Spin off : Scandal Kakak Ipar
Tentang takdir yang memisahkan dua hati. Yang harus merubah hati untuk pasangan mereka yang baru. Tapi di balik itu semua Sasha bersyukur karena sifat Leo yang ternyata obsesif dan impulsif kepada dirinya, Sasha nekat menyerahkan tubuhnya pada pria lain karena Leo ingin memperkosanya karena Sasha tidak ingin menjadi perebut suami orang, sedangkan Sophia istri hasil perjodohan harus menelan pil pahit tepat setelah melakukan malam pertama. Leo menyatakan hanya mencintai Sasha yang sekarang sudah berstatus mantan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chariz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
Leo menekan tombol panggilan di ponsel yang berada di dashboard mobilnya. Siang ini langit terlihat mendung meskipun tadi matahari sempat bersinar terik, namun tiba-tiba awan hitam bergelayut manja menutupi cahaya gagah sang matahari.
Terlihat Edric, atasan nya itu melakukan panggilan video.
"Siang, tuan muda"
"Iya"
"Saya ingin tahu kenapa kamu mengirimkan surat pengunduran diri ke email perusahaan" ucap Edric dengan tatapan intimidasi nya.
"Maaf tuan muda. Saya ingin fokus mengelola kafe dan bekerja di perusahaan keluarga. Anda tahu sendiri kakak saya suka judi, saya tidak ingin perusahaan terpuruk kembali, apalagi yang ingin di jual nya? Setelah saya di jadikan alat untuk meminjam dana ke perusahaan lain" Leo mengeluhkan hidup nya di hadapan Edric. Selama beberapa tahun dirinya hanya berkeliaran di sekitar tuan muda Wiratama tersebut, tentu saja Leo sudah tidak canggung berbagi cerita.
"Baiklah, kalau itu keputusan mu. Saya akan transfer uang gaji bulan ini dan pesangon mu"
"Terimakasih, tuan muda"
Fyuh. Leo merasa lega, Edric terlihat biasa-biasa. Mungkin Sasha tidak menceritakan nya atau mungkin belum. Seketika mata Leo mendadak gelisah.
Mobil masih melaju di tengah hiruk pikuk nya jalanan ibu kota. Leo memutar playlist musik untuk menemani sepi, sembari mengemudi terkadang Leo ikut menyenandungkan lagu favorit nya.
Sebuah coffee shop bertuliskan Leo's Coffee House, mengusung tema vintage yang di beri sentuhan gaya modern. Simple, romantic dan cozy.
Leo masuk melalui pintu samping yang langsung terhubung dengan ruang kerjanya. Satu set meja kerja dan sofa untuk menerima tamu terlihat sederhana di dalam ruangan tersebut. Saat hari libur, Leo terkadang menghabiskan seharian waktu nya di sini.
Ia keluar untuk memeriksa kinerja karyawannya, hampir semua karyawan nya adalah remaja laki-laki yang putus sekolah berasal dari anak jalanan yang sering mengamen di pertigaan lampu merah.
"Bang Leo!" seru salah satu karyawan nya yang bernama Anand. Ia salah satu karyawan yang bukan berasal dari anak jalanan. Anand adalah seorang mahasiswa penerima beasiswa di salah satu universitas ibu kota.
"Bagaimana lancar?" Leo menepuk pundak Anand.
"Lancar bang, malah tambah rame" Anand juga terkadang merangkap asisten barista, jika pengunjung tengah membludak.
"Saya ke depan dulu"
"Iya bang"
Leo melangkah menuju meja bar untuk menemui adik temannya yang ia pekerjakan sebagai barista. Ia salah satu pecinta kopi, sehingga sampai piawai meracik nya.
"Zayn" panggil Leo.
"Eh tuan boss" ucap Zayn, ia tersenyum jahil.
"Yang bener kerja nya" Leo dengan nada bercanda kemudian duduk di hadapan Zayn yang tengah meracik pesanan salah satu pengunjung.
"Gimana kabarnya Mahen?" tanya Leo.
"Ya gitu bang, masih seneng keluyuran bareng club motor nya"
"Kalau pulang, bilangin suruh mampir kemari"
"Siap bang"
"Ya sudah, saya tinggal dulu"
Leo kembali masuk ke ruangan nya. Ia mulai memeriksa pembukuan keuangan kafe nya.
**
Ting.. Tong.
Suara bel terdengar berbunyi, segera Sophia membuka pintu. Mungkin itu kurir pengantar makanan. Sophia terlebih dahulu melihat dari Intercom, ia langsung membuka pintu saat terlihat memang itu seorang kurir.
"Saya ingin mengantarkan pesanan pak Leo"
Sophia membola, tak jauh dari tempat kurir berdiri. Papanya tengah menatap nya dengan tatapan tajam.
"Papa!" Sophia melonjak kaget.
"Mohon di terima" ucap kurir tersebut.
"Ah iya, terimakasih" Sophia terlihat kikuk kala tatapan papanya itu menghunus netranya.
"Masuk, pah" ucap Sophia setelah kurir pengantar makanan telah pergi.
"Kamu tega ninggalin papa sendiri" ucap Rasyid, alih-alih basa basi dirinya langsung menginterogasi putrinya.
"Maaf pah. Ini sudah keputusan mas Leo" Sophia menundukkan kepala nya.
Hah. Nafasnya yang semula tertahan kini keluar bersamaan dengan rasa tidak rela di hati Rasyid.
"Sophia jika kamu tidak bahagia, ayo kita pulang. Maafkan papa yang memaksa mu untuk menikah" Rasyid mendudukkan dirinya di atas sofa.
Sementara saat Leo mengetahui mertuanya datang ke apartemen dari satpam yang menghubungi nya. Ia segera kembali ke apartemen, langsung memacu kecepatan mobilnya. Untung saja jarak kafe dan apartemen nya tidak terlalu jauh.
Nafas Leo terengah-engah. Brak, Leo membuka pintu. Sophia langsung mendongakkan kepala nya saat melihat Leo tiba-tiba datang.
"Mas"
"Papa sudah lama?" tanya Leo, ia mengatur nafasnya kembali.
Ketiga nya diselimuti keheningan sejenak.
"Papa kesini untuk menjemput Sophia"
Ada jeda sebelum Leo menjawab.
"Silakan. Sophia keluar dari apartemen ini, ia sudah bukan istri saya lagi"
"Mass" Sophia menggelengkan kepalanya "Aku tidak ingin bercerai mas"
"Bukan nya tadi kamu tidak mau tinggal di sini? Ya memang apartemen ini tidak layak untuk kamu tempati"
"Bukan begitu mas. Tolong jangan ceraikan aku" Sophia mencium tangan suaminya "Aku tadi masih marah" Sophia menatap ke arah Leo. Istri mana yang tidak marah saat suaminya mendesah menyebutkan nama wanita lain.
"Papa, nanti Sophia akan sering jenguk ke rumah. Sophia janji" Sophia beralih ke arah Rasyid, bersimpuh di bawah kaki papa nya.
"Baiklah, papa mengizinkan kamu tinggal disini. Tapi jangan telat jenguk papa" Rasyid akhirnya mengalah, kemudian membangunkan Sophia.
"Iya pah Sophia janji" Sophia langsung memeluk Rasyid.