Mereka dijodohkan dan berani membuat komitmen untuk berumah tangga. Tapi kabar mengejutkan di ucapkan si pria di usia pernikahan yang belum genap 1 bulan. Yudha meminta berpisah dengan alasan cinta masa lalunya telah kembali.
Delapan tahun berlalu Yudha kembali bertemu dengan mantan istrinya.
Tidak ada yang berubah. Wanita itu tetap cantik dan bersahaja tapi bukan itu yang menjadi soal. Matanya memaku pada seorang gadis kecil berambut pirang yang begitu mirip dengannya.
"Bisa kau jelaskan?"
"Tidak ada yang perlu ku jelaskan!"
"Aku sudah mencari tahu tentangmu tujuh tahun terakhir dan tidak ada catatan kau pernah menikah sebelumnya selain..... apa itu anakku?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
"Yudha!" Maulida terbangun dari duduknya.
Melihat suasana cukup tenang Yudha dipersilakan mengunjungi ruang dimana Ruliana di tangani.
Nampak seorang petugas medis tengah menenangkan Ruliana yang penampilannya sudah acak-acakan. Di kelilingi oleh petugas lapas.
"Selamat siang, Pak."
Ruliana terhenyak dan menghentikan amukannya ketika melihat keberadaan Yudha.
Senyumnya sumringah melihat kedatangan Yudha. Sungguh dia merindukan suaminya, walau kenyataannya Yudha tak lagi memperdulikan keadaannya.
"Tolong beri waktu kami bicara." tanpa mengurangi rasa hormat Yudha memohon kesempatan untuk bicara.
Seorang petugas melirik sebentar pada Ruliana. Dia sadar jika ini aman, petugas percaya pada Yudha, lagian mereka bisa berjaga-jaga di luar.
"Mas,"
Yudha masih berdiri tegak dengan tangan yang masuk di saku celananya. Memperhatikan setiap gerak istrinya. Tak ada raut apapun selain datar, meski hati sudah bergemuruh.
Hatinya sudah tak tahan ingin meluapkan segala kesal yang membebani. Tak memandang keadaan Ruliana sekarang, karena dia sudah memiliki tekad.
Karena semua orang sudah keluar, Yudha sedikit mendekat pada Ruliana.
Senyum Ruliana merekah, ia membuka kedua tangannya berharap Yudha akan memeluknya seperti dulu.
Yudha melihat senyum itu masih terpatri di sana meski beberapa menit telah berlalu. Tatapan Ruliana padanya masih hangat. Walau Yudha tahu Ruliana sedang berusaha terlihat baik, padahal dia yakin Ruliana juga memendam amarah.
"Nggak capek pura-pura depresi? Kamu tidak malu?" ujar Yudha dengan nada datar, tapi menyakitkan.
"Mulai besok aku akan mengurus berkas perceraian kita." tambah Yudha seperti tak punya hati nurani.
Senyum Ruliana menghilang, berganti senyum kecut yang terbit di bibirnya. Matanya nanar tak percaya dengan perkataan Yudha. Kalau Yudha tetap pada pendiriannya maka dia pun sama.
"Aku tidak mau bercerai dengan kamu!" jerit Ruliana.
"Kamu tega meninggalkan aku dalam kondisi seperti ini?" ujar Ruliana menatap Yudha sengit.
"Ini sudah menjadi keputusanku. Terserah kamu mau menilai ku bagaimana?"
"Kamu jahat, kemana laki-laki yang dulu menjanjikan kebahagiaan untukku?"
"Jangan egois, kamu yang lebih tahu sebanyak apa kesalahan mu, baru pertama kalinya aku begini."
Ruliana terdiam. Tangisnya luruh. Yudha kembali mengungkit kesalahannya.
Tak bisakah Yudha melihat alasan mengapa dirinya berbuat demikian?
"Pokoknya aku tidak mau bercerai." kukuh Ruliana.
Yudha terseyum miris, menertawakan dirinya sendiri.
"Kalau kamu lupa, kemarin aku sudah menjatuhi mu talak satu."
"Yudha jangan! Aku mohon."
Ruliana menangkup-kan kedua tangannya di depan dada.
Tidak ada ampun bagi Ruliana. Meski kemarin dia sempat memikirkan keadaan Ruliana, tapi kini dia sudah tak perduli lagi. Yudha tak ingin menyimpan kemarahan lebih lama lagi.
Yudha menahan geram, mengepalkan tangannya. Menurutnya, berbicara dengan Ruliana tak akan ada akhirnya. Dia keras, Ruliana juga begitu. Namun egonya tak ingin kalah.
Yudha baru saja memutar tumitnya untuk pergi tapi teriakan Ruliana mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Selangkah lagi kamu keluar .... Jangan harap kau bisa melihatku dalam keadaan hidup!" ancam Ruliana.
Entah dari mana kater itu didapat, atau sebenarnya ini sudah direncanakan oleh Ruliana?
Melihat Yudha terdiam, Ruliana merasa menang. Tapi hanya untuk sesaat karena setelahnya jawaban Yudha membuatnya terperangah tak percaya.
"Kamu mau bunuh diri?" Yudha tersenyum kecil. "Silahkan!"
"Yudha!" kaget Ruliana.
Perkataan Yudha sungguh mengejutkan Ruliana. Wanita itu membulatkan matanya.
Tatapan mata itu tenang, gestur tubuhnya juga tidak terlihat tegang sama sekali.
"Tidak jadi?" tanya Yudha yang membuat bibir Ruliana berkedut.
"Apa aku harus keluar dulu biar kamu bebas bunuh diri?" Yudha tertawa meremehkan.
Yudha menatap lurus pada istrinya yang tiba-tiba tertawa aneh, layaknya manusia yang sudah hilang akal sehatnya.
*******
Mylea masih dirawat di rumah sakit. Sudah tiga hari Nilam tidak pernah pergi ke kantor. Begitu juga dengan Yudha yang tak mau kalah untuk terus bermalam di rumah sakit menemani Nilam.
Walau Nilam tak ingin, tetap Yudha bersikukuh untuk terus berada di samping putrinya. Membuat Nilam meminta tolong agar Lisa mau menemaninya setiap malam.
Bersyukurnya Nilam memiliki sahabat yang begitu baik, Lisa tidak keberatan menemaninya setiap malam.
Kabar sakitnya Mylea sudah di dengar oleh ibunya Nilam. Tapi sayang beliau masih dalam pemulihan di Singapura setelah pemasangan ring di jantungnya.
"Anak ayah kenapa tidur terus?"
Yudha baru datang setelah mengurusi istrinya yang terus berulah. Melihat Mylea yang tertidur pulas. Padahal niat hati ingin bermain dengan anaknya, tapi si cantik sudah nyenyak sekali.
"Lisa tidak datang?" Yudha melihat sekeliling mencari sahabat mantan istrinya.
"Dia ada pertemuan dengan kliennya."
Lengkungan Yudha terbit. Tak ada Lisa bisa memberikan ruang padanya untuk semakin mengenal Nilam. Inilah waktu yang baik untuk lebih mengenal ibu dari anaknya.
Yudha membenahi penampilannya. Perlahan dia mendudukkan diri di sebrang kursi Nilam yang berada di kamar rawat Mylea.
"Ada yang ingin aku bicarakan."
Nilam mendengar. Apa lagi sekarang? Bahkan dua hari yang lalu mereka sudah bicara banyak. Nilam juga sudah bicara jika akan berusaha memaafkan perbuatan Yudha meski pelan-pelan. Sekarang bicara apa lagi?
"Bicara apa?"
"Aku ingin kit...."
"Assalamualaikum."
Perkataan Yudha baru saja seperempat dari apa yang hendak ia ucapkan, sayangnya kehadiran seseorang membuatnya berhenti bicara.
Ah, sial!
Perasaan kangen biasa diartikan sebagai perasaan yang sedih atau menyesal karena ketidakadaan seseorang di hati kita. Begitu juga yang tengah dirasakan oleh seorang pria yang kini berada di jarak yang mampu menjangkau seseorang yang teramat sangat ia rindukan.
Senyum tulus putri Nilam dan Yudha.
Mereka tidak memiliki ikatan darah tapi rasa rindu Alfaaro tidak lebih kecil dari rindu seorang ayah pada putrinya yang sudah lama dirindukan.
Mendengar jawaban salam, Alfaaro melangkahkan kakinya segera menuju wastafel untuk mencuci tangan sebelum pria tampan itu mendekati Mylea yang sedang terlelap.
"Mylea.." panggil Alfaaro yang membuat mata Yudha melotot tajam.
Sejak tadi dia berada di sana dan tidak sedikitpun berani mengusik tidur putrinya, mengapa pria itu begitu lancang padahal dia baru saja datang.
"Kata dokter Abimana besok kemungkinan Mylea sudah boleh pulang."
Lihatlah mengapa pria ini selalu saja lebih tau keadaan Mylea dibanding dirinya? Bukankah pria ini baru datang dari perjalanan bisnis?
Hati Yudha yang tadi sempat berandai-andai terpaksa harus tersadar dari mimpi indahnya. Ternyata malam ini akan ada penghuni baru yang akan menunggui Mylea bersamanya dan juga Nilam.
Rasa senangnya yang tadi merasuk hatinya karena ketidak hadiran Lisa menguap begitu saja.
"Om, Je!"
Dan lebih jengkel lagi ketika Yudha melihat putrinya yang langsung bangun begitu pria muda itu menggenggam tangan kecilnya.
Tapi bagaimana ia bisa marah ketika kehadiran pria itu menciptakan senyum kebahagiaan di bibir putrinya.
Bahkan anaknya itu langsung ingin bangun dari berbaring nya.
"Sebentar." Pria itu juga sangat sigap mengerti apa yang dimau Mylea.
"Om Je. Lea kangen!"
"Kapan pulang?"
Yudha memutar bola matanya melihat anaknya dan mantan istrinya begitu antusias dengan kedatangan pria itu.
Alamat ntar malam jadi obat nyamuk.
Runtuk Yudha dalam hati.
msh bs memaafkan menantu yg sdh menabrak cucu sendiri.
miris.
harusnya cerai adalah yg benar dilakukn yudha