Bagaimana rasanya menjalani pernikahan tanpa adanya cinta? Hana terpaksa menerima tawaran seseorang untuk menjadi istri dari anaknya karena hutang-hutang sang Ayah. Reputasinya sebagai model hancur karena Ibu dan adik tirinya.
Belum lagi ketidak perawanannya yang menjadi duri tajam yang terus menerus diungkit Kenaan Atharis, suami arogan yang selalu berlaku sesuka hatinya.
Disaat Hana berharap menikah adalah jalan lepas dari derita, Kenaan justru menganggapnya bak kertas kotor yang pantas dibuang.
Bagaimana akhir kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimah e Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Permintaan Marry
"Kenapa? Kok kamu jadi ngambek gini sejak aku pulang?" bukan mengindahkan tatapan horor Hana, Kenaan malah semakin merapatkan tubuhnya.
"Ya, karena kamu tukang bohong! Tukang selingkuh," pungkas Hana.
Kenaan malah mengangkat tangan satunya lalu merapikan anak rambut yang menutupi wajah cantik sang istri.
"Kamu ngikutin aku?" tebak Kenaan.
"Hm. Terus setelah aku ikutin bahkan kamu nggak mau bilang apa-apa?"
"Maksudnya?" tanya Kenaan tak mengerti.
"Ah sudahlah, lagian kamu nggak mungkin ngaku kalau udah hamilin dia kan. Jadi percuma," ucap Hana melepaskan diri lalu hendak bangkit.
Kenaan mencekal pergelangan tangan Hana, hingga sang istri ambruk tepat di atasnya.
"Kamu cemburu! Bukan aku yang hamilin Andin, aku nggak ada hubungan apa-apa!" jelas Kenaan.
Hana merasakan wajahnya memanas malu, bukan karena penjelasan Kenaan akan tetapi karena sesuatu dibawah sana milik Kenaan tegak hingga terasa menyentuh tubuhnya.
Padahal mereka masih sama-sama mengenakan pakaian.
"Ken, kamu..." Hana melirik ke bawah.
"Ya wajar, kan dia udah lama gak masuk ke rumah pawangnya! Jadi ya gitu kalau lagi sama pawangnya bawaan berdiri melulu," ujar Kenaan tanpa dosa.
"Ih dasar me sum. Makanya jangan asal celap-celup!" Hana bangkit menghindar.
"Nggak lho sayang, kan cuma kamu," bujuk Kenaan. Ia bukan sedang minta dipuaskan. Bagi Kenaan, Hana berinteraksi layaknya istri saja sudah cukup. Masalah ranjang, seiring berjalannya waktu akan tiba dengan sendirinya. Kali ini, Kenaan tak ingin memaksa apalagi mendominasi hidup Hana.
"Gombal!" cibir Hana. Ia masih marah perihal Andin hamil dan sekarang tanpa dosa Kenaan merayunya.
"Ihhh, gak percaya! Hm, makanya kalau mau ikut, ikut saja! Gak usah kucing-kucingan! Apalagi pergi tanpa mendengar kalimat lanjutannya. Untung sayang, kalau nggak biarin aja kamu salah paham sama aku," gerutu Kenaan. Ia melihat wajah Hana sudah memerah bak kepiting rebus.
Baru saja ia mendapat rekaman cctv dimana ia bertemu dengan Andin. Benar saja, sang istri berada disana. Namun, bisa Kenaan pastikan jikalau Hana pergi tepat setelah Andin mengaku hamil.
"Aku nggak sengaja kesana. Lagian mana tahu kalau kamu ada disana, sama cewek!"
"Kan aku udah bilang ketemu temen, Andin kan emang temen aku, Hana!" jelas Kenaan gemas sendiri.
"Teman apa? Teman tidur? Aku masih inget ya kalau dia pernah nginep di apartemen kamu, siapa tahu dugaanku benar kalau dia hamil anak kamu. Lagian sebelum terlanjur lebih baik kita akhiri, kamu harusnya tanggung jawab dong nikahi dia!"
"Astaga Hana, kalau orang ngomong dengerin dulu!"
"Aku dari tadi juga dengerin kamu!"
"Gimana kita bisa bahagia kalau kamunya aja bahkan gak ngasih kepercayaan sama aku," ujar Kenaan. Ia malah bangkit dari ranjang kemudian keluar kamar begitu saja.
"Ishhh dasar Kenaan nyebelin!" Hana berdecak, mengepalkan tangannya menatap pintu yang kembali rapat.
Beberapa saat kemudian, Kenaan kembali membawa paperbag berisi ponsel untuk Hana. Masuk ke dalam kamar, ia melihat sang istri masih cemberut menatapnya kesal.
"Ini, ponsel buat kamu!"
"Makasih," ujar Hana masih cuek.
Kenaan menggelengkan kepalanya, "buka dong!"
Hana membuka paperbag itu, selain kotak ponsel, ada undangan terselip disana. Kenaan sengaja meletakkannya agar Hana tahu jikalau ia memang tak memiliki hubungan lagi dengan Andin.
"Undangan? Ini..."
"Iya, Na! Andin hamil, dia ngomong ke aku karena kita pernah itu... " Kenaan menggaruk kepalanya yang tidak gatal, sepertinya Kenaan tak mungkin juga menjelaskan kalau ia pernah meniduri Andin dulu.
"Kita pernah ketemu, dan aku yang bantu dia kasih dana buat pengobatan ibunya."
Hana mengangguk, lalu menatap Kenaan malu.
"Maaf, aku selalu berfikiran buruk jika itu soal kamu!" Hana menunduk.
"Tak apa! Orang sepertiku memang pantas mendapatkannya. Kesalahanku terlalu banyak, tapi dari kesalahan itu juga aku jadi lebih menghargai kamu, menghargai Mama."
Hana mengangguk.
"Aku mandi dulu, kamu turun! Mama udah pulang dari kantor kayaknya tadi di halaman belakang!" Ujar Kenaan.
"Yaudah, aku ke Mama dulu ya? Kamu mandi!"
Kenaan tersenyum, ia menarik pinggang Hana dan mendaratkan ciuman singkat di bibir.
"Euhm..."
"Udah ah, nanti malah khilaf," ujar Kenaan yang tak ingin kebablasan hingga berakhir main solo di kamar mandi nantinya.
Hana menuruni tangga, bibi sedang membereskan ruang tengah.
"Non."
"Mama mana, Bi?" tanya Hana.
"Ada di belakang, Non! Lagi ngurus tanaman hiasnya! Padahal Nyonya baru pulang dari ngantor belum istirahat," ujar Bibi panjang lebar.
"Oke, Bi. Makasih." Hana mengulas senyum, lalu menyusul Marry ke belakang rumah.
Hana baru menyadari kalau sisi belakang rumah Kenaan sangat luas, ada kursi taman bahkan ada ruang kaca tanpa atap di paling ujung dimana Mama mertuanya saat ini berada.
Hya, selain sebagai Ibu sosialita, Marry juga gemar sekali mengoleksi berbagai jenis tanaman hias. Bahkan ibu satu anak itu rela mengeluarkan uang puluhan juta demi mendapatkan tanaman hias terlangka.
"Ma, sibuk nggak?" Hana menghampiri Marry.
"Hana, nggak sih! Mama lagi lihat-lihat ini! Tanaman Mama," jawab Marry.
"Gimana keadaan kamu? Udah fit?" sambungnya lagi.
"Udah, Ma!"
Marry mengangguk-angguk, sedikit canggung dan bingung harus mengobrol tentang apa. Ia pun melanjutkan gerakan tangannya memeriksa satu persatu tanaman hiasnya.
Membuang tangkai yang sudah menguning.
Setelah selesai, Marry mencuci tangan kemudian menyimpan alatnya ke tempat semula.
"Duduk sana, yuk?" ajak Marry.
"Iya, Ma."
Marry meminta Bibi membuatkan susu untuk Hana juga membawakan beberapa camilan agar obrolan mereka lebih lama.
"Sayang, gimana hubungan kamu sama Kenaan?" tanya Marry.
"Baik, Ma. Kami sangat baik," jawab Hana.
"Jangan bohong, kamu kalau ada apa-apa jangan sungkan cerita ke Mama. Anggap Mama ini mama kamu sendiri, teman kamu, sahabat kamu. Mungkin susah, tapi Mama akan jadi pendengar yang baik disaat kamu butuh tempat meluapkan semuanya! Kenaan memang anak mama, tapi bukan berarti mama akan terus membenarkan segala tingkah lakunya! Jadi kalau Kenaan masih bersikap tak baik sama kamu, kamu bilang ke Mama!"
"Iya, Ma! Makasih banyak Mama udah baik banget ke aku, aku bersyukur menjadi salah satu bagian dari kalian, Ma." ujar Hana.
"Kamu bulan madulah dengan Kenaan," pinta Marry.
"Hana sebenarnya, Mama sangat sedih kamu kehilangan calon bayi kamu. Tapi, kita tak bisa merubah takdir bukan? Jadi entah siapapun yang akan hadir lebih dulu, Mama Harap kamu dan Kenaan selalu baik-baik saja."
"Mama minta kamu tetap berada di sisi Kenaan, membimbingnya agar tak salah jalan karena mungkin..." Marry tak meneruskan kalimatnya, tiba-tiba ia malah menyusut sudut matanya yang berair.
"Ma, aku akan selalu berada di sisi Kenaan seperti permintaan Mama."
"Makasih sayang," ucap Marry tersenyum menatap Hana lembut.
BETUL KATA LO, LO HRS JGA PRASAAN KENAAN, JGN SMPE KENAAN YG SDH MULAI JDI BAIK, KMBALI JDI IBLIS KEJAM.. DN INGAT JUGA SLALU PESAN MMA MARRY....
SI ALBERT DPT SIAL DGN SELINGKUH DN MNIKAHI MELYSA
TPI GK APA2 ANAK PRTAMA NYA KGUGURAN,, KRN HSIL PERZINAHAN, DMN BENIH ARMAN BRCAMPUR ALKOHOL, DN HANA JUGA PNGARUH OBAT PRANGSANG, YG MNA MNGKIN BSA PNGARUHI TUMBUH KMBANG BAYI.. SKRG SDH SAH SUAMI ISTRI, JDI BSA BUAT KMBALI DGN HALAL..