NovelToon NovelToon
Pernikahan Yang Ketiga

Pernikahan Yang Ketiga

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Janda / Cerai / Identitas Tersembunyi / Cinta Lansia
Popularitas:11.9k
Nilai: 5
Nama Author: CovieVy

Setelah sepuluh tahun menjanda setelah pernikahan kedua, Ratna dihadapkan oleh perilaku tak terduga dari anak tiri yang ia rawat. Setelah menikah dengan Dirli, Amora mengusir Ratna dari rumah peninggalan ayahnya (suami Ratna).

Suatu hari, ia bertemu dengan seorang pria tua memakai jaket ojek online. Pria bernama Robin itu melihat ketulusan Ratna yang menolong orang yang tak dikenal. Dengan lantang ia mengajak Ratna menikah.

Dalam pernikahan ketiga ini, ia baru sadar, banyak hal yang dirahasiakan oleh suami barunya, yang mengaku sebagai tukang ojek ini.

Rahasia apakah yang disembunyikan Robin? Apakah dalam Pernikahan yang Ketiga dalam usia lanjut ini, rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada konflik?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Terungkap Fakta

Robin memarkirkan motornya perlahan di sudut pelataran. Motor itu masih setia diapit oleh mobil-mobil mengilap yang berjejer rapi. Suara deru mesin motornya langsung tenggelam oleh kesibukan pagi di halaman kantor.

Ia menghela napas, menarik resleting jaket hijaunya yang telah pudar semenjak ia beli dari tukang ojek yang putus asa, lalu melipatnya dengan asal. Hembusan angin pagi mengibaskan rambutnya yang sedikit basah oleh keringat. Dengan langkah tenang, ia mendorong pintu kaca dan menghilang masuk ke dalam gedung.

Ia mendapat kabar dari sang tangan kanan, ada seseorang yang telah menantinya semenjak pagi yang masih kelam.

Sementara itu, dari balik jendela besar di lantai dua, seorang wanita berdiri membisu. Tangannya menggenggam cangkir kopi, uapnya masih mengepul tipis di udara. Ini adalah kopi yang telah dihidangkan Wirya untuk kesekian kalinya.

Wanita itu ngotot meminta Wirya menyuruh Robin untuk segera datang ke kantor. Tentu saja Wirya tak langsung menuruti permintaan wanita yang merupakan masa lalu sang Presdir. Namun, ancaman yang diberikan Nancy, memaksa Wirya untuk menyampaikan permintaan tersebut kepada sang pemimpin perusahaan.

Matanya menyorot tajam ke arah pelataran, menelusuri siluet Robin yang baru saja berlalu. Senyum tipis mengembang di wajahnya. Itu bukan lah senyum bahagia, tetapi sebuah bentuk rasa puas, akhirnya ia bisa berbicara dengan Robin, pria yang menghidupinya.

“Setelah sekian lama...” bisiknya, pada dirinya sendiri. “Ternyata begini cara yang kamu pilih ... Kenapa harus seperti gembel yang tersesat?"

Dan seperti lembaran buku yang tersobek, satu kenangan lama tiba-tiba menyeruak.

Ia masih mengingat kerlip lampu pesta beberapa hari lalu. Ia berdiri di sudut ruangan, menyaksikan Robin hadir dengan setelan seadanya, nyaris tenggelam di antara tamu-tamu glamor yang menolehkan kepala hanya untuk mencibir pria itu bersama pasangannya.

Bukan hanya penampilan seorang Robin yang menjadi beban dalam pikirannya. Akan tetapi seorang wanita yang tak pernah lepas dari genggaman Robin. Tanpa bertanya pun semua orang sudah bisa menebak bahwa mereka adalah sepasang suami istri, yang menjadi tamu tak dianggap dalam pesta tersebut.

Sejenak jelas tersirat rahangnya mengeras, menyipitkan mata penuh selidik.

"Apa yang kau mainkan, Robin?" gumamnya lirih, dalam geram yang dicoba untuk terus ia tahan. “Kenapa harus berpura-pura di balik semua ini? Kenapa kau menyembunyikan semuanya pada si penjual kopi itu?

Sementara itu, di lantai atas, Robin membuka laci kecil di ruang ganti pribadinya. Ia mengganti pakaian yang masih melekat di tubuhnya. Kaus polos penuh peluh di balik jaket hijau tadi, berganti dengan sesuatu yang lebih pantas untuk pertemuan yang ia harapkan semenjak dulu.

"Akhirnya ... Hari ini aku bisa melakukannya."

Cermin di depannya memantulkan wajah yang berbeda dibanding dengan yang dulu. Wajah itu kini tentu tampak lebih tegas, lebih dingin. Tapi tatapan mata kali ini menyiratkan luka lama yang sempat terkubur, kini kembali muncul.

"Nancy." Ia memastikan dirinya untk berpenampilan terbaik dari yang ada. Tentu jauh dibandingkan dirinya dulu, di saat tergila-gila pada sebuah nama.

Bayangan itu kembali menari-nari dalam pikirannya. Terlalu banyak yang belum selesai, terlalu banyak luka yang belum ia kubur meski kejadian itu berlalu selama dua puluh. Semua potret itu terus mengalir segar tanpa henti.

Dulu, Robin bukan siapa-siapa. Usaha kecilnya selalu goyah setiap bulan, dan ia hanya bertahan dengan satu modal, yakni tekad untuk membuktikan.

Akan tetapi kondisi tersebut membuat Nancy memilih pria kaya yang membawanya terbang ke luar negeri. Semenjak itu, Robin mulai berhenti berharap dan memilih jalan baru untuk bertarung dengan kehidupan yang sesungguhnya.

Ia bekerja gila-gilaan. Siang, malam, bahkan tak sempat bermimpi. Hidupnya berubah menjadi mesin. Mesin penghasil uang, pencatat target, sebagai pembayar hutang dendam.

Dan kini, wanita yang pernah meninggalkannya kembali muncul. Di saat ia mulai berdamai dan menjalani hidup sebagai pria normal, menikah, memiliki istri yang mendampingi hidupnya.

Setelah semua selesai, ia kembali menatap cermin memastikan tak ada lagi yang kurang dan celah untuk menjadi bahan baru untuk menjatuhkannya lagi.

Setelah ia rasakan oke, ia berjalan dengan tegap menuju lift. Robin akan turun ke lantai dua, bersiap berperang dengan masa lalu.

Akan tetapi, saat pintu lift terbuka, ada seseorang yang tak terduga berada di dalamnya. Mereka tertegun saling menatap satu sama yang lainnya.

Namun, akhirnya Robin melipat kedua tangan mengangkat dagu menatap pria muda yang menatapnya dengan wajah tak percaya. Cepat atau lambat ini pasti akan terjadi juga.

"Apa yang kau lakukan di sini, Pak Tua?" Dirli menatap pria yang selalu dalam balutan jaket ojek online dengan tatapan tak percaya. Pria tua yang selalu membuatnya takut, kini tampak berbeda saat mengenakan jas elegan yang sepertinya tak murah.

"Kau sendiri mau apa?" Robin membalas pertanyaan itu dengan dingin.

Tangan Dirli yang menggenggam struk dari warung Ratna, kini remuk dalam genggamannya. Satu per satu puzzle yang dulunya pecah tak terbentuk, kini seakan menyatu dengan sempurna.

"Pak Wirya. Saya mencari Pak Wirya."

Dengan wajah melas Robin menanggapi penjelasan Dirli. "Dia sedang sibuk menemani seorang tamu."

"Pak Tua—hmm ...." Dirli merasa bingung harus berbicara seperti apa.

"Saya butuh penjelasan akan semua ini," ucapnya menatap kertas-kertas yang telah remuk.

Robin tersenyum sinis. "Kau saja yang terlalu bodoh karena terlambat menyadari ini. Saya pikir semua karywan mengetahui nama pimpinan perusahaan tempat dia bekerja. Tapi, saat melihatmu, saya baru sadar, itu tak berlaku bagi karyawan yang diterima karena mengandalkan orang dalam."

Dirli sebenarnya tahu, siapa nama pimpinan perusahaan ini. Hanya saja, ia sama sekali tak menyangka bahwa pria si tukang ojek lah yang berada di balik papan nama itu. Ia teringat perselisihan tadi malam, membuat Dirli dengan refleks berlutut menyatukan kedua tangannya di depan dada.

Melihat tindakan Dirli yang tiba-tiba berlutut seperti itu, Robin menyeringai puas. Ia menunduk sedikit, menatap pria muda itu dengan tatapan menang yang dingin.

"Kenapa?" suaranya pelan tapi menusuk. "Kau kaget? Baru sadar siapa sebenarnya orang yang kau rendahkan selama ini?"

Dirli gemetar, wajahnya pucat. "Ma-maafkan saya, Pak. Jangan pecat saya, Pak. Saya benar-benar tak menyangka Anda adalah—"

"Apa kau baru bisa nenghargai jika seseorang memiliki kedudu—" Ponsel Robin berdering. Ia mengangkatnya tanpa tergesa, suaranya kembali tenang namun penuh kendali.

"Katakan padanya..." jeda sejenak, sembari menatap Dirli yang masih menunduk kaku, "...Kalau memang benar ingin bertemu, tunggu saja dengan tenang. Aku yang akan segera ke sana."

Ia menutup telepon, lalu berjalan memasuk lift. Sejenak ia menatap Dirli dengan datar. "Sebenarnya saya ingin segera menendangmu dari sini."

Dirli masih dengan wajah memelasnya menangkupkan kedua tangannya. "Jangan, Pak. Jangan ... Anak saya masih kecil, istri saya tak memiliki penghasilan. Jika Bapak memecat saya, bagaimana saya menghidupi mereka?"

Robin tersenyum sinis. "Masuk lah!"

Dengan cepat Dirli masuk lift berdiri di belakang Robin.

"Kalau kau tak ingin dipecat, sekarang kau harus mengikuti semua yang saya perintahkan! Termasuk merahasiakan siapa saya terhadap keluargamu, termasuk Ratna." Robin menekan nomor dua tanpa menoleh ke belakang.

Wajah Dirli sedikit mengernyit. Namun, akhirnya ia mengangguk dengan cepat. "Baik, Pak. Jika itu memang keinginan Anda, akan saya lakukan."

"Sekarang, tugas pertamamu membantuku untuk menghadapi seseorang di masa laluku."

Lift telah berhenti di lantai dua. Robin merapikan pakaiannya dan bersiap melaksanakan pembalasan terhadap masa lalunya.

1
Aku Rajin Membaca
nyesel nggak tu?
Aku Rajin Membaca
hmmm, ini kenapa sampai ngotot banget ketemu robin?
Aku Rajin Membaca
oooh, jadi begini ceritanya
Syahril Maiza
takutnya balas dendam malah jd CLBK, jangan lemah ya pak
Syahril Maiza
apa nggak kembung perutnya? 🤣
Syahril Maiza
sambil sarapan, baca cerita dulu
arielskys
udah habis aja, up lagi dong thor
arielskys
takut kan lo
arielskys
apa suami istri ini sengaja dibodoh2 author? 😄
arielskys
seru sekali, Robin mengerjai Amora habis2ann🤣
arielskys
emangnya enak?
arielskys
terpaksa memanggil mama 😗
arielskys
pria ini sudah malang melintang hidup dalam kekerasan dunia, wajar saja dia seolah bisa membaca pikiran lawan bicara
arielskys
masih diungkit ternyata
arielskys
wahahaha, ngakak..emangnya enak
arielskys
jika terus sakiti istrinya, tentu kau akan terus jadi bulan-bulanannya
arielskys
ternyata aku ketinggalan banyak, semangat update ya thor
arielskys
mau ke mana itu pak?
arielskys
pngen lihat Robin nonjok orang
Safira Aurora
pokoknyaa seru banget rhooorr
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!