JANGAN BOOM LIKE 🙏🏻
Di tengah kehancuran yang ditinggalkan oleh amukan Liora Ravenscroft, putri bungsu dari Grand Duke Dimitri Ravenscroft, ruangan berantakan dan pelayan-pelayan yang ketakutan menggambarkan betapa dahsyatnya kemarahan Liora. Namun, ketika ia terbangun di tengah kekacauan tersebut, ia menemukan dirinya dalam keadaan bingung dan tak ingat apa pun, termasuk identitas dirinya.
Liora yang dulunya dikenal sebagai wanita dengan temperamental yang sangat buruk, kini terkejut saat menyadari perubahan pada dirinya, termasuk wajahnya yang kini berbeda dan fakta bahwa ia telah meracuni kekasih Putra Mahkota. Dengan mengandalkan pelayan bernama Saina untuk mengungkap semua informasi yang hilang, Liora mulai menggali kembali ingatannya yang tersembunyi dan mencari tahu alasan di balik amukannya yang mengakibatkan hukuman skors.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosalyn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEBANGGAAN AYAH UNTUK SANG PUTRI
...29...
Di ruangan Dimitri~
Dimitri tengah disibukkan oleh tumpukan berkas di mejanya. Sosoknya hampir tak terlihat karena berkas-berkas tersebut sudah terlalu banyak. Ia begitu fokus mengerjakan berbagai laporan dan perjanjian kerja sama. Tangannya terus bergerak, menulis kata demi kata. Namun, seseorang segera mengusik konsentrasinya. Orang tersebut adalah butler sekaligus ajudan Dimitri.
"Yang Mulia, boleh saya masuk?" butler mengetuk pintu, meminta izin.
Pekerjaan Dimitri terhenti sejenak. Ia melirik pintu dengan tatapan sedikit tajam sebelum menjawab, "Masuklah."
Pintu besar yang tampak berat itu mulai terbuka, memperlihatkan sosok butler yang semakin menua dimakan usia. Penampilannya tetap rapi seperti biasanya. Ia menangkupkan tangan di dada, memberi salam kepada Dimitri.
"Selamat siang, Yang Mulia," sapanya. "Saya datang untuk mengabarkan bahwa semua tugas yang telah Anda berikan sudah selesai."
Meskipun masih sibuk menulis, Dimitri mendengarkan ucapan butler dengan baik. Ia menatap butler sejenak, lalu mengangguk sebagai tanda bahwa ia telah menerima laporan tersebut.
"Baiklah, aku sudah menerima laporanmu," jawab Dimitri.
"Kalau begitu, saya mohon undur diri," butler hendak pergi, namun langkahnya segera dihentikan oleh suara berat Dimitri.
"Tunggu, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu," ucap Dimitri, rela meninggalkan pekerjaannya dan berjalan mendekati sang butler.
Dimitri melangkah beberapa kali, kemudian berhenti tepat di dekat meja. Ia bersandar di sana, lalu melipat kedua tangannya. "Aku dengar putri bungsuku memarahi pelayan tadi pagi. Apa itu benar?" tanyanya dengan nada serius, meskipun dalam hati ia tampak penasaran.
Butler tersenyum tipis dan menjawab, "Nona Muda memang memarahi mereka karena mereka berani berbicara buruk tentang Nona Muda di belakangnya. Namun, Nona Muda tidak menghukum mereka, Yang Mulia," jelas butler singkat.
Dimitri mengerutkan kening, tampak terheran-heran. Tidak biasanya Liora membiarkan seseorang yang telah menodai kehormatannya begitu saja. Namun, di lubuk hatinya, ia merasa bangga pada sikap putrinya.
"Dan... Aku dengar dia membawa seorang anak kecil bersamanya," ucap Dimitri, menatap sang butler dengan penasaran.
"Benar, Yang Mulia. Beliau membawa seorang anak kecil bersama beliau. Apakah Yang Mulia ingin Nona Muda meminta izin secara langsung untuk itu?" ucap sang butler, memastikan tujuan Dimitri yang sebenarnya.
"Tidak perlu, putriku sudah semakin dewasa sekarang. Sudah semestinya aku harus mendukung kegiatan putriku," tolaknya, tersenyum seperti seorang ayah yang terlalu menyayangi anaknya.
"Baiklah, saya mengerti," sang butler sangat menghormati keputusan yang diambil oleh Dimitri. Ia hanya bisa terdiam, melihat tingkah Dimitri yang sudah sering ia lihat.
"Putriku sudah bertumbuh..." gumam Dimitri sambil tersenyum tipis. "Tetapi, berikan hukuman pada pelayan yang telah menodai kehormatan putriku!" lanjutnya dengan nada mendadak kesal ketika membahas para pelayan yang telah merendahkan Liora.
Butler hanya bisa terdiam, menjaga ekspresi wajahnya. Ia kemudian kembali menangkupkan tangan di dada. "Baik, perintah Anda akan segera dilaksanakan, Yang Mulia." Setelah itu, butler pamit dan meninggalkan Dimitri yang masih memikirkan perubahan sikap Liora, yang menurutnya menandakan kedewasaan.
Sementara Dimitri sibuk memikirkan putrinya, Liora justru sedang bersantai di kamar tidurnya, ditemani oleh Saina yang sedang menyajikan teh untuknya.
"Saina, bagaimana jika kau berlatih pedang? Jika kau menguasai pedang, kau bisa menjadi kesatria pribadiku. Bukankah itu keren?" tiba-tiba, tanpa ada angin dan hujan, Liora menawarkan pelatihan pedang pada Saina.
Saina yang mendengar tawaran itu mendadak terdiam. Ia bahkan tidak sadar bahwa teh yang ia tuang sudah meluap dari cangkir. "Eh, Saina. Apa yang kau pikirkan? Lihat, tehnya sudah penuh," ucap Liora heran melihat respon yang diberikan Saina.
Saina tersadar, segera menarik teko dan meletakkannya di atas meja. "My Lady, mengapa Anda menawarkan pelatihan pedang kepada saya? Apa jangan-jangan... My Lady ingin melakukan pemberontakan?" dugaan Saina sudah melenceng jauh.
Liora terkejut mendengar ucapan Saina, hingga tanpa sadar tangannya membekap mulut sang pelayan. "Saina, apa yang kau pikirkan! Mana mungkin aku ingin melakukan pemberontakan!" bantah Liora tegas.
Saina menggaruk tengkuknya, merasa canggung karena dugaannya salah. "Saya pikir Anda masih dendam dengan Putra Mahkota..." ucapnya pelan.
Liora yang mendengar ucapan Saina mendadak terdiam. Dendam pada Putra Mahkota? Ia menghela napas panjang, seakan memikirkan kembali hal itu. Saina, yang masih memegang cangkir teh, menatap penuh penasaran.
"Putra Mahkota..." gumam Liora sambil menatap kosong ke arah jendela. "Dendam? Mungkin dulu aku merasa begitu. Tapi sekarang, yang lebih penting bagiku adalah menjadi bahagia."
Saina menatap Liora dengan tatapan bingung. "Menjadi bahagia, My Lady?"
Liora menoleh ke arah pelayannya dengan sorot mata yang lebih tegas dari sebelumnya. "Iya, Saina. Aku tidak ingin lagi menjadi gadis yang dipenuhi amarah. Aku tidak ingin dicemooh oleh siapa pun, termasuk Putra Mahkota. Dan aku juga tidak ingin terlindas oleh takdir yang seolah sudah ditetapkan untukku."
Saina menelan ludah, merasa kekaguman mendalam pada nona mudanya. “Saya berharap Anda akan selalu bahagia, My Lady."
Liora tersenyum tipis. “Aku lebih memikirkan untuk kehidupan kedepannya. Aku tidak ingin berurusan lagi dengan Putra Mahkota dan bahkan kekasihnya!"
Saina tersenyum, ia menghormati keputusan yang diambil oleh sang Nona. "Saya yakin, My Lady pasti bisa!" berbicara dengan mata berbinar.
Liora terkekeh kecil melihat reaksi pelayannya. “Jangan khawatir, aku tidak akan gegabah. Tapi aku harus bersiap untuk segala kemungkinan. Dunia ini tidak akan selalu berpihak padaku, Saina.”
Saina mengangguk pelan, masih dengan ekspresi senang namun kini disertai kekaguman yang lebih besar. "Jika itu yang Anda inginkan, My Lady... saya akan selalu mendukungmu, apa pun yang terjadi."
"Bagus," Liora tersenyum hangat. "Dan soal pelatihan pedang, aku serius. Kau bisa mulai berlatih kapan saja jika kau mau. Aku butuh seseorang yang bisa diandalkan di sisiku."
Saina hanya bisa tertawa canggung. "Saya akan mempertimbangkannya, My Lady."
Tawa ringan mengisi kamar itu sejenak, sebelum suasana kembali tenang. Liora menyandarkan tubuhnya di kursi, sambil menatap keluar jendela, merenung. Perasaan hangat bercampur ambisi membuncah dalam dirinya. Ia sadar, jalan yang ia pilih tidak akan mudah, tetapi ia bertekad untuk tidak gentar.
Di dalam hati, Liora tahu bahwa perjalanan untuk melampaui takdirnya baru saja dimulai. Dan ia tidak akan pernah kembali menjadi gadis antagonis yang hanya menerima nasib begitu saja.
Pandangannya kembali terarah pada Finnian, yang masih terbaring di atas kasur. Wajah Finnian yang teduh, tampak damai di alam mimpinya. Liora hanya bisa menghela napas, karena ia belum menemukan solusi agar Finnian bisa terbangun dalam mimpi panjangnya.
"Esok dan seterusnya akan menjadi begitu berat... Dan kau harus bersiap, Saina!" ucap Liora hampir berbisik, terdengar sulit untuk dimengerti oleh Saina, namun memiliki arti dibaliknya.
"S- saya akan mendengar nasehat ini, My Lady... "
...^^To be Continued^^...