Kisah ini tentang perjuangan seorang anak laki-laki bernama Nandang Batuah yang bercita-cita menjadi seorang Abdi Negara. Hidup bersama adik perempuan dan ibunya yang seorang janda berpenghasilan minim. Simak perjalanan hidupnya ya.
Dunia nyata sudah cukup pelik dengan segala likaliku yang lumayan berat. Maka dalam karya ini author berharap dapat membawa pembaca ke dunia halu yang manis.
Di sini
No pelakor
No pebinor
Ada bawang secukupnya
Ada Kopi sedikit pahit
Ada gula pasir yang lumayan membuat hatimu berdesir.
Mari ramaikan
Semoga terhibur
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 : RENCANA RENOVASI
Andini membenarkan dengan apa yang di uraikan Nandang padanya. Sehingga di hari berikutnya iapun menyampaikan pada Euis hal tersebut.
Andini memberikan pilihan pada Euis untuk memilih di buatkan kamar saja atau sebuah ruang semacam kost.
"Kalau kost, berarti ada WC dan dapur sendiri ya kak?" tanya Euis polos.
"Iya tentu saja. Kamu akan belajar hidup mandiri."
"Tapi kak, Euis tak punya banyak uang untuk memulai hidup baru seperti itu. Tabungan ku sedikit sekali." Jawabnya jujur.
"Ya itu resiko jika sudah tidak tinggal bersama orang tua Wis. Harus mandiri, apa apa di lakukan sendiri." Andini merespon pernyataan Euis.
"Kalau kamar saja?" tanya Euis lagi.
"Kalau kamar saja, mungkin akan di buat sekat kecil saja, di tempat kami menyetrika. Nanti menyetrikanya agak ke tengah, karena emak juga sudah mengerti kalau itu tempat bekerja, tidak akan di tabrak tabrakkan dengan kursi rodanya." Jelas Andini agak berbeda dengan ide Gilang semalam.
"Iya deh kak, aku pilih yang kamar saja . Sebab itu masih di dalam rumah dan apakah nanti aku juga perlu bayar makan juga, karena pasti akan sesekali ikut makan di sini saja."
"Kalau untuk makan, mungkin tak usah bayar, asalkan ikut memasak dan menyiapkan makanannya." Putus Andini sendiri tanpa konsultasi pada Nandang.
Seminggu berlalu kamar Euis pun siap. Sementara ia hanya tidur di atas kasur lipat yang tipis, seperti yang ia miliki dan gunakan saat tinggal di rumah Entin.
Dengan adanya Euis di rumah itu, ternyata membuat emak senang. Sebab membuatnya selalu ada teman di rumah. Terutama saat Entin sudah pulang, dan saat Andini juga Nandang kuliah di jam yang sama.
"Kamu siapa?" tanya Noni pada Euis saat baru saja masuk ke rumah keluarga Nandang.
"Euis."
"Kenapa bisa di sini?"
"Iya... karena bekerja." Jawab Euis sedikit bingung dengan wanita yang tak muda lagi ini tiba tiba datang sekehendak jidatnya masuk tanpa permisi.
"Oh... kamu pengasuh emak?" tanya Noni lagi.
"Tidak... Euis bantu ngelaundry." Jawab Euis lagi.
Noni mengangguk angguk.
"Maaf... tante temennya emak ya?" tanya Euis lagi.
"Tante... enak saja. Sejak kapan aku nikah sama om kamu. Noni... kak Noni gitu panggilnya, saya calon istri Nandang. Paham."
"Oh. maaf kak Noni, Euis ga tau." Bersamaan dengan itu deru motor Nandang terdengar mendekat, masuk garasi.
Noni berlari keluar untuk mendatangi Nandang. Menghindari Euis, agar tidak mendengar panggilan Nandang padanya.
"Tante Noni.... ada apa?" tanya Nandang melepas helmnya.
"Ada kerjaan dikit di rumah, yuks ikut tante sebentar." ajaknya.
"Tapi emak sendirian."
"Kan ada Euis itu Ndang."
" Nan belum liat emak. Sebentar ya."
"Euis... tolong jaga emak ya. Kak Nan ada urusan lagi di luar. Ini Gado gado, kasih emak ya, buat kamu juga." ujar Nandang pamit pada Euis.
"Iya kak. Hati-hati." Euis memandang kepergian Nandang yang ternyata duduk di sebelah kanan mobil sebagai pengemudi.
Sejak peristiwa memijat Noni, hubungan Nandang memang berangsur dekat dengan Noni. Noni kerap menjadikan Nandang tempat curhatnya. Tak sekali Noni menyatakan perasaannya pada Nandang. Bahwa ia suka dan ingin menjadikan Nandang suaminya.
Nandang hanya tersenyum, menolak dengan halus. Dan berjanji akan selalu berbuat baik pada Noni, asal tak memaksa menjadikannya suami.
Noni memilih tidak memaksakan kehendaknya. Daripada di jauhi oleh Nandang, lebih baik menjalani kedekatan tanpa status saja.
Kedekatan itu tidak hanya di manfaatkan oleh Noni. Nandang pun menggunakan kesempatan dengan belajar mengemudi lendaraan roda empat.
Nandang tak selalu sibuk dengan urusan kampus, pengobatan emak juga tak melulu menguras waktunya. Tentu saja ia punya waktu untuk bermain dan bersantai.
Noni banyak memperkenalkannya dengan tempat rekreasi yang bagus juga menarik. Walaupun ia harus rela di gunjing sebagai brondong simpanan Noni jika mereka berkumpul dengan teman teman.
Tapi Nandang tidak pernah terganggu ataupun mempermasalahkan hal itu, sebab ia lebih tau apa saja yang dia dan Noni lakukan adalah hal yang tidak melanggar norma agama.
Pelan pelan Noni yang berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya. Noni sudah tidak tinggal di komplek mami Onel. Sehingga rumah yang Noni maksudkan tadi adalah apartemennya.
"Apa yang rusak siih?" tanya Nandang saat masuk apartemen Noni.
"Otak ku yang rusak Nan. Pusing tau." Kesalnya merebahkan tubuhnya di sofa.
"Jangan bilang tante cuma minta pijet karena masuk angin ya." Tebak Nandang asal sambil tersenyum dan membuka kulkas di dapur mini itu.
"Ya gak lah Ndang. Tante di pindah tugas ke luar pulau nih. Di minta membantu kantor cabang yang baru." Curhatnya pada Nandang.
"Alhamdulilah. Selamat ya tante." ujar Nandang sembari menyodorkan minuman dingin untuk Noni.
"Di tempat yang baru sudah di siapkan rumah dan sarana tranportasi di siapkan."
"Masalahnya?" tanya Nandang santai.
"Mobil ku gimana? Apartemen ini siapa yang urus? Bisa enam bulan sekali baru ada liburnya. Paling dua minggu."
"Menurut tante... baiknya bagaimana?"
"Bagaimana kalau kamu saja yang urus apartemen ini Ndang. Mobil tante bawa pulang saja ke rumah mu. Oke?"
"Waduh... berat banget sih tugas ku tante." Tolak Nandang tanpa pikir panjang.
"Kalau apartement mungkin bisa di sewakan, di jual juga harga masih bisa lebih tinggi. Tapi kalo mobil, di jual juga pasti harganya turun." papar Noni.
"Ga ada saudara atau teman lain gitu tan..?" tanya Nandang lagi.
"Ga ada, ga punya. Kalo ada pun, tante ga percaya. Tante cuma percaya sama kamu Ndang." ujar Noni lagi.
Negosiasi berlanjut. Dan Nandang tak punya pilihan lain untuk menolak kepercayaan yang Noni berikan padanya.
Dengan terpaksa Nandang pun setuju jika CRV putih milik Noni itu di titipkan padanya.. Dengan keleluasaan dan hak penuh pada Nandang boleh menggunakannya.
Tanah pekarangan rumah Nandang lumayan luas, terlihat mengecil hanya karena area jemuran pakaian yang sengaja di buat luas untuk mempercepat proses pengeringan laundry mereka.
Terpaksa Nandang memanggil bang Karman lagi untuk mengatur ulang tempat menjemur pakaian juga garasi untuk mobil tante Noni.
"Bagaimana bang?" tanya Nandang pada Karman.
"Kamu punya banyak uang atau tidak?" tanya Karman pada Nandang.
"Kenapa?"
"Bagaimana kalau kita buat agak permanen saja bangunannya? Kita buat cor dak beton. Di atas untuk jemur pakaian, Semua mesin cuci kita angkat ke atas jadi di bawah khusus menyetrika. Kamar di rumah kalian bisa di tambah. Kalian makin dewasa. Besok kalo menikah, masa kamar di rumah ini hanya dua sejak dulu." Saran bang Karman.
Nandang membenarkan saran dari bang Karman. Lalu meminta agar bang Karman mencari orang yang ahli di bidangnya untuk menghitung biaya yang akan di keluarkan untuk merenovasi rumah mereka.
Bersambung...