Selama ini Amara memberikan kehidupannya kepada Dion dan mengabdikan diri sebagai istri yang sempurna. sudah 3 tahun sejak pernikahan tidak ada masalah pada rumah tangga. namun fakta lain membuat hati Amara begitu teriris. Dion berselingkuh dengan seorang wanita yang baru ia kenal di tempat kerja.
Amara elowen Sinclair berusia 28 tahun, wanita cantik dan cerdas. Pewaris tunggal keluarga Sinclair di london. Amara menyembunyikan identitasnya dari Dion Karena tidak ingin membuat Dion merasa minder. mereka menikah dan membina rumah tangga sederhana di tepi kota London.
Amara menjadi istri yang begitu sempurna dan mencintai suaminya apa adanya. Tapi saat semuanya terungkap barulah ia sadar ketulusannya selama ini hanyalah dianggap angin lalu oleh pria yang begitu ia cintai itu.
Amara marah, sakit dan kecewa. ia berencana meninggalkan kenangan yang begitu membekas di sisa sisa hubungan mereka. akankah Amara dapat menyelesaikan masalahnya?....
ikuti terus ya guysss
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 6
Amara tiba di sebuah klinik rekomendasi Clarissa. Amara masuk dan langsung bertemu dengan dokter yang akan menangani nya. Amara terlihat menarik nafas berat saat akan dilakukan pemeriksaan.
"kamu harus bisa menerima kenyataan Amara, jangan takut." gumam Amara yang merasakan debaran ketakutan di hatinya.
Dokter wanita yang bertugas langsung melakukan pemeriksaan pada Amara dengan lengkap. Amara terus berdoa semoga semuanya baik baik saja. Setelah selesai pemeriksaan Amara diminta untuk menunggu.
Amara berjalan keluar dari ruangan pemeriksaan dan duduk di samping Clarissa.
" Clarissa, apa ada informasi baru dari Dion?." ucap Amara saat sudah duduk.
" Nona, Dion pergi menemui Vanya di apartemennya. Orang yang saya suruh mengatakan jika Vanya dilarikan ke rumah sakit saat kita tiba di klinik ini tadi. Saya tidak tahu apa yang terjadi padanya. Namun orang suruhan saya terus memata matai mereka. Dan ibu mertua anda beserta Alis... Mereka juga ikut ke rumah sakit." ucap Clarissa menjelaskan.
Amara hanya terdiam sambil menatap ke depan. ia merasa sangat bodoh saat semua orang yang ia percaya membohonginya. "Apa mereka sudah tahu semuanya. Apa mereka menyetujui perselingkuhan yang dilakukan Dion?." ucapnya lirih. Hatinya kembali perih. Suara seseorang menyadarkan Amara dari keterpurukannya.
" Ibu Amara, silahkan masuk ke ruangan saya." ucap dokter spesialis yang menangani Amara.
Amara bangkit dan masuk ke dalam ruangan. Sesampainya di sana ia duduk.
"Bu Amara, setelah pemeriksaan secara menyeluruh, dapat dilihat di lembaran ini bahwa anda memiliki kesehatan yang baik dan anda sangat subur. Anda tidak mandul. Anda bisa cek sendiri pada kertas yang saya berikan." ucap dokter itu dengan senyuman.
Amara seakan tak percaya dengan ucapan dokter itu. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Air matanya berlinang tanpa bisa dihentikan. Bahunya bergetar menahan tangis kebahagiaan.
Amara berterimakasih pada dokter yang menanganinya, kemudian ia keluar dengan membawa kertas hasil pemeriksaan itu. Rasa sedihnya tentang penghianatan Dion dan keluarganya sejenak hilang dari pikirannya.
" Clarissa." teriak Amara kecil lalu memeluk Clarissa dengan erat.
"ada apa nona, bagaimana hasil pemeriksaan nya?." ucap Clarissa merasa khawatir.
" Clarissa, aku baik baik saja, aku tidak mandul." Amara menggenggam tangan Clarissa sambil terus menitikkan air mata.
" Benarkah nona, syukurlah." ucap Clarissa dengan lega.
"Iya Clarissa, aku tidak menyangka ternyata selama ini aku baik baik saja." ucap Amara tak percaya. Padahal sebelumnya ia selalu khawatir bahwa dirinyalah yang mandul.
"Nona, jika anda tidak mandul berarti Dion..." ucap Clarissa terputus.
" Clarissa, aku mau merahasiakan ini dari Dion dan keluarganya." ucap Amara dengan tatapan dingin. Ia menyeka air matanya lalu menyerahkan kertas hasil pemeriksaan kepada Clarissa. Ia meminta Clarissa menyimpannya dengan baik. Clarissa mengangguk.
Keduanya memutuskan untuk meninggalkan klinik. Amara meminta Clarissa untuk mengantarnya pulang. Ia ingin istirahat karena hari ini badannya terasa sangat lelah.
Setelah menempuh waktu cukup lama, akhirnya mereka tiba di rumah yang selama ini ditempati Amara. Rumah sederhana yang menjadi saksi kebahagiaan dan kekecewaan Amara menjadi satu. Amara meminta Clarissa untuk pulang, kemudian asisten pribadinya itu mengangguk dan menuruti perkataan Amara.
Amara memantapkan langkahnya masuk ke dalam rumah, di dalam sana kosong, tak ada siapapun. Amara tahu kini Dion sedang mengkhawatirkan wanita yang sudah menjadi selingkuhannya.
Amara memutuskan untuk masuk ke dalam kamar.
.
.
Sementara itu di sebuah rumah sakit di kota London, Dion tengah menunggu dengan gelisah di luar ruangan pemeriksaan. Hari ini Vanya menelponnya karena ia terbaring lemah di ranjang serta kepalanya sangat pusing sejak pagi. Jadi Dion buru buru menemui Vanya, saat tiba di apartemen Vanya, ia tergeletak di lantai tak sadarkan diri.
Dion sangat panik. Juga di ikuti Alis dan ibunya yang juga sama paniknya.
" Dion, tenang dulu. vanya pasti akan segera pulih." ucap Anggy mencoba menenangkan putranya yang sedari tadi hanya mondar mandir tanpa mau duduk sedikitpun.
Tidak ada sahutan dari Dion. Tak berselang lama seorang perawat keluar dan meminta keluarga terkhususnya suami wanita yang mereka tangani untuk menemui dokter.
" Apa anda suami pasien?. Dokter meminta anda untuk menemuinya." ucap perawat wanita itu.
" Iya saya suaminya." ucap Dion mantap tanpa keraguan sedikitpun. Sementara Anggy tersenyum simpul saat mendengar jawaban memuaskan dari Dion. Begitu juga dengan Alis, ia juga merasa bahagia.
Dion masuk ke dalam ruangan dan menemui dokter.
" Bu, aku harap kak Dion bisa segera menikah dengan Vanya. Kita bisa kaya raya karna Vanya seorang selebriti." ucap Alis merasa girang.
"Ibu juga berharap begitu. Semenjak kakakmu ketahuan selingkuh oleh ibu, kebahagiaan ibu seketika hadir. Ibu sangat berharap mempunyai menantu terkenal seperti Vanya, wanita cantik dan wanita karir. tidak seperti wanita jal*ng yang kakakmu nikahi itu. Entah darimana asal usulnya bahkan orang tuanya pun tidak ada. Aku harap dia segera menghilang dari kehidupan kita." sorot mata kebencian terpancar dari tatapan Anggy saat menceritakan tentang Amara.
.
.
" Dokter, bagaimana keadaan Vanya?." tanya Dion dengan ekpresi khawatir.
" Selamat pak, istri anda hamil.". Ucap dokter tersebut sambil berjabat tangan dengan Dion.
Dion terdiam tanpa bisa berkata apa-apa. Rasa bahagia menjalar ke seluruh tubuh dan pikirannya. Ia tidak lagi sanggup menjawab atau merespon apapun saat ini.
"selama tiga tahun aku berhubungan dengan Amara tapi tidak dikaruniai anak sampai sekarang. Tapi dengan Vanya, baru beberapa bulan kami bersama tapi langsung diberikan anak. Ternyata Amara wanita mandul.". Gumam Dion dalam hati sambil mematung mencerna semua yang terjadi.
" Dokter, dimana istri saya sekarang?." tanya Dion dengan cepat. Ia tidak sabar menemui Vanya dan calon bayi mereka.
" Di ruang perawatan, anda sudah bisa melihat istri anda." ucap dokter tersebut.
Dion bergegas menemui Vanya, sesampainya disamping ranjang Vanya, Dion memeluk dan mencium pipi Vanya dengan bertubi tubi.
" Terimakasih Vanya, terimakasih." Dion menangis di hadapan Vanya yang membuat Vanya merasa heran.
" Dion, ada apa?." tanya Vanya masih belum mengetahui tentang kehamilannya.
" Vanya, kamu hamil anak kita." ucap Dion dengan ekpresi bahagia.
Vanya membulatkan mata dan menggeleng tak percaya. "Apa?. Aku hamil?." ucapnya dengan nada tak percaya.
" Ya, kamu hamil sayang." Dion kembali mengecup kening Vanya.
Vanya terdiam tanpa bisa berkata-kata. Sebenarnya ini adalah sebuah musibah karena bisa menghalangi karirnya. Tapi Vanya berpikir sejenak lalu memutuskan untuk melanjutkan kehamilannya. Apalagi Dion memiliki jabatan tinggi di agensi, jadi dia tidak perlu khawatir akan kehilangan pekerjaannya. Malahan Vanya bisa menggunakan bayi yang ada dalam perutnya sebagai alat untuk memperdaya Dion.
" Sayang, kamu harus menjaga bayi ini dengan baik." ucap Dion sambil menyentuh perut Vanya yang masih datar.
Vanya mengangguk sambil tersenyum.