NovelToon NovelToon
LUKA BUNGA (AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH)

LUKA BUNGA (AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Single Mom
Popularitas:1.6M
Nilai: 5
Nama Author: D'wie

Masa putih abu-abu adalah masa paling indah setiap remaja begitu pula yang dialami Bunga. Cinta yang membara dan menggebu serta pengaruh darah muda yang bergejolak membuatnya dan sang kekasih terhanyut dalam pusaran dosa manis yang akhirnya membuat hidupnya penuh luka.

Bunga hamil. Kekasihnya pergi. Keluarga kecewa dan membenci lalu mengusirnya. Terlunta-lunta di jalanan. Kelaparan. Dicaci maki. Semua duka dan luka ia hadapi seorang diri. Ingin menyerah, tapi ia sadar, dosanya sudah terlampau banyak. Ia tak mungkin mengabaikan permata indah yang telah tumbuh di rahimnya. Tapi sampai kapankah ia sanggup bertahan sedangkan semesta sepertinya telah terlampaui jijik kepadanya?

Inilah kisah Bunga dan lukanya.

Jangan lupa tap love, like, komen, vote, dan hadiahnya ya biar othor makin semangat update!

Bacanya jangan skip, please! Jangan boom like juga! soalnya bisa menurunkan kualitas karya di NT! Terima kasih. 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. XXXI Luka Bunga

Baik Nathan maupun Bunga kini telah menyelesaikan makan baksonya. Bunga pun segera membereskan mangkok kotor dan menyimpannya di belakang.

"Makanannya sudah selesai, sebaiknya kau segera pergi dari sini!" ketus Bunga dengan tatapan memicing dan kedua tangan bersedekap di depan dada.

Tapi Nathan masih merasa enggan meninggalkan rumah kecil itu. Rumah yang luasnya bahkan lebih kecil dari ruang tamu rumahnya. Nathan menarik nafas panjang kemudian menggigit bibirnya. Ia ingin berbicara berdua dengan Bunga. Sepertinya malam ini adalah saat yang tepat.

"Bunga," panggil Nathan lirih.

"Kenapa lagi sih? Buruan pulang sana! Udah malam," usir Bunga masih dengan nada ketusnya.

"Maafkan aku," lirih Nathan. "Bunga, aku mohon maafkan aku. Meskipun aku tahu, aku tak pantas mendapatkan maaf itu, tapi izinkan aku memohon maaf padamu dan aku takkan pernah bosan meminta maaf sebelum engkau benar-benar memaafkanku. Aku salah Bunga, aku khilaf, aku benar-benar menyesal telah mengabaikanmu dan tidak mempercayai kata-katamu," imbuh Nathan lagi. Bahkan matanya telah memanas. Sekali kedip saja, air matanya akan segera tumpah ruah.

"Kau bilang apa? Maaf katamu? Semudah itu kau mengatakan maaf? Setelah apa yang lakukan 6 tahun yang lalu? Setelah penderitaan yang ku alami 6 tahun ini, apa kata maaf itu cukup untuk menebus segalanya? Apa kata maaf itu dapat memperbaiki segalanya? Apa kata maaf itu mampu mengembalikan segala yang telah hilang? Apa kau tahu bagaimana penderitaanku selama ini? Apa kau tahu bagaimana perjuanganku selama ini? Apa kau tahu bagaimana aku terlunta-lunta di jalanan akibat diusir oleh orang tuaku sendiri yang seharusnya mengayomiku? Kau tidak tahu, Nath. Kau tidak tahu apa-apa. Sakit Nath, sakit," lirih Bunga sambil memukul-mukul dadanya. "Bayangkan, di usia yang begitu beliau, 18 tahun, aku harus berjuang seorang diri tanpa siapapun di sisiku demi bayi yang ada dalam kandunganku? Aku juga tetap harus berjuang mencari uang demi biaya persalinan. Kau tahu, aku bahkan sampai menjadi loper koran demi bertahan hidup. Tapi tetap, uangnya tak cukup sehingga aku lebih sering kelaparan padahal aku sedang hamil. Sebenarnya aku bisa saja mengugurkannya, tapi ... tapi aku bukan pembunuh. Aku ... aku sadar diri, diri ini telah berlumuran dosa dan aku tidak ingin menambah dosaku yang menggunung itu dengan melenyapkan buah hatiku sendiri. Kau tak tahu, bagaimana caraku bertahan hidup." Bunga tergugu mengingat masa lalunya.

...Flashback on...

'Katakan, siapa yang telah menghamilimu anak kurang ajar?' bentak ayah Bunga, tapi Bunga bungkam. Mau memberitahu pun percuma pikirnya sebab Nathan akan segera pergi ke Amerika demi mengejar cita-citanya.

'Dasar anak kurang ajar! Bikin malu! Mati saja kau biadab!'

Plakkk ...

Plakkk ...

Plakkk ...

Tanpa belas kasihan, ayah Bunga menampar pipi kiri dan kanan Bunga hingga ia tersungkur ke lantai.

'Aaaaarh ... ampun, yah! Ampuni Bunga, yah! Bunga mohon ampun, yah! Sakit yah!' jerit Bunga kala itu.

'Ampun katamu, hah! Kau memang anak tak tahu diri. Tega sekali kau melempar kotoran ke muka kami. Kami mengajar dan mendidik mu agar jadi wanita terhormat, tapi kau malah melakukan perbuatan menjijikkan sampai hamil di luar nikah. Dimana otakmu hah? Kau disekolahkan untuk menjadikanmu wanita berilmu, bukan untuk menjadi wanita hina dan murahan.'

Cletak ...

Cletak ...

Cletakkk ...

Kini ayah Bunga justru memecut tubuhnya dengan ikat pinggangnya.

'Sudah yah, kasian Bunga yah! Dia bisa mati kalau ayah sabet terus pakai ikat pinggang ayah. Ayah lihat, tubuhnya sudah berdarah-darah, kasihan Bunga yah, jangan sakiti Bunga lagi.' Ibu meraung memohon ampun pada sang suami.

'Ibu nggak usah bela anak kurang ajar ini. Apa kata orang kalau tahu anak ini hamil di luar nikah? Malu Bu, ayah malu. Cepat katakan siapa laki-laki kurang ajar itu! Cepat katakan!' bentak ayahnya lagi dengan suara menggelegar.

'Bunga, cepat katakan sama ayah, nak! Biar dia bertanggung jawab.' Ibu Bunga memelas pada Bunya agar berkata jujur mengenai ayah dari calon buah hati Bunga.

'Jadi kau masih ingin tetap diam! Oh atau jangan-jangan laki-laki yang menidurimu itu bukan hanya satu karena itu kamu tidak tahu laki-laki mana yang menghamilimu? Benar begitu?' desis ayah Bunga dengan emosi yang kian membara.

'Cepat bereskan barang-barangmu dan segera angkat kaki dari rumah ini dan jangan pernah menginjakkan kaki di rumah ini lagi! Pergi!!!'

'Bu, kak, tolong Bunga, Bunga nggak mau pergi!'

'Pergi kataku! Apa kau tuli hah anak kurang ajar! Cepat pergi dari sini sebelum aku menyeretmu ke jalanan! Pergi!!!'

Karena ketakutan, Bunga pun dengan langkah terseok masuk ke dalam kamar kemudian memasukkan beberapa pakaian ke dalam tasnya yang tidak begitu besar berikut buku tabungan yang merupakan uang hadiah setiap kali mengikuti lomba. Setelah mengambil barang-barang seperlunya, Bunga pun bergegas keluar. Ia khawatir, ayahnya kembali memukulinya bila ia tidak segera pergi dari rumah itu.

Bunga menatap sang kakak berharap ia mau menolong ataupun membela Bunga agar ia tidak diusir dari rumah tempat ia dibesarkan itu. Tapi, kakak Bunga justru membuang wajah. Hanya ada sang ibu dan Kia yang menangis dengan saling berpelukan. Mereka tak mampu berbuat apa-apa. Mereka sudah bicara pada ayah Bunga agar tidak mengusir Bunga, tapi ayah Bunga tetap kepada keputusannya. Hingga akhirnya, Bunga benar-benar pergi dari rumah itu.

Bingung, tak tahu harus kemana, Bunga lantas mencari keberadaan Nathan. Harapannya, Nathan kali ini mau percaya pada kehamilannya dan membantunya untuk memberikan tempat tinggal. Tapi harapan tak sesuai ekspektasi, ternyata saat itu Nathan telah berangkat ke bandara untuk melakukan penerbangan menuju Amerika.

Hati Bunga kian hancur. Ia tidak tahu harus kemana dan melakukan apa. Ia mencoba menghubungi Bella dan Lilya, tapi tak ada satupun dari mereka yang mengangkat panggilannya. Merasa sia-sia memiliki ponsel tapi tidak bisa digunakan untuk menghubungi dan meminta pertolongan pada siapapun, Bunga pun menjual ponselnya dan uang itu ia gunakan untuk menyewa kos-kosan untuk tempat tinggalnya.

Tak cukup sampai di sana penderitaan Bunga, di saat hamil ia harus mengetahui fakta kehamilannya lemah. Ia diharuskan bed rest, tapi bed rest merupakan suatu hal yang tak mungkin. Ia harus bertahan hidup, baik untuk dirinya juga anaknya. Tak ada yang menafkahinya. Ia harus bekerja mencari uang untuk biaya makan dan lain-lainnya. Namun ia tak kunjung mendapatkan pekerjaan yang karena terkendala pendidikan. Ijazahnya belum keluar. Ia bagai seorang yang tidak bersekolah karena tidak memiliki ijazah.

Akhirnya, ia pun terpaksa bekerja menjadi loper koran. Menjajakan koran di tengah-tengah jalan. Tak peduli panas terik dan berdebu, ia tahan. Demi buah hati, apapun rela ia lakukan. Hingga di kehamilannya yang masuk ke 8 bulan, kesehatannya menurun drastis. Di tengah teriknya matahari, Bunga mengalami kontraksi kemudian pendarahan hebat. Dibantu beberapa orang yang berlaku lalang di jalanan, akhirnya ia berhasil dibawa ke rumah sakit. Namun luka itu seakan tak mau usai, Bunga kehilangan salah satu bayinya akibat pendarahan itu. Bayinya yang ia beri nama Putra Buana Wiryatama akhirnya pergi meninggalkannya sebelum sempat melihat dunia.

...Flashback off...

...***...

...Happy reading 🥰🥰🥰...

1
Nethy Sunny
dasar pa broto dosen kurang akhlak benci ke anak sendiri sampe segitunya itu takdir woy
Suryani
nyesek banget Thor😭😭😭😭😭😭😭
Anonymous
Menguras air mataku😭😭😭
Anonymous
Luar biasa
mbak mimin
pernah bc,😭😭😭😭ttp nangis
Nurhayati
Ya ALLah BeneR2 nie CeriTa Ampe MenYenTuh HaTi aqooh yg PaLing daLam😭😭😭
Nurhayati
PasTi TeMen2 na SMU na
Kenzi Kenzi
gmn klo misalkan obat e ki tali pusat baby sekandung... buruan nikah
Kenzi Kenzi
niko ma. kia
Kenzi Kenzi
kanker darah
Rahayu Dewihandayani
enak banget jadi laki2, udah gak nanggung beban selama bertahun2,, datang2 cuman bilang maaf doang,,
Kenzi Kenzi
papa nath
Ros Sita
masa masa suram yang harus di lalui hamil tanpa suami
Kenzi Kenzi
melahirkan kembar kah,
Kenzi Kenzi
tau2.....
Nofia
Luar biasa
Nanda Kitt
mewek kejer thor 😭😭😭
Djenab Purwaningsih
Luar biasa
Dyah Oktina
👏👏👏👏👏👏😍akhirnya happy end..
Dyah Oktina
ih.... gemesh deh sm author. .. 🤭🤗🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!