagi yang hangat serta kekompakan warga saat berkumpul menambah suasana semakin hangat dan harmonis, mereka semu menikmati sarapan berbeda kali ini, mereka sangat terpukau dengan rasa pisang goreng itu ada yang banyak tanya tentang bahan-bahan membuat cemilan pagi itu, Dan Antika yang menjelaskan beragam olahan yang terbuat dari pisang, itu Antika juga berjanji akan mengajarkan mereka semua karena antik tak ingin para wanita di zaman itu hanya mengandalkan kemapuan lelaki tapi mereka juga harus bisa mengandalkan diri mereka sendiri.
Di sela-sela obrolan hangat, Aldi mendengar salah satu pria berusia mapan berbicara dengan pria lain di warga itu, mereka adalah salah satu suku mantan pengembara.
" Apakah di desa ini pernah melakukan perjalanan ke pertemuan para suku yang di gelar setiap bulan?" Tanya pria berusia matang itu sekitar seusia dengan Aldi.
" Entah lah, kita juga tidak pernah lagi kesana terakhir beberapa bulan lalu saat sukuku masih banyak anggotanya dan kami masih ada harapan untuk menukar sesuatu, namun sejak suku lain menyerang suku kami dan kami tidak bisa lagi berharap apa-apa hanya berjalan menelusuri jalan untuk tetap bisa bertahan hidup dan menjauhi para suku yang suka membuat keributan, hingga kami dan beberapa orang yang kebetulan satu jalan kami bertemu dengan nona Antika dan saudara ketua Aldi, kami benar-benar di bantu saat itu hingga kini kami semua berkumpul disini, kami belum pernah lagi ke sana, atau pun ketua Aldi." Ujar tuan Gama dan di benarkan oleh zaro pria cekatan dan cerdas.
" Kenapa tidak kita coba tanyakan ketua Aldi?" Ujar tuan hao mantan ketua pengembara selatan.
Saat mereka berbincang-bincang membahas soal pertemuan, telinga Aldi yang sejak datang di dunia itu sudah terlatih menjadi tajam, ia mendengarkan dulu apa yang mereka bahas hingga akhirnya Aldi membuka suaranya.
" Pertemuan antar suku itu bagaimana maksudnya?" Tanya Aldi yang tiba-tiba ikut nimbrung, mereka semua menoleh kepada ketua desa mereka.
" Pertemuan antar suku itu seperti tempat perkumpulan beragam suku, mereka akan membawa barang-barang yang terbaik yang mereka miliki di suku mereka dan akan menukarkan barang-barang suku mereka dengan suku lain yang ada di pertemuan antar suku itu dengan apa yang mereka butuhkan, seperti garam atau pakaian." Ujar Hao panjang lebar, dan di benarkan oleh tuan Gama, Aldi mendengar.
" Ma...." Ucap panggil Aldi ke pada istrinya.
" Iya mas..." Jawab sedikit melengking karen Antika sedang di kerumunan oleh para wanita.
" Kita milik apa aja?" Tanya Aldi kepada istrinya.
" Ada apa mas?" Tanyaku saat aku sudah mendekati suamiku.
" Sepertinya tuan hao mengerti soal transaksi di sini, seperti yang semalam kita bahas!" Ujar Aldi, setelah meminta Antika mendekat dan duduk di sekitar kumpulan para pria, Antika sebenarnya risih namun ia tidak bisa abai karena dia biyung desa istri ketua suku yang sudah mereka dirikan.
Antika Tiba-tiba merubah ekspresi menjadi datar dan tegas, ia menatap semua pria di hadapannya, ia seperti menimbang nimbang.
" Bisa bantu aku pinggirkan ini semua, tolong taruh sedikit kesana dan kesana agar ada ruang di depanku." Ucap Antika tegas, namun dengan dana sedikit lembut.
Mereka semua lekas menggeser sia-sia daun pisang gorengan pisang yang tinggal sedikit di jadikan satu seperti ajaran Aldi mereka manut.
Antika mengeluarkan barang-barang, seperti toples berisi garam, gula dan beberapa bumbu yang sudah Antika siapkan sebelumnya, semua orang terpaku, mereka masih terkejut saat Antika mengeluarkan barang-barang yang menurut mereka sangat aneh itu, walau mereka sudah sering melihat Antika atau Aldi mengeluarkan barang ajaib itu.
" Tuan Gama, dan yang lainya silahkan coba tuang ke piring kecil ini untuk mencobanya, apakah barang-barang ini bisa isi tukar atau tidak?" ujar Antika membuka tutup toples dan meletakan dua piring kecil di hadapan semuanya.
Mereka saling pandang, mereka penasaran dengan isi toples itu, yang mereka tidak tau bahwa semua yang berisi di dalam toples itu semua ada di laci meja dapur desa.
" Ini garam!" ujar tuan Gama, ia baru melihat toples itu berisi garam biasanya Antika menaruh di wadah berwarna gelap jadi ia tidak tau, sedangkan yang di hadapannya toples bening jadi terlihat warnanya.
" Benar, ini semua bumbu untuk masakan kita selama ini." Ujar Antika.
" Ini manis, bubuk apa ini?" tanya tuan hau.
" Gula, yang kuning ini bubuk kunyit, yang ini bubuk marinasi yang biasa saya gunakan untuk marinasi ikan dan daging-dagingan, ini juga bisa di gunakan merendam tahu atau tempe." ujar Antika, semua orang saling pandang seperti bingung dengan ucapan Antika yang terakhir, mereka saling diam satu sama lain namun pandangan Mereka saling bertanya-tanya dengan kata-kata terakhir.
" Tahu dan tempe itu apa nona Antika?" Zaro yang penasaran langsung bertanya, dia tau semua orang pasti penasaran dengan kata-kata yang baru mereka dengar.
" Tahu dan tempe itu salah satu lauk yang bisa kita makan dengan nasi atau di buat cemilan, tahu atau tempe terbuat dari biji kacang kedelai yang di cuci bersih dan di masak hingga matang baru lah di olah menjadi, susu kedelai, tahu atau pun tempe, dan dari tempe bisa kita buat cemilan atau lauk untuk teman makan." Ujar Antika menjelaskan, mereka yang mulai mengerti mengangguk walau tak sepenuhnya mereka faham akan penjelasan Antika.
" Nanti aku kan tunjukan bentuk kacangnya seperti apa, yang penting apakah di antara kalian ada yang mau menemani aku ke pertemuan antar suku?" ujar Aldi, dan Aldi menawarkan kepada beberapa orang yang mau ikut menemaninya.
" Ketua Aldi, bolehkah aku ikut dengan ketua?" Ucap tuan hao.
" Mas...kita butuh tim wanita juga yang bisa membantu untuk memasak." Ujar Antika memberi ide.
" Baik Saya minta beberapa lelaki yang bisa bertarung tetap di sini terutama tuan Gama dan tuan Vasco, pihak wanitanya biar istri saya yang atur karena dia akan ikut kita ke pertemuan.
Aldi memilih beberapa pemuda dan dua orang tua dewasa di pihak pria dan dua wanita yang sudah mengerti cara masak Antika.
Setelah kesepakatan itu Antika dan Aldi pergi, sedangkan yang lain sudah di kasih tugas masing-masing untuk membuat pagar setinggi dua meter untuk melindungi desa mereka, Aldi dan Antika jika pergi selalu menyempatkan menebang pohon di hutan mereka yang terletak di belakang rumah.
" Hao...apakah kamu akan pergi dengan ketua?" Tanya pria seusianya yang tak ikut pilihan.
" Iya, sepertinya ketua Aldi tidak mengerti peraturan disana, sepertinya ketua kita bukan orang biasa!" Ujar tetua hao.
" kamu benar, selama kita ikut bergabung di desa ini tidak pernah kita masuk hutan lagi dan berpindah-pindah mencari tempat untuk kita tidur." Ujarnya dengan melihat sekeliling, melihat aktifitas para warga yang kompak bergotong royong.
" Siapapun ketua kita semoga dia akan tetap berbaik hati kepada kita."Ujar Tetu hao.
" Kalian berdua jangan menilai ketua Aldi yang tidak-tidak, kalian tidak tau sejak awal aku dan rombongan ku ikut ketua Aldi kami tidak pernah lagi di izinkan ke hutan apalagi sampai mempertaruhkan nyawa, ketua dan biyung Antika selalu menyediakan makanan yang baik, dan mengajarkan kita semua berkebun dan mengunakan hasil dari tanaman mereka, kalian lihat kan benda-benda itu awalnya kami semua juga sama dengan kalian waktu pertama kali melihatnya, kami juga tak bertanya selama itu tidak membahayakan kita, kita akan aman kata ketua selama tinggal di desa ini hanya di minta bekerja sama dan gotong royong saling melindungi satu sama lain, jangan ada pertikaian atau pun keributan apa pun bentuknya." Ujar tuan Gama menasehati ke dua pria yang baru gabung dengan desa yang ia tempati.
" Terimakasih saudara, kami tidak akan mempertanyakan atau pun meragukan mereka berdua." Ujar tuan hao.
" Kembalilah bekerja, ketua dan biyung Antika sedang tidak ada di sini jadi aku yang akan mengawasi kalian untuk membuat agar ini," Ujar tuan Gama.
" Minuman sudah ku siapkan Gama, kamu bisa bawa mereka untuk minum dulu, tadi nona Antika sudah meninggalkan es balok di dalam box kusus, itu sudah aku buatkan dan cemilan pisang goreng tadi masih ada sepertinya masih pas untuk teman istirahat kalian." Ujar biyung misa ia menunjuk potongan kayu yang di buat berbentuk meja kecil di beberapa tempat oleh Aldi.
" Terimakasih Mak." Jawab ramah tuan hao dan pria itu sedangkan Gama, mengangguk setelah biyung misa pergi Gama mengajak pria-pria itu untuk menikmati minuman yang tersedia.
" Wah...setiap aku habis angkat kayu besar itu pasti badanku sakit, tapi selalu kembali sehat ketika habis minum buatan nyonya Antika." Teriak antusias seorang pria berumur sekitar tiga puluhan itu, dia begitu senang jika minuman dingin itu membasahi tenggorokannya dan masuk kedalam tubuhnya. yang mereka tidak tau jika Antika sudah meneteskan setiap air yang akan di konsumsi dengan air ajaib yang Antika miliki.
" Eh ...kata nyonya Antika akan membuat minyak goreng sendiri apa kah kalian tau buah apa yang akan dia gunakan?" Tanya salah satu wanita muda mantan pengembara selatan itu.
" Tidak usah terlalu sibuk mencari tau tentang apa yang nona Antika lakukan, selama tidak membahayakan kita lebih baik kita dia, kita sudah bersyukur kepada ketua Aldi dan istrinya yang mau menjaga kita semua dan kalian harus berterimakasih sudah di izinkan gabung di sini, jadi jangan bikin ulah apapun, ingat itu." iza memperingati kumpulan gadis muda itu, iza begitu tak suka dengan wanita muda itu karena sedari awal wanita itu berusaha mencari tau tentang Antika dan begitu penasaran dengannya.
" Kan hanya ingin tau saja siapa tau aku bisa seperti nona Antika, dan siapa tau aku bisa memilih lelaki tampan seperti ketua Aldi." Ujarnya tanpa melihat ekspresi wajah curiga iza kepada wanita muda itu.
" terserah kamu, tapi ingat jika suatu saat kamu berulah dan di usir dari desa ini jangan salahkan kami yang tidak memperingati mu, ingat tanpa ketua Aldi dan nona Antika aku dan semua orang di desa ini akan sama nasibnya tidak akan seperti sekarang, tempat tinggal di berikan cuma-cuma makanan di sediakan kita tidak sibuk berburu lagi dan jangan lupakan kita di kasih tempat dan di lindungi oleh mereka berdua." Ujar iza kembali dengan ucapan lebih memperingati wanita muda itu, namun wanita muda itu bukannya terima malah marah-marah sedangkan yang lain berfikir realita mereka tak ingin di usir oleh orang yang sudah menolong mereka dari kematian di luar sana.
" Sara, lebih baik kamu diam, kamu mau di usir oleh nona Antika atau ketua Aldi dari desa ini, kalo aku tidak mau di usir gak mau tidur dengan takut disini enak bisa tidur dengan tenang dan perut tidak pernah lagi merasakan kelaparan dan bingung mencari makan dan berburu disini sudah di siapkan tanpa nona dan ketua minta apapun hanya meminta harus rajin dan bekerja sama saling melindungi sepertinya desa ini tidak ingin mengorbankan siapa pun jika hanya untuk tempat tinggal dan makan." Ujar seorang gadis bernam meca, gadis yang berfikir positif itu melihat kenyataan dari pada angan-angan, makanya ia berusaha mengingatkan teman satu sukunya dulu itu yang emang memiliki sifat sedikit kasar dan ingin memiliki hak orang lain.
semangat kak 💞
lanjut thorrr...trus semangat..💪💪🥰