Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Like Father Like Son
Suara ketukan dari luar pintu. Dimas mengetuk pintu kamar yang ditempati kembar dan juga Kinanti. Dimas sudah terlihat rapi, dan siap untuk berangkat.
Kinanti membuka pintu kamarnya, dan mempersilahkan Dimas untuk masuk. Karena Kinanti masih sibuk mengurus kedua buah hatinya. Meskipun kembar sudah mulai bisa mandi sendiri, dia tetap ingin memandikan kedua anaknya.
"Selesai," ucap Kinanti.
Kedua anaknya sudah rapi siap berangkat, kini giliran dia yang mandi dan bersiap-siap. Dimas mengajak kembar untuk main ke taman yang berada di hotel, sambil menunggu Kinanti siap. Rencananya, setelah sarapan pagi mereka akan berangkat ke kantor Gio.
Gio sudah sampai di perusahaan. Dia sampai lebih dulu, sebelum Satria datang ke perusahaannya. Mereka akan bertemu di perusahaan pukul 09.00 WIB.
"Apa kamu sudah memastikan kedatangan anak itu?" tanya Gio untuk memastikan.
"Sudah Tuan, tepat pukul 09.00 mereka akan datang," jelas Erland.
Erland sengaja mencari hotel yang letaknya tak jauh dari perusahaan, untuk memudahkan Satria untuk datang ke perusahaan. Gio dan Erland mengira, kalau mereka berasal dari Yogyakarta dan tak mengenal kota Jakarta.
Kinanti, Dimas, dan juga Kembar terlihat sedang sarapan pagi. Kembar terlihat senang, ini adalah pengalaman pertama bagi mereka menginap di hotel. Bunga merengek ingin berenang, karena selama ini mereka tak pernah merasakan hal ini. Hidup dengan kesederhanaan. Uang yang mereka dapatkan, selalu mereka tabung untuk mereka kuliah nanti. Keinginan untuk menjadi anak yang sukses sangat besar.
"Siapa?" tanya Gio kepada sang asisten, saat Erland menerima panggilan.
"Ibu dari Satria," sahut Erland.
Erland mengatakan kalau Satria beserta orang tuanya sudah berada di lobby. Erland izin untuk menjemput mereka di lobby. Kemudian Erland langsung turun menemui Satria.
"Selamat datang Satria di perusahaan ini," ucap Erland menyambut kedatangan Satria dan Satria hanya menganggukkan kepalanya. Sikapnya sangat dingin, jarang sekali bicara dengan orang lain.
Erland membawa mereka menaiki lift menuju ruang meeting. Mereka akan mengobrol di sana.
"Silahkan masuk Satria, Tuan, dan Nyonya Kinanti! Silahkan duduk! Sebentar, saya akan panggilkan Tuan Gio selaku pemilik perusahaan ini," ucap Erland.
Kinanti beserta kembar dan juga Dimas sedang menunggu kedatangan Gio. Tak lama kemudian, Erland datang bersama Gio. Kinanti dan Gio sama-sama terkejut. Entah mengapa jantung keduanya langsung berdegup kencang, saat pertama kali mereka saling pandang.
"Mengapa wajah laki-laki ini sangat mirip dengan Satria?" Dimas bermonolog.
"Mengapa wajah Tuan Gio, mirip dengan Satria? Apa laki-laki yang berada di hadapan aku adalah laki-laki yang menghamili aku? Ah, tidak-tidak! Itu tidak mungkin, aku yakin semua ini hanya kebetulan saja. Rasanya tak mungkin," Kinanti bermonolog dengan pemikirannya.
"Mengapa wajah anak ini sangat mirip denganku, dan wajah ibunya rasanya tak asing bagiku? Apa wanita itu, wanita yang pernah tidur denganku? Jika memang benar, berarti Satria anakku. Ah, tidak-tidak. Rasanya tak mungkin, aku yakin semua ini hanya kebetulan saja. Tidak mungkin anakku, " ucap Gio dalam hati.
Bukan hanya mereka bertiga saja yang merasa terkejut dengan kemiripan wajah Satria. Satria dan Bunga pun diam-diam memperhatikan Gio, ada perasaan yang berbeda saat melihat Gio untuk pertama kalinya.
"Ehem, apa bisa kita mulai sekarang?" tanya Erland, membuat mereka berdua menghentikan lamunan mereka. Mereka kini sudah duduk saling berhadapan. Erland langsung membuka acara pertemuan ini.
Like Father Like Son, istilah kata untuk kemiripan Gio dengan Satria. Bukan hanya wajah yang memiliki kemiripan, gaya bicara Satria pun sangat mirip dengan sang ayah. Membuat Kinanti, Dimas, Erland, dan Gio merasa bingung melihat kemiripan yang dimiliki Satria dengan Gio.
Gio terlihat gelisah, tak karuan. Dia mencoba mengingat wajah wanita yang sempat tidur dengannya. Ingin rasanya dia bertanya kepada Kinanti selalu ibu dari Satria, tetapi rasanya tak etis jika dia bertanya tentang kehidupan pribadi Satria. Terlebih mereka baru bertemu sekarang. Hal itu yang membuat Gio memilih menepisnya, kalau Satria adalah anaknya.
Semua yang berada di sana dibuat kagum, saat mendengar Satria mulai menjelaskan dan mengutak-atik laptop miliknya. Mencoba Dia terlihat begitu pengalaman. Menguasai apa yang menjadi tugasnya.
Kinanti terlihat tegang, meskipun dirinya sudah terbiasa melihat Satria bekerja. Dia takut Satria gagal melacak yang melakukan kecurangan. Mereka kini hanya sibuk dengan pemikirannya masing-masing, suasana terlihat hening. Tak ada pembicaraan lainnya. Sampai akhirnya Bunga membuka pembicaraan.
"Om kok wajahnya mirip sekali dengan kakak aku," ungkap Bunga. Membuat semua yang berada di sana tercengang dengan penuturan Bunga. Mereka jadi saling pandang.
"Nyonya, apa saya boleh bertanya? Selama ini Satria makannya apa ya? Kok bisa ya genius seperti ini?" tanya Erland membuat Gio memberikan tatapan tajam, menanyakan hal yang tak berhubungan dengan pekerjaan.