Dara anak seorang pembantu di jodohkan dengan seorang pewaris tunggal sebuah perusahaan karena sebuah rahasia yang tertulis dalam surat dari surga.
Dara telah memilih, menerima pernikahannya dengan Windu, menangkup sejumput cinta tanpa berharap balasannya.
Mampukah Dara bertahan dalam pernikahannya yang seperti neraka?
Rahasia apa yang ada di balik pernikahan ini?
Mampukah Dara bertahan dalam kesabaran?
Bisakah Windu belajar mencintai istrinya dengan benar? Benarkah ada pelangi setelah hujan?
Ikuti kisah ini, dalam novel " Di Antara Dua Hati"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Suesant SW, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31 DENDAM HATI
Kepergian Dara membuat Windu kelimpungan sendiri, bagaimana tidak papanya marah-marah sepanjang hari, menyuruhnya mencari istrinya yang kabur dari rumah pasca keguguran itu.
"Ini salahmu, Win...benar-benar salahmu. Suami macam apa yang tidak tahu istrinya sendiri hamil?! Suami macam apa yang karena sikap keterlaluannya, membuat kabur istri?" Papa Windu benar-benar marah dengan perbuatan Windu.
"Dara itu anak penurut, anaknya paling baik...tidak sekalipun pernah membantah. Sampai-sampai dia tidak bisa menahan diri denganmu, berarti kamu sudah benar-benar keterlaluan!" Tuding papa Windu.
Windu membiarkan saja papanya melimpahkan kekesalannya.
"Kamu apain dia, hah?"
"Windu tidak ngapa-ngapain dia." Jawab Windu, menunduk di depan sang papa, dia merasa memang dirinya yang bersalah
"Terus, masalahnya Dara sampai kabur itu kenapa?"
"Dia lagi marah dengan Windu."
"Marah kenapa?"
Windu bingung sendiri menjawab pertanyaan papanya.
"Papa sudah tanya sama orang-orang dalam rumah ini, semua bilang mungkin gara-gara tuan muda. Sekarang papa tanya, kamu kenapakan dia? kamu pukul?"
"Tidak, pa...mana pernah Windu begitu."
"Kamu pacaran lagi sama pacar lamamu itu? "
"Bukan itu."
"Terus kenapa?"
Windu menggelengkam kepalanya.
"Kami hanya berdebat sedikit, jadi sedikit salah paham."
"Soal apa?"
Windu menghela nafasnya, dia tak mungkin mengatakan jika mereka meributkan soal perceraian yang tarik ulur oleh Windu, papanya akan lebih mengamuk lagi.
"Buksn soal apa-apa, pa. Windu cuma salah ngomong, Daranya lalu salah paham."
"Alasanmu saja! Memangnya papa tidak kenal dengan gayamu itu? sok cool, sok acuh, sok sibuk. Istrimu itu tidak pernah neko-neko. Dia pasrahan, tidak banyak bicara. Kalau dia sampai kabur begini, pastilah ada apa-apanya. Kalau bukan kamu yang keterlaluan, ya kamunya yang kurang ajar."
Papa Windu tidak pernah terlalu ikut campur urusan anaknya itu dari dulu, mama lah yang selalu mengurus Windu. Tapi soal perkawinannya dengan Dara dia sangat merestuinya. Dara sudah di anggapnya seperti anak sendiri.
Windu diam saja tidak menyahut, malam ini papanyasampai memanggil semua pelayan untuk menginterogasi soal Dara dan Windu.
Semua tak ada yang berani menjawab, kecusli mbak Parmi.
"Dia mungkin perlu sendiri dulu tuan besar. Tuan muda lebih tahu kenapa."
Bertambah besar bola mata tuan Danuar pada Windu.
"Anak jaman sekarang, kalau sudah berkelahi, suka main kabur-kaburan segala." Papanya mengomel panjang pendek.
"Cari tahu dia di mana! Kalau sampai terjadi apa-apa denganya, papa tidak akan memaafkanmu."
Windu hanya menundukkan wajahnya, dia tahu memang salahnya. Sekarang diapun begitu mencemaskan Dara.
...***...
Dara tersenyum senang, berada di kota Jogja, kembali ke kampung halamannya tercinta. Tapi, dia sudah tidak punya rumah di sana, semenjak neneknya meninggal, rumah neneknya sudah dijual oleh ibunya, karena tidak ada yang mengurusnya.
Dia sekarang memilih menemui Ambar, teman SMA nya yang sedang berkuliah di Universitas Negeri di Yogjakarta.
Dia telah menghubungi Ambar untuk tinggal sementara di kost Ambar, sampai dia menemukan tempat kost sendiri.
Dara bertekad dalam hatinya untuk kuliah, meskipun dia sudah ketinggalan tiga tahun.
Tapi untuk belajar, tidak ada yang terlambat. Dia tidak perduli Windu menceraikannya atau tidak, yang ingin dia buktikan adalah dia menjadi orang yang pintar dan berpendidikan, supaya hidupnya tidak mudah di remehkan lagi
"Tinggal saja di sini, Ra...aku cuma tinggal dengan Radith, adikku. Tempat ini cukup besar untuk kita." Tawar Ambar saat pertama kali dia tiba dan di jemput Ambar dari Bandara.
"Terimakasih sudah mau menampungku, aku akan tinggal di sini sementara sampai menemukan tempat kost."
"Kamu benar-benar bercerai dengan suamimu yang kaya raya itu, seperti yang kamu bilang? Masa sih tiga bulan menikah lalu mau cerai saja? Kayak artis-artis yang lagi setting pansos saja." Ambar bertanya dengan penasaran. Dia tahu Dara telah menikah, tapi baru dua bulan setelah kabar pernikahannya Dara bilang mungkin akan bercerai dan sebulan yang lalu meminta bantuannya untuk mereview beberapa perguruan tinggi.
Dara telah mendaftar masuk di beberapa perguruan tinggi di Jogja, Negeri dan Swasta dan juga telah mengikuti test online untuk masuk. Beberapa hari lagi akan mendapat pengumuman hasilnya.
"Aku belum bercerai, tapi akan bercerai." Sahut Dara, dengan wajah acuh.
"Kenapa? dia tua? tidak ganteng? dia tidak romantis?" Tanya Ambar lagi.
"Biasanya kalau di jodohkan dengan orang kaya pasti jodohnya sudah tua, bujang lapuk yang tak laku atau duda anaknya banyak." Ambar menambahkan.
"Seperti itulah..." Dara tak mau memperpanjang pembicaraan dengan Ambar, membahas tentang rumah tangganya dengan Windu yang hanya seumur jagung mentah itu membuatnya sakit kepala.
...***...
Tuhan memang baik, Dara akhirnya menerima pengumuman lulus di sebuah perguruan tinggi Negeri di sana, Dara mantap mengambil jurusan Administrasi Niaga.
Dia akan membuktikan dirinya tidak bodoh, beberapa Salon dan hotel yang di wariskan padanya oleh mama mertuanya di serahkannya sementara pada Bu Andin, yang memang dari dulu dipercayakan untuk mengurus bisnis mamanya itu. Suatu saat dia akan kembali untuk membuktikan dirinya saat sudah mampu, seorang anak pelayan yang polos ini tidak lagi bisa di remehkan.
Empat atau lima tahun adalah waktu yang lebih dari cukup untuk membuat Windu sadar untuk memikirkan kembali keputusan apa yang terbaik untuk mereka.
Mungkin ketika Windu di tinggal olehnya, bisa jadi dia menikah siri diam-diam dengan kekasihnya itu, atau mungkin dia menjalin hubungan dengan banyak perempuan, Dara sama sekali tidak perduli.
Windu telah menggantung pernikahan mereka berdua bahkan telah mempermainkan nasibnya, dia berjanji akan membalas laki-laki itu dengan setimpal.
Setiap luka yang telah di torehkan, setiap air matanya yang jatuh, dia akan membalasnya suatu saat, bukan dengan membalas menyakitinya, dia tidak mau dirinya menjadi sama jahatnya jika dia melakukan itu. Dia akan membalasnya dengan sikap dan pembuktian diri, supaya Windu tahu level orang itu bukan sesuatu yang stagnan, setiap orang bisa mengubah tingkat hidupnya dengan berusaha.
Windu dari lahir sudah berada di tempat tinggi, karena itu sulit baginya untuk mengerti jika berada di posisi orang lain yang rendah di bawahnya.
Dara selalu mengingat kata-kata Windu,
"Tahu kah kamu? Aku tak pernah berharap menikah dengan puteri seorang pelayan rumahku. Dan tidak sekalipun aku bermimpi untuk mempunyai isteri yang tidak selevel denganku."
Kata-kata itu di kalungkannya di hatinya, menjadi dendam untuknya tidak mudah menyerah dan lemah, membuktikan puteri seorang pelayan, akan berdiri sejajar dengan seorang tuan muda suatu ketika.
(Waaaa...akhirnya mak othor bayar absen dengan double UP, demi readers tersayang😘😘 Kisah Dara yang sesungguhnya di mulai dari episode selanjutnya, ya...gimana cerita Dara yang menjadi mahasiswi sekarang? Dan berhasilkan Windu menemukan istrinya yang kabur?)
...Terimakasih sudah membaca novel ini❤️...
...VOTE, LIKE dan KOMEN kalian selalu author nantikan😊...
...I love you all❤️...
Terimakasih
Rangkaian katanya indah tapi mudah dimengerti.
Karakternya tokoh2nya kuat,
Alurnya jelas, jadi tidak melewatkan 1 kalimatpun,
Sekali lagi Terimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏
author pandai merangkai kata.
tapi tak pandai memilih visual windu, ga cocok tor sama dara haha maap ya tor 🙏