Dea dan Marco saling mencintai. Namun hubungan mereka tidak di restui oleh mama nya Marco yang bernama Ratna. Dalam kisah cinta mereka, banyak sekali rintangan dan halangan nya. Apa kah mereka akan tetap bersama? Atau mereka akan berpisah?
Karya ini kelanjutan dari karya Gadis ku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mpit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kulit kuaci
Alicia sedang duduk bersantai di sofa yang berada di ruang tamu sambil menikmati cemilan berupa kuaci. Ia terlihat sangat menikmati cemilan nya itu. Kaki nya ber selonjor di sofa tersebut.
Dea tampak sibuk di sana, istri pertama Marco itu sedang menyapu rumah megah milik mertua nya itu. Yah selama ini Dea memang turut andil dalam membersihkan rumah dan juga masak di dapur untuk membantu bibi Inem yang bekerja di rumah mereka. Hitung-hitung untuk mencari keringat. Lagian Dea sudah terbiasa bekerja. Jika di bawa hanya berdiam diri di kamar, akan membuat tubuh nya merasa kikuk.
Melihat Dea sibuk menyapu, Alicia tersenyum licik. Dengan sengaja ia menjatuhkan kulit kuaci ke lantai hingga berserakan.
"Ups... Maaf Dea aku gak sengaja." Ucap nya. Kulit kuaci yang tadi nya ia kumpul di atas meja, kini berserakan di lantai karena sengaja ia senggol menggunakan kaki nya.
Dea menghela napas berat nya. Ia mengambil sapu dan skop sampah untuk membersihkan kulit kuaci tersebut. Setelah bersih Dea pergi ke dapur untuk membuang sampah kuaci tersebut. Wanita itu kembali dengan membawa ember dan juga kain pel di mana ia bermaksud untuk mengepel ruangan itu.
Namun, Dea tidak jadi melakukan kegiatan nya melihat kulit kuaci kembali berserakan di lantai.
"Alicia, apa sih maksud kamu? Kamu bisa kan mengumpulkan kulit kuaci itu agar tidak berserakan lagi. Aku sudah membersihkan nya lo tadi." Protes Dea kesal dengan sikap madu nya itu.
"Lo, kenapa sih kamu marah-marah? Aku kan sudah minta maaf dan tidak sengaja." Ucap Alicia dengan nada terdengar mengejek.
"Sekarang kamu bersihkan sampah kuaci mu itu. Ini sapu nya" Ujar Dea memberikan sapu kepada Alicia. Alicia tersenyum licik saat melihat mama mertua nya turun dari tangga. Yah ini kesempatan nya membuat Dea di marah oleh mama mertua nya itu.
Dengan berlaga seolah-olah dia lah yang paling tertindas di rumah itu, Alicia mengambil sapu yang di berikan oleh Dea tadi. Ia menyapu kulit kuaci yang berserakan di lantai itu.
"Iya Dea, maaf kan aku. Ini aku bersihkan sampah-sampah nya. Aku benar-benar gak sengaja lo." Alicia melukiskan wajah tertindas nya di hadapan Dea.
Dea merasa heran dengan perubahan sikap madu nya itu. Dimana tadi ia terdengar seperti mengejek dan menentang, namun sekarang bersikap baik dan penurut.
Melihat menantu kesayangan nya itu di suruh untuk menyapu lantai, Ratna melangkah cepat menuju Alicia dan Dea.
"Dea, apa-apaan sih kamu? Ngapain kamu menyuruh Alicia untuk menyapu sampah seperti ini? Kamu tahu kan kalau Alicia ini sedang hamil, dia gak boleh kerja yang berat-berat, di usia kehamilan nya yang sekarang sangat renta lo. Lupa kamu ha?" Bentak Ratna kepada Dea.
"Gak tahu ni ma Dea, padahal aku sudah minta maaf lo sama dia. Tapi dia nya gak mau terima dan meminta ku untuk membersihkan ini." Jawab Alicia dengan nada sedih.
"Tadi aku sudah membersihkan sampah-sampah makanan dia lo ma, tapi Alicia malah membuat sampah lagi dengan menaburkan kulit kuaci ini di lantai." Jelas Dea.
"Sudah ku bilang, aku gak sengaja menyenggol kulit kuaci ini di meja."
"Sudah, sudah apa pun alasan nya, kamu tetap salah Dea. Kamu yang harus membersihkan kulit-kulit kuaci ini. Kamu gak hamil jadi wajar dong jika kamu uang mengerjakan tugas-tugas rumah." Ucap Ratna terdengar bersebelah pihak.
Dea menunduk mendengar ucapan dari mertua nya itu. Percuma rasa nya jika ia berusaha membela diri karena Ratna pasti tidak akan mau mendengarkan alasan nya meski itu memang benar ada nya.
"Sudah, kamu bersihkan ini semua ya." Perintah nya.
"Ayo Alicia kamu istirahat di kamar saja ya. Jangan di sini nanti malah stres melihat tingkah orang yang tidak di undang ini, dan akan membuat kehamilan mu terganggu. Secara dia pasti iri dengan kehamilan mu karena dia belum bisa memberikan keturunan untuk suami nya" Sindir Ratna menatap sinis ke arah Dea.
"Yah mudah-mudahan saja lah dia mandul gak bisa memberikan anak kepada Marco. Jadi nya dia bisa cepat di tendang dari rumah ini. Karena tidak ada gunanya memelihara orang mandul." Sindir Ratna lagi membuat hati Dea terluka.
Kedua wanita yang berbeda usia itu pergi meninggalkan Dea yang masih terpaku menatap kesedihan karena ucapan mertua nya itu.
Alicia tersenyum penuh kemenangan mendengar hinaan dan cacian yang dilontarkan oleh Ratna untuk Dea. Ia merasa di ratukan di rumah mertua nya itu. Terlebih saat ini ia sedang hamil tentu saja itu akan membuat Ratna semakin bersimpati kepada nya.
***
Dea tampak sibuk memilih beberapa sayuran dan barang-barang dapur di pasar. Yah setelah selesai membereskan rumah Dea dan juga Bi Inem, pergi ke pasar untuk berbelanja. Dea memutuskan untuk ikut Bi Inem ke pasar. Yah hitung-hitung untuk mencari angin segar dan untuk menghilangkan kesuntukkan di rumah itu. Secara jika terus di rumah ia terus aja di bully oleh mertua dan juga madu nya saat Marco dan Nurdin tidak berada di rumah.
"Dea, apa kabar? Sudah lama tidak bertemu." Sapa Toni kepada wanita itu.
"Eh Toni, kamu ngapain di sini.?" Tanya Dea kaget akan kemunculan laki-laki itu secara tiba-tiba.
"Oh, aku sedang berbelanja untuk kebutuhan bulananku. Kamu sendiri?"
"Ya, aku juga sedang berbelanja di sini." Ujar Dea.
"Oh gitu, bagaimana kabar nya? Dengar-dengar kamu sudah menikah. Kenapa gak memberikan keuntungan pernikahan mu. Sesibuk apapun aku pasti akan menyempatkan waktu untuk hadir di pernikahanmu itu." Ucap Toni mencoba menggali tentang kehidupan Dea di dalam rumah tangga nya.
"Alhamdulillah kabarku baik-baik saja, dan maaf karena aku tidak mengundangmu saat pernikahan ku kemarin. Aku tidak tahu harus mengirim undangan untukmu di mana. Secara aku tidak tahu alamat rumah maupun kantor mu" Ujar Dea.
"Lo, kok gak tahu sih? Bukan nya waktu itu aku sudah memberikan kartu kartu nama kepada mu? Di sana sudah tertera alamat rumahku dan juga kantor ku." Jelas Toni lagi.
Dea baru ingat waktu itu Toni pernah memberikan kartu nama kepada dirinya saat ia sedang mengambil uang bayaran Toni yang sedang makan di cafe tempatnya bekerja.
"Oh maaf, kartu namamu hilang waktu itu. Aku sama sekali tidak tahu kartu nama itu jatuh di mana." Jelas Dea.
"Ya sudah gak apa-apa. Lagian salah aku juga sih telah menyelipkan kartu nama itu di uang pembayaran. Harus nya aku langsung memberikannya kepadamu agar tidak hilang."
"Maaf Toni, aku harus pulang sekarang. Seperti nya bi Inem sudah kelar belanja nya."
"Oh boleh aku antar kamu pulang."
"Gak perlu, terima kasih. Taksi kami sudah menunggu di depan. Lagian aku tidak mau nantinya akan terjadi kesalahpahaman antara aku dan Marco. Permisi" Ucap Dea tersenyum dan meninggalkan laki-laki itu sendiri di sana.