Ada seorang wanita sedang menangis di dalam sujudnya. Dia adalah Nasya Fahriza Putri, wanita yang sudah menginjak usia 25 tahun itu menangis saat mendengar bahwa seseorang yang ada di dalam hatinya sebentar lagi akan menikah. Sudah sejak usia 20 tahun Nasya berdoa di dalam sujudnya agar yang Maha Kuasa mengabulkan permintaannya untuk di jodohkan dengan Atasannya. Pria itu bernama Aditya Zayn Alfarizi yang berstatus sebagai CEO di salah satu perusahaan ternama di Jakarta.
Lalu bagaimana nasib Nasya? Apakah doanya selama ini akan terkabul, atau justru harus melihat pria yang ia cintai dalam diam menikah dengan kekasihnya?
Kita simak kisahnya yuk di cerita Novel => Cinta Di Atas Sajadah
By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Ra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CDAS 31
Setelah berkutat dengan pekerjaannya seharian, di jam sembilan malam ini keduanya sudah berada di dalam satu kamar yang sama. Nasya saat ini sedang duduk di sofa bersama laptopnya, ditemani cappuccino dan camilan untuk menonton film drakor kesukaannya.
Sedangkan Zayn yang ada di balkon kini masuk menghampiri Nasya dan duduk di samping wanita itu.
"Lagi ngapain? Kamu nggak tidur?" tanya Zayn di samping Nasya.
"Lagi nonton, aku belum ngantuk," sahutnya datar, masih fokus dengan layar laptopnya.
"Kamu marah sama aku? Boleh tahu, apa salahku?" tanyanya lagi.
"Kak Zayn nggak ada salah. Aku yang salah sudah menaruh hati padamu."
Zayn terdiam. Dia menatap istrinya yang sambil memakan camilan itu dari samping, dengan tatapan yang tidak bisa dimengerti. Dia tahu, dia sudah mengabaikan perasaan Nasya. Tapi entah kenapa begitu sulit untuknya menanam cinta di hatinya untuk sang istri.
"Lusa tidak ada meeting dan pekerjaan di kantor. Aku ingin mengajakmu berlibur di suatu tempat. Apa kau mau?" Zayn berusaha meredamkan hati yang terbakar di hati Nasya.
Tapi, kekecewaan Nasya mungkin sudah sedikit dalam, hingga ajakan Zayn tidak membuatnya luluh. Sebagai jawaban, Nasya hanya menggelengkan kepalanya seraya mengambil cangkir cappuccino yang ia letakkan di atas meja.
"Kenapa?" lanjut Zayn.
"Aku tidak suka kemana-mana," sahutnya, masih tetap menatap film di hadapannya.
Zayn yang sudah sangat geram dengan sikap cuek Nasya pun akhirnya mulai bersikap. Dia mencengkeram tengkuk Nasya dan membawanya mendekat hingga kedua bibir itu bertemu.
Mata Nasya membulat sempurna mendapat perlakuan itu dari suaminya. Dia yang merasakan bibir lembut sang suami pun mulai luluh. Nasya yang baru merasakan betapa indahnya berciuman perlahan memejamkan mata dan menikmati setiap sentuhan dari bibir Zayn. Setelah cukup terbuai, pria itu mengakhiri ciumannya dan menatap istrinya.
"Ini kan maumu?"
Mendengar pertanyaan itu, kening Nasya berkerut. Dia merasa direndahkan sebagai seorang istri. Bukan itu yang sebenarnya dia inginkan, tapi cinta dan hati Zayn sepenuhnya yang ingin dia miliki.
Tak menjawab, Nasya justru merengut lalu mematikan laptopnya dan beranjak pergi menuju kasur, kemudian berbaring menutupi dirinya dengan selimut. Hal itu membuat Zayn sedikit merasa heran dengan sikap Nasya yang justru semakin marah.
"Bukannya perempuan itu suka kalau dicium bibirnya? Ini kok malah marah?" lirih Zayn bergumam, bertanya pada dirinya sendiri.
Sedangkan Nasya di balik selimut, jantungnya berdebar tak karuan. Tubuhnya bergetar meski matanya terpejam, karena dia baru pertama kalinya disentuh oleh lelaki. Saat merasakan ada pergerakan di belakangnya, jantung Nasya semakin berdetak kencang. Dia takut Zayn akan memaksa dirinya untuk melayaninya malam ini juga.
"Nasya..." panggil Zayn, menyentuh bahu Nasya.
Dag... Dug... Dig... Dug... Wanita itu hanya diam, dia tidak berani bergerak sedikit pun.
"Aku tahu kau belum tidur. Aku ingin kita membicarakan soal hubungan kita dengan baik-baik, tanpa pertengkaran," lanjut Zayn, dan Nasya masih diam. Dia tidak tahu harus bersikap seperti apa. "Duduklah, izinkan aku bicara denganmu malam ini," sambungnya.
Mata Nasya perlahan terbuka. Dia yang memang sangat mencintai Zayn tidak bisa terlalu lama mendiamkan pria itu. Nasya akhirnya menyerah, dia bergerak dan bangkit lalu duduk di sandaran kasur dengan kepala menunduk.
Zayn yang sudah melihat istrinya duduk segera bergeser dan mendekatinya. Pria itu menggenggam erat kedua tangan Nasya yang dingin dan mengecupnya dengan lembut namun cukup intens.
"Maafkan aku. Aku sudah terlalu banyak memberikan luka di hatimu. Kau tahu kan, aku sudah berjanji untuk membuka hatiku untukmu?"
Mendengar itu, Nasya sekilas melirik suaminya yang sedang menatapnya. Jantungnya semakin tidak karuan, dia takut Zayn mendengar suara detak jantungnya yang saat ini tidak bisa diajak kerja sama.
"Boleh aku meminta sesuatu?" tanya Zayn.
Jedug! Jedug! Jedug!
Tangan Nasya semakin dingin, bahkan di genggaman Zayn pun tangan Nasya tampak gemetar. Zayn juga merasakan itu, tapi ini kesempatan untuk dia melupakan masa lalunya bersama Angel.
"Apa aku boleh meminta hakku malam ini?" tanyanya lagi.
Seketika Nasya menarik kedua tangannya dari genggaman Zayn. Dia berbalik dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut tanpa menjawab permintaan Zayn. Sungguh, Nasya sangat malu jika sudah seperti ini, dan dia tidak tahu harus bagaimana menanggapinya.
Sedangkan Zayn yang melihat Nasya berbalik menutupi tubuhnya dengan selimut pun hanya menghembuskan napas pelan lalu menggeleng. Dia tersenyum tipis melihat Nasya yang tampak grogi. Dia pun akhirnya menyentuh bahu Nasya lalu mendekatkan bibirnya di telinga sang istri.
"Jika tidak mau malam ini, tidak apa-apa. Aku akan memintanya lagi besok, sampai kau mengizinkan," bisiknya.
Mata Nasya membulat sempurna mendengar itu di balik selimut, lalu kembali memejamkannya dengan paksa. Dia tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi. Zayn akhirnya menyerah. Dia lalu berbalik, membelakangi Nasya, dan perlahan menutup matanya. Biarkan malam ini Nasya berpikir dulu, agar dia bisa benar-benar siap memberikan haknya.
---
Pagi harinya, keduanya tampak canggung sejak obrolan semalam. Sejak kemarin, Nasya sama sekali tidak berani menatap mata ataupun wajah suaminya. Setiap berpapasan di dalam kamar, Nasya seketika menunduk karena malu.
Saat baru saja meletakkan pakaian kerja Zayn di atas kasur, tangan pria itu menyentuh tangan sang istri hingga membuat Nasya menoleh dan berdiri menghadap Zayn dengan kepala menunduk.
"Besok kita akan berlibur ke Bali. Aku sudah memesan dua tiket sekaligus hotel tempat kita menginap. Siapkan semua barang yang harus dibawa, jangan sampai ada yang tertinggal nanti," ujar Zayn, terus berusaha membuka hatinya.
"Apa harus besok?" tanya Nasya.
"Iya, kenapa? Kau mau hari ini juga? Oke, aku akan mempercepat liburannya kalau begitu."
Seketika Nasya menahan tangan Zayn yang akan menghubungi seseorang dengan ponselnya.
"Bu-bukan begitu maksudku. Aku... em... maksudnya..."
Cup.
Nasya terdiam saat Zayn mengecup bibirnya. Dia mendadak seperti patung. Zayn yang melihat Nasya mendadak diam pun tersenyum simpul.
"Siapkan dirimu nanti di Bali. Kau tidak bisa lagi menolak," setelah mengatakan itu, Zayn melangkah pergi menuju kamar ganti sambil membawa baju yang disiapkan oleh Nasya.
Sedangkan Nasya masih diam dengan pikiran yang entah ke mana. Yang ada di pikirannya saat ini: kenapa Zayn tiba-tiba agresif sekali seperti ini? Apa yang sudah membuatnya berubah? pikirnya.
...****************...