Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Puluh Satu
Riri baru saja tersadar setelah lama berada diatas ranjang ruang rawat inap yang dilapisi seprei berwarna putih.
Ia baru saja mengalami operasi pada dua buah melonnya yang terlalu besar dan berhimpitan, hingga membuat luka bakar yang cukup parah karena terkena siraman air keras yang menyebabkan jaringan kulitnya rusak.
Riri harus terima kenyataan, jika luka bakar itu meninggalkan koloid yang pastinya akan mengurangi kepercayaan dirinya pada lawan jenisnya kelak.
Sesuatu yang ia banggakan dan menjadi alat penarik bagi lawan jenisnya sudah tak dapat lagi ia andalkan. Ia harus menjalani operasi yang lebih serius jika ingin mendapatkan kecantikannya yang dahulu, tapi pastinya memerlukan dana yang cukup besar.
Wanita itu membuka matanya. Ia melihat jika ia ditemani oleh seseorang, sepertinya itu adalah Joni yang merupakan Office Boy yang bekerja satu rekan dengan Jamet.
Lalu mengapa ia ada disini?
Ia terlihat sedang bermain dengan ponselnya. Sepertinya ia sibuk menatap layar yang tampak sangat serius.
Riri merasakan berat dibagian kepalanya, dan ia lupa jika malam ini adalah malam Jum'at Kliwon, ia harusnya memberikan sesaji dan mengunjungi Mbah Jati untuk menambah sihir kepada Gita, agar semakin kyat dan jika wanita itu Gila bahkan mati, maka akan menjadi sesuatu yang sangat menyenangkan baginya.
Akan tetapi, akibat ulah Jamet, hal ini membuat semuanya jadi kacau.
Obat bius yang diberikan telah habis masanya. Maka ia merasakan perih yang cukup menyakitkan.
"Dasar OB sialan!" makinya dengan lirih.
Sontak saja makiannya membuat Joni tersentak kaget. Lalu menutup layar ponsel, dan menatap Riri yang saat ini sedang terbaring diranjang pasien.
"Tadi bilang apaan, Bu?" Joni datang menghampiri sang wanita dengan langkah perlahan.
Riri merasakan ada sesuatu yang tersirat dari tatapan sang Office Boy yang entah atas perintah siapa mendampinginya diruangan ini.
"kamu ngapain disini?!" tanya wanita itu sembari menahan rasa sakit dan juga perih pada bagian organ intinya karena melepuh tersiram air teh panas serta bagian melonnya yang mengalami luka bakar cukup parah.
"Saya dapat perintah dari CEO untuk mendampingi ibu, karena tadi ada Polisi yang datang kemari untuk menanyai berkas perkara kejadian, jadinya ibu bekum sadar, dan saya diminta untuk menemani sementara waktu." pemuda itu menjelaskan, sembari berjalan menghampirinya.
"Tetapi mengapa harus kamu?! Kan banyak karyawan wanita," tegasnya dengan nada tak senang.
"Sudahlah, Bu jangan terlalu dipermasalahkan, saya hanya ingin mempertanyakan tentang masalah video ini." Joni memperlihatkan video tentang percintaan wanita itu dengan Jamet.
Seketika Riri membeliakkan bola matanya. Ia merasa sangat geram karena Jamet ternyata diam-diam merekamnya, dan kini menyebarkannya.
"Dasar, Jamet sialan! Awas saja kamu!" Riri hendak merampas ponsel Joni, namun pemuda itu dengan cepat mengelak
"Tidak semudah itu, Bu! Saya akan menyebarkan berita ini jika ibu tidak memenuhi permintaan saya," ancam Joni untuk mencari momen kesempatan dalam kesempitan.
Wanita itu membolakan kedua matanya. Ia merasa jika saat ini pemuda itu sedang memerasnya. "Jangan mencoba mengancam atau memerasku! Karena aku akan membuatmu mendekam dipenjara se0erti rekanmu!" Riri balik mengancam.
Joni tersenyum simpul. "Terserah, aku tidak takut! Tapi jika ibu tidak memberikan apa yang ku inginkan, maka ku pastikan video inj akan menyebar, dan ibu pasti tau apa konsekwensinya--bukan?" pemuda itu menaikkan satu alisnya, dan ucapannya terlihat bagaikan sebuah bom yang siap menghancurkannya.
Pemuda itu menekan tombol share pada bagian bawah kiri layar ponselnya, dan bersiap untuk menyebarkan video pemersatu para bangsat tersebut.
"Bayangkan reputasimu, Bu? Bukan hanya kehilangan pekerjaan, tetapi juga kehilangan harga diri!" Joni tersenyum mencibir, lalu menekan tombol tersebut, dan memilih applikasi berwana hitam dengan lambang salah satu not dan bersiap menyebarkannya.
Applikasi tersebut tentu saja banyak digunakan sebagian besar pengguna media sosial, dan pastinya akan membuat videonya cepat tersebar dan viral, maka karirnya akan hancur.
Riri sangat frustasi. Ia tak ada pilihan, sebab pria itu tidak main-main dalam ancamannya. "Tunggu!" cegahnya dengan cepat. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya dengan deguban jantungnya yang memburu.
"Kirimkan uang dua ratus juta, ke applikasi dompet digital saya!" Joni memperlihatkan nomor dompet digitalnya.
Wanita itu membeliakkan kedua matanya. "Gila! Kau kira itu jumlah yang sedikit?" hardik Riri kesal.
"Terserah! Namun jangan salahkan aku, jika ini akan aku sebarkan!" ancam Joni dengan nada santai.
Ia merasa bebas melakukan hal itu, sebab meyakini jika sang wanita tidak dapat melakukan hal untuk melawan, karena tidak ada yang mendampinginya saat ini, kecuali dirinya.
Dada Riri bergemuruh. Ini namanya sudah jatuh tertimpa tangga. Sudah dibuat cacat oleh Jamet, justru diperas oleh Joni.
Dengan wajah penuh amarah. Ia menatap pria dihadapannya.
"Ambilkan tas saya!" titahnya pada Joni yang saat ini berada ditepian ranjangnya.
Joni tersenyum sangat culas. Lalu meraih tas jinjing milik Riri yang terdapat diatas meja nakas.
Wanita itu membuka tas-nya, lalu meraih ponselnya, dan mengetik sejumlah uang yang sudah ditabungnya selama ini.
Ting
Satu notifikasi masuk ke dalam ponselnya, dan menyatakan jika transfernya telah berhasil.
"Sudah!" jawabnya dengan ketus. Jika saja ia dapat bergerak bebas hari ini, mungkin ia sudah menghajar Joni habis-habisan.
Joni memeriksanya. Lalu melihat jika tranfernya telah berhasil.
"Terimakasih, Bu Riri yang cantik dan seksi, kamu sangat baik sekali!" ucap Joni, lalu berjalan mundur dan pergi meninggalkan ruang rawat inap.
Riri menahan gejolak amarahnya. "Lihat saja! Aku akan meminta CEO untuk memecatmu!" gumamnya dengan raut wajah penuh kekesalan saat melihat Joni sudah menghilang dibalik pintu ruang rawat inap yang ditempatinya.
Sementara itu, Joni keluar dari rumah sakit, dan mentransfer seratus juta kepada seseorang. [sudah ku kirim, pergilah jauh, jangan sampai Polisi menemukanmu!] ucapnya dalam sebuah chat yang dikirimkannya pada seseorang.
[Ok, terimakasih,]
Lalu chat tersebut dihapus dengan cepat untuk menghilangkan jejak digitalnya, dan mereka mencopot kartu sim dengan nomor ponsel tersebut, lau membakarnya.
Joni berjalan melenggang, dan menuju pulang ke rumah dengan begitu santainya.
Sedangkan ditempat lain, Riri mencoba menghubungi Mbah Jati. Ia meminta agar pria itu menyediakan syarat ritual yang harus ia jalani malam ini, sebab ia tidak dapat mencarinya, karena sedang sekarat.
Ia mengirimkan pesan tersebut, namun tidak terkirim, sebab kediaman Mbah Jati sangat jarang adanya signal karena terletak ditengah hutan, dan ia terlihat sangat frustasi.
"Bagaimana ini? Aku tidak mungkin mencari syarat ritual tersebut. Lagi pula ini sudah sangat malam, dan aku harus mencari kemana?" gumamnya dengan bingung, sembari meringis menahan sakit pada bekas operasinya, dan juga bagian organ intinya yang terasa panas karena melepuh.
kaauupok mu kapan dehhh
dan di lubang lily nnti ada bisa kelabang siapa yg mencicipi akan metong /Facepalm/
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...
tp sayang nya si Minah belum nyadar diri ttg perbuatan anak nya itu ,, kasihan nya 🤣🤣🤣
msh penasaran aku kak Siti ,,, kira-kira apa yg terjadi pd 2 jalang itu yg pingsan di hutan,, apakah msh hidup atau mereka dh pd mati yaa ❓🤔