NovelToon NovelToon
Istri Matre Sewaan Noah

Istri Matre Sewaan Noah

Status: sedang berlangsung
Genre:Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:10.9k
Nilai: 5
Nama Author: Chika Ssi

Noah Wisesa, pewaris konglomerat properti, terjebak dalam perjodohan demi bisnis keluarga. Saat dari rumah usai bertengkar dengan sang ibu, dia justru menabrak Ivy Liora—mantan rekan kerja yang kini berubah menjadi perempuan penuh tuntutan dan ancaman. Untuk menyelamatkan reputasi, Noah menawarkan pernikahan kontrak selama satu tahun.


Ivy menerima, asal bayarannya sepadan. Rumah tangga pura-pura mereka pun dimulai: penuh sandiwara, pertengkaran, dan batasan. Namun perlahan, di balik segala kepalsuan, tumbuh perasaan yang tak bisa dibendung. Ketika cinta mulai mengetuk, masa lalu datang membawa badai yang menguji: apakah mereka masih bertahan saat kontrak berubah jadi rasa yang tak bisa dituliskan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika Ssi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28. Tabir Lain

Noah menggenggam kedua pipi Ivy, menatapnya lekat-lekat. “Dengar aku baik-baik. Kita sudah tahu siapa pelakunya. Bukankah aku sudah janji kalau kita akan hadapi bersama?” Noah berusaha memberikan kekuatan kepada Ivy, tetapi dia menggeleng pelan dengan air matanya yang tertahan.

“Kita harus bicara sekarang. Ayo hadapi semuanya bersama!” ujar Noah mantap.

Mereka pun kembali ke tengah ballroom. Noah mengambil mikrofon di panggung.

“Hadirin sekalian … saya ingin menyampaikan sesuatu.”

Semua mata tertuju pada mereka. Suara riuh mendadak tenang. Ivy menatap semua yang ada dengan mata sebak, perempuan tersebut menelan ludah kasar.

“Saya dan Ivy memang benar, dulu kami menikah karena kontrak. Itu keputusan terpaksa yang saya ambil karena tekanan dari pihak keluarga dan kepentingan bisnis. Tapi hari ini, kami berdiri di sini bukan karena kontrak. Kami melaksanakan resepsi pernikahan ini karena menyadari bahwa saling mencintai dan membutuhkan kehadiran satu sama lain untuk mendukung serta menguatkan.”

Ivy menggenggam tangan Noah erat. Meski gemetar, dia melanjutkan, “Tidak ada cinta yang mudah. Tapi cinta yang kami miliki telah tumbuh dari perjuangan, dari luka, dari pengkhianatan dan dari kepercayaan yang kami bangun ulang.”

Suara Ivy nyaris serak ketika menambahkan, “Dan semua itu tidak akan bisa diruntuhkan oleh satu lembar kertas."

Noah menoleh pada para tamu. “Saya juga ingin menyampaikan bahwa ibu saya, Mentari, pernah mengancam akan mengalihkan seluruh saham perusahaan saya kepada Gendis jika saya tidak menikah sesuai pilihannya. Tapi saya memilih Ivy, dan saya siap kehilangan segalanya untuknya.”

Gemuruh makin besar. Beberapa tamu terpana, sebagian lain bertepuk tangan kecil. Mentari tampak pucat. Gendis menunduk, wajahnya penuh emosi yang tak terbaca.

Mentari yang merasa dipermalukan oleh putra yang dia besarkan sendiri itu pun balik kanan. Diam-diam menghilang dari keramaian. Sementara Gendis terlihat begitu frustrasi.

Dalam pandangannya, semua orang tengah menatapnya jijik. Mencibir dan menertawakannya. Padahal mereka hanya diam sambil menatapnya datar.

"Diam kalian semua! DIAM!" bentak Gendis.

"Kalian tidak pernah tahu bagaimana rasanya menunggu seseorang yang kalian sukai selama bertahun-tahun. Perasaan tak pernah terbalas sedikit pun, dan pada akhirnya hanya sakit sendirian! Aku tidak pernah bisa membagi luka dengan siapa pun! Makanya aku ingin mereka berdua merasakan apa yang aku rasakan!" teriak Gendis sambil menunjuk Ivy dan Noah yang masih ada di tengah ballroom.

"Aku ...." Ketika Gendis hendak melanjutkan ucapannya, dia merasa ada seseorang yang sedang menyentuh tangannya.

Kini Hiro ada di sampingnya. Lelaki tersebut menggeleng. Tatapannya sendu dam sedikit basah.

"Sudah jangan dilanjutkan lagi. Kamu hanya akan mempermalukan dirimu sendiri, Ndis." Hiro tersenyum tipis, sebuah senyuman penuh ketulusan yang baru kali ini didapat oleh Gendis.

Jantungnya seakan berhenti berdetak. Gendis mematung dengan tatapan tak lepas dari Hiro. Dia seakan terhipnotis.

Lelaki itu menarik lengan Gendis dan melangkah perlahan meninggalkan ballroom. Semua orang menepi ketika Hiro melintas. Tatapan mereka sulit diartikan karena melihat dua orang dengan dua kepribadian bertolak belakang itu tengah bergandengan tangan.

Hiro meminta Gendis masuk ke mobilnya. Dia memonta sopir melajukan mobil perlahan membelah hiruk pikuk jalanan Surabaya. Hiro melirik Gendis sekilas, lalu kembali membuang pandangannya lurus ke depan.

"Kamu tinggal di mana biar aku antar."

Gendis masih bergeming. Hal itu membuat Hiro terdiam lagi. Semua kembali sunyi.

"Bagaimana, Pak?" tanya sopir kepada Hiro.

"Lajukan saja mobilmu ke mana pun. Mungkin dia butuh ketenangan."

"Baik, Pak." Ayden sang asisten pun melajukan mobilnya.

Mobil sedan mewah tersebut mengelilingi bundaran satelit beberapa kali. Ayden tak tahu harus pergi ke mana, terlebih dia tidak begitu akrab dengan jalanan kota Surabaya. Ketika mobil memasuki putaran ke-enam tiba-tiba Gendis menoleh ke arah Hiro.

"Perumahan Darmo."

"Ya?" tanya Hiro sambil menaikkan kedua alisnya.

"Aku tinggal di perumahan Darmo." Tatapan Gendis tajam, sama sekali tidak bersahabat bahkan setelah menerima kebaikan Hiro.

Tidak ada rasa terima kasih yang terlihat. Justru Gendis menatapnya penuh kebencian. Hiro menyikapinya dengan tersenyum lembut.

"Baiklah, kami akan mengantarmu pulang."

Ayden pun mengubah arah laju mobilnya. Mobil itu berhenti perlahan di depan gerbang rumah megah bergaya kolonial di kawasan Perumahan Darmo. Gendis membuka pintu tanpa berkata apa-apa, lalu turun sambil membenarkan gaunnya yang kusut.

Hiro sempat membuka mulut, hendak menawarkan diri untuk menemani masuk, tetapi Gendis sudah melangkah cepat tanpa berpaling sedikit pun. Dia benar-benar mengabaikannya.

“Hati-hati,” ucap Hiro pelan, walau tahu suara itu tak akan digubris.

Pintu pagar otomatis terbuka setelah Gendis menempelkan kartu aksesnya. Saat tubuh ramping itu menghilang di balik pintu rumah, Hiro menghela napas panjang. Dia bersandar ke kursi, lalu menatap Ayden melalui kaca spion.

“Jalan, Den. Kita nggak dibutuhkan di sini.”

Tanpa bertanya lebih lanjut, Ayden menekan pedal gas dan membiarkan mobil itu menjauh dari rumah penuh rahasia tersebut. Hiro menatap rumah Gendis melalui kaca spion sambil mengusap bibirnya.

"Sepertinya aku pernah ke sana. Rumah itu tidak asing," gumam Hiro sambil terus menatap bayangan rumah yang semakin menjauh.

Sementara itu di dalam rumah, Gendis menghempaskan tubuhnya ke lantai marmer ruang tamu. Napasnya memburu, bukan karena lelah, tetapi karena amarah yang menumpuk tanpa jalan keluar. Matanya menatap langit-langit rumah itu dengan pandangan kosong, lalu berubah menjadi tajam dan liar.

"Kenapa? Kenapa selalu Ivy? Kenapa semua orang memilih dia?" teriak Gendis lantang, menggema dalam rumah besar yang kosong.

Tanpa bisa mengendalikan diri, Gendis bangkit dan berlari ke lantai dua. Dia membuka pintu kamarnya lalu mengacak-acak semuanya. Gaun pesta yang tergantung dilemparnya begitu saja ke lantai. Bingkai foto dirinya dengan Noah dari acara masa lalu dihantam hingga pecah. Buku, kosmetik, bahkan perhiasan berhamburan. Suaranya melengking tiap kali teriakan frustrasi keluar dari tenggorokannya.

"Aku sudah rancang semuanya! Aku sudah pastikan Ivy akan ditinggal! Aku sudah siapkan layar besar itu! Tapi kenapa malah mereka makin kuat!"

Tangan Gendis gemetar saat meraih sebuah botol parfum lalu melemparkannya ke cermin besar di sudut kamar. Kaca pecah, pantulan dirinya pun ikut hancur. Tangisnya pecah, menggema dengan suara kaca yang masih bergemerincing.

Lalu, tiba-tiba, matanya menangkap sesuatu. Potongan dinding di balik lemari besar itu terlihat ganjil seperti tidak simetris. Seolah ada celah samar. Dengan langkah ragu, tetapi didorong rasa penasaran dan kemarahan yang belum reda, Gendis menarik lemari tersebut menjauh dari dinding.

Ternyata benar. Ada garis vertikal samar seperti pintu. Dia menyentuhnya, dan dinding itu perlahan terbuka dengan suara klik kecil. Terlihat sebuah lorong pendek dan gelap.

Rasa takut mulai mengendap di balik dadanya, tetapi lebih besar rasa penasaran yang menyeret langkahnya masuk ke dalam. Lampu otomatis menyala ketika dia melangkah. Lorong itu mengarah ke bawah tanah, ke semacam ruang gudang.

Ruangan itu dipenuhi kotak-kotak besar, sebagian sudah berdebu. Gendis menyusuri barisan rak-rak kayu hingga matanya tertuju pada sebuah koper tua berwarna merah marun. Jantungnya berdegup cepat saat dia membukanya.

1
Tutuk Isnawati
berarti ivy dah ga bisa punya anak lagi ya thor?
Bisa Pesan Cover di Saya: Iyaaa Kakkkk /Sob//Sob//Sob/

Nggak tega sebenarnya. Tapi gimana /Sob//Sob//Sob/
total 1 replies
Dini Anggraini
Bunda author kecelakaan ivy nie kayaknya di sengaja ya apa memang mentari yang merencanakan semuanya. Saat ivy lagi sibuk berkendara kan hpnya bunyi beberapa kali sampai hpnya jatuh dan saat ivy mengambil hp langsung dia di tabrak dari belakang sama sebuah truck? Hanya menerka saja bunda bila salah maafkan saya bunda... 🥰🥰🥰🥰🥰🙏🙏
Dini Anggraini: ya terima kasih infonya bunda
Bisa Pesan Cover di Saya: Pure kecelakaan bund 🤗🤗🤗

Panggilan itu dari Noah kok. Ingat bab sebelumnya yang Noah hubungi Ivy beberapa kali nggak bisa? Terus nggak lama Mentari datang, cuma kali ini pure kecelakaan.
total 2 replies
Lilik24
ini pasti Ivy lagi hamil makanya moodnya berubah2
Bisa Pesan Cover di Saya: Gasss lihat bab selanjutnya kakkkk
total 1 replies
Tutuk Isnawati
mentari ga da kapok2ny dah d tggalin gendhis jg
Bisa Pesan Cover di Saya: Buta harta, otaknya gak dipake lagi/Sob/
total 1 replies
Tutuk Isnawati
kasihan sih sebenarnya si gendhis ini
Bisa Pesan Cover di Saya: Dia juga korban /Sob/
total 1 replies
Lovita BM
aiihh noah disini luwelet banget deh 👎🏼😜
Tutuk Isnawati
ayo noah gercep singkirin kuman2
Bisa Pesan Cover di Saya: Pelan2 kakkkk. /Grin//Grin//Grin/
total 1 replies
Tutuk Isnawati
hadeh pake nemuin surat perjanjian segala si gendis
Bisa Pesan Cover di Saya: Biar makin seru kak 😭
total 1 replies
Tutuk Isnawati
moga ivy kuat bisa ngadepin kelicikan mentari
Bisa Pesan Cover di Saya: Kuatt kok. Ivy kuat banget
total 1 replies
Dini Anggraini
Gendis2 ngapain kamu maju terus pantang mundur untuk dapatkan Noah padahal ada Hiro yang juga kaya raya pengusaha yang tertarik sama kamu. Suatu saat nanti kamu juga merasakan apa yang di rasakan ivy pelakor mencoba merebut suamimu. 🥰🥰🥰🥰
Dini Anggraini: Ya bunda dari caranya pandang Gendis dan tiba2 mau gendong Gendis di depan umum kan sudah kelihatan sekali Hiro sekali pandang Gendis sudah suka bunda author. 👍🥰🥰🥰🥰
Bisa Pesan Cover di Saya: Jadi ada ide buat bikin kisah Gendis X Hero 😭
total 2 replies
Tutuk Isnawati
kasian kamu vy ngadepin siluman gendhis yg licik hrus hati2
Bisa Pesan Cover di Saya: Siluman gak tuh 😭
total 1 replies
Yeni Wahyu Widiasih
cuma ibu tiri kan?
Bisa Pesan Cover di Saya: Hiyakkk Kakk, ibu tiri itu si mentari
total 1 replies
Tutuk Isnawati
dasar ibu mentari ga da akhlak
Bisa Pesan Cover di Saya: Alhlaknya dah tergadai kakkk 😭
total 1 replies
Tutuk Isnawati
semangat ivy harus kuat masih ada noah yg tulus ma kamu
Yeni Wahyu Widiasih
bagus
Bisa Pesan Cover di Saya: Alhamdulillah, makasih rate nya Kakkk. Jangan lupa baca sampai akhir yaaa
total 1 replies
Dini Anggraini
Alhamdulillah sekarang Noah tahu bahwa ivy itu melakukan semuanya hanya untuk ibunya. 🥰🥰🥰🥰
Tutuk Isnawati
noah sudah main hati rupanya
Bisa Pesan Cover di Saya: Ivy memang mempesona dibalik sikapnya yang keras
total 1 replies
Esther Lestari
Noah sudah terpesona dengan Ivy....cemburu melihat interaksi Jimmy dan Ivy
Esther Lestari
Seger gak Gendis mandi lagi....makanya jangan mencoba jadi pelakor, Ivy koq dilawan🙃
Bisa Pesan Cover di Saya: Ivy be like: APA ITU GALAU? DUIT ITS NUMBER ONE 😭😭😭
Bisa Pesan Cover di Saya: Ivy be like: APA ITU GALAU? DUIT ITS NUMBER ONE 😭😭😭
total 4 replies
Tutuk Isnawati
bgus ivy jgn kasih celah buat pelakor gendis
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!