Ettan Naraya tak pernah menyangka, jika kepulangannya ke kampung halaman untuk menjenguk adik kembarnya, berubah menjadi pernikahan dadakan untuknya.
"Bu, ngga mungkin aku menikahi Fatmala, aku punya kekasih!" ujar Ettan geram.
"Ibu mohon Ra, demi menjaga nama baik keluarga kita Nara, Fatma ... hamil," lirih Mayang.
Bak petir menyambar, Ettan terkejut mendengar penuturan sang ibu. Ia tak menyangka jika adiknya yang terlihat alim dan pemalu itu berani menghamili seorang gadis, yang tak lain adalah keponakan dari orang kepercayaan keluarga mereka.
Ettan Naraya seorang lelaki berpendirian teguh harus terjebak dalam situasi rumit kisah asmara adiknya. Terlebih lagi dia harus mengusut misteri tentang kematian adik kembarnya.
Mampukah Ettan Naraya memegang teguh prinsipnya sebagai lelaki?
Dan mebongkar kasus kematian adiknya?
Ikuti lika liku kisah mereka, jangan lupa tinggalkan Fav, like dan komen ya untuk dukung saya, terima kasih.
Follow juga
Fb:Vi Redwhite
IG :@vi_redwhite
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Mendadak
Darah mengalir deras dari luka bekas infusan. Aku dan ibu berlari ke arahnya. Ibu memeluknya dan aku menekan tombol darurat di samping ranjang Fatmala.
Kemarahan Fatmala tak terkontrol hingga dia mendorong tubuh Ibu hingga Ibuku jatuh tersungkur.
Kubantu ibu bangkit berdiri. Fatmala memukul-mukul perutnya.
"Nara! Cepat hentikan Fatma!" pinta ibuku.
Mau tak mau aku memeluk erat tubuh Fatmala. Tak lama para perawat datang. Aku menoleh, dan betapa terkejutnya aku ternyata di belakang perawat ada Sherly dan juga Saka.
Pelukanku di tubuh Fatmala mengendur, jantungku berdebar semakin kencang saat melihat Sherly menatap nanar ke arahku.
"Sherly?" lirihku.
Dia berbalik sambil menangis. Saka menepuk kepalanya. Saat aku hendak menyusul kekasihku, ibu mencekal tanganku.
"Mau ke mana? Kamu ngga liat Fatma lagi histeris?!" bentak ibuku.
Posisi ibu yang memunggungi pintu masuk menyebabkan dia tak melihat siapa yang datang bersama para perawat.
"Gue yang urus Sherly. Lu urus dia dulu," ucap Saka lantas berbalik mengejar adiknya.
Para perawat sudah memegangi tubuh Fatmala. Tak lama ada seorang Dokter datang lantas menyuntikan sesuatu ke tangannya dan seketika Fatmala berubah menjadi tenang dan terlelap. Aku rasa itu obat penenang.
"Maaf, Kenapa Pasien sampai histeris seperti ini?" Tanya sang Dokter.
"Maaf Dok, kami sempat bersitegang tadi," jelas ibuku.
Para perawat tengah sibuk membersihkan luka Fatmala dan memasang kembali infusan ke tangan yang lainnya.
"Nyonya Fatmala sedang hamil muda, stres dapat mengganggu kehamilannya. Saya mohon untuk jaga moodnya," ucap sang Dokter lantas berlalu meninggalkan kamar.
Kududukkan diri sambil menatap langit-langit kamar ini. Kenapa bisa Sherly datang di waktu yang sangat tidak tepat seperti tadi.
Setelah melihat Fatmala terlelap ibu kembali duduk di sebelahku. Dia mengusap punggungku.
"Maafkan Ibu Ra. Pantas saja Bara saat itu berubah dingin pada Fatmala, mungkin inilah jawabannya. Fatmala mencintai kamu dan adikmu mencintai dia. Dan Bara memaksakan kehendaknya pada Fatmala," lirih ibu.
Aku menoleh tak percaya pada wanita yang telah melahirkan aku dan adik kembarku ini.
"Ibu lebih percaya Fatma ketimbang Bara?" sindirku.
Ibu menghela napas, "Ibu ngga tau Ra. Mungkin saja seperti itu kejadiannya."
"Aku tetap lebih percaya Bara," jawabku tegas.
Aku memilih untuk meninggalkan ibu dan kembali ke rumah untuk menenangkan diri.
Memikirkan Sherly yang terlihat sekali kecewa setelah melihat situasiku di rumah sakit tadi membuat kepalaku sakit.
.
.
.
Aku memilih pulang untuk menangkan diri. Saat tiba di rumah segera kubuka ponsel.
Ternyata Saka sudah menghubungiku berulang kali dan mengirim pesan jika Sherly memaksa menemui kami.
Bodohnya aku lupa mengaktifkan kembali dering ponselku hingga aku tidak tau akan ada kejadian seperti ini.
Menyesal pun percuma, hal yang ku harapkan adalah semoga saja Saka bisa membuat Sherly mengerti. Situasi yanga dia lihat tadi bukanlah kemesraan, melainkan hanya upayaku menenangkan Fatmala yang tiba-tiba saja menjadi histeris.
Kuhubungi nomor Saka. Dia segera mengangkatnya dan memakiku terlebih dahulu.
"Vangsat lu! Gue dah telepon dari tadi kagak di angkat-angkat!" gerutunya.
"Lu dah balik bos?" tanyaku.
"Kagak, gue lagi di hotel sekarang," jelasnya.
Aku menggeleng, bisa-bisanya saat adiknya tengah bersedih dia malah asyik menginap di hotel.
"Gila lu Ka, sempet-sempetnya lu—" ucapanku terpotong oleh Saka yang tak terima dengan tuduhanku.
"Eh Vangke! Sialan lu! Lu kira gue lagi ***-***. Gue ma Sherly ke hotel soalnya dia ngga mau pulang!" makinya.
Saka lantas menjelaskan jika mereka tidak kembali kerumah saat mereka meninggalkan Cafe, sebab Sherly takut jika orang tua mereka menanyakan keadaannya yang kembali dengan keadaan menangis.
Bukankah kekasihku gadis yang baik? Dia rela menutupi luka hatinya hanya demi menjaga nama baikku di depan orang tuanya.
Karena saat ini dia sudah tidak kuat menahan kesedihan, dia memilih bersembunyi. Menyembunyikan rasa sakit tanpa ingin orang-orang di sekitarnya tau.
Takdir mengerikan ini benar-benar sudah menyakiti banyak orang.
Andai menghabisi nyawa sendiri tidak berdosa, ingin sekali aku lari dunia ini.
.
.
.
Tbc
itu lh q suka nya klw bc novel yg udh end ...
bisa bc terooosss smpe siapp