Aku akan kuat dengan caraku sendiri, tanpa menggangu yang lemah dan mengemis kepada yang kuat.
Siapa yang berani melawanku, maka aku tidak segan untuk membunuhnya, siapa yang berani menghalangiku, maka aku tidak segan untuk membunuhnya, siapa yang berani mengusikku, maka aku tidak segan untuk membunuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mhanks, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bangun dari mimpi
Zeno menebaskan pedang yang baru ia munculkan, energi angin berbentuk bulan sabit namun tak terlihat mengarah ke arah Fang. Zeno baru kali ini menggunakan tahap kedua dari teknik tebasan angin tak terlihat, sebelumnya dia hanya menggunakan tahap pertama yang membuat teknik tersebut masih bisa ditebak keberadaanya.
Berbeda dengan tahap pertama, tahap kedua dari tebasan tak terlihat memiliki kecepatan yang mengarah begitu cepat, serta tahap kedua dari teknik ini tingkat kesulitan untuk merasakan serta menebaknya lebih tinggi dibandingkan dengan tahap pertama.
Fang tersenyum lebar, tetapi senyumannya tidak begitu nampak karena telah tertutup jenggotnya yang begitu panjang. Dirinya bisa merasakan keberadaan tebasan angin tak terlihat yang begitu cepat.
Seperti yang dilakukan tadi, Fang membuat perisai dengan pedang di tengahnya, aliran air keluar dari dua sisi dengan begitu deras cukup untuk membuat perisai tersebut memperlambat serangan yang mengarah kepada Fang sendiri.
Tetapi dia terlalu meremehkan Zeno dengan senyumannya tadi, dia mungkin lupa bahwa elemen yang Zen sekarang gunakan bukan elemen sembarangan.
Akibatnya, serangan Zeno berhasil menembus perisai Fang dan membuat tubuh Fang terpotong menjadi dua. Fang sempat kaget saat tubuh atasnya perlahan mulai jatuh ke tanah, bahkan dia juga melihat bahwa tubuh bagian bawah masih berdiri.
Tetapi bagi roh orang mati yang datang di dunia mimpi seperti Fang tidak akan kesakitan apabila terluka bahkan tubuh terpotong seperti ini. Bagaimanapun juga, orang yang telah mati tidak akan mati kembali, kecuali orang tersebut hidup kembali dan menjalani sebagai manusia lagi.
Zeno menghela nafas panjang saat mengetahui dirinya membuat Fang terjatuh yang tidak akan membuatnya berdiri lagi. Untung saja dia menggunakan teknik tahap kedua tersebut dengan unsur elemen legendaris tersebut, kalau tidak, Zeno akan bangun dari tidur dalam keadaan kalah.
Tubuh bagian atas milik Fang melayang di udara, membawa tubuh bagian bawahnya bagaikan membawa sebuah barang. Anehnya, tidak ada darah yang menetes keluar dari tubuh Fang yang terpotong.
Zeno yang melihat dirinya dihampiri oleh Fang merasa ngilu, dengan separuh tubuhnya yang melayang, dan lenganya mengapit tubuh bagian bawah sempat membuat Zeno ingin bangun tidur secepatnya.
“Pertarungan yang sangat bagus. Karena sudah mengalahkanku, aku akan memberimu sebuah hadiah.” Ucap Fang.
Fang mengakui kekalahannya, dirinya benar-benar tidak akan bisa melawan Zeno lagi apabila Zeno menggunakan elemen legendaris itu, ditambah tubuhnya yang terpotong membuat pak tua itu kesulitan untuk bertarung.
“Sebuah kehormatan bagi saya karena anda telah memberikan hadiah.” Kata Zeno dengan membungkukkan badannya di hadapan Fang.
“Aku akan memberikanmu dua teknik yang aku gunakan tadi, aku tidak memiliki gulungan apa-apa untuk dipelajari, tetapi bisa dipastikan bahwa teknik itu sudah tercatat di otakmu. Yang pastinya, teknik tersebut akan bisa kau gunakan apabila telah membangkitkan elemen airmu.” Kedua tubuh Fang perlahan menghilang dan berubah menjadi butiran cahaya yang menyebar.
Zeno tersenyum lebar, rasa bahagianya kemudian muncul dalam hatinya karena diberi sebuah teknik dari seorang leluhur. Tetapi kebahagian yang baru ia rasakan tiba-tiba memudar, pasalnya dia merasakan sesuatu yang ada dalam tubuhnya.
Tubuh Zeno bergetar hebat, rasa sakit nya bertambah perih pada bagian perut dan juga punggung. Rasanya ingin cepat sekali mimpi ini berakhir dan rasa sakit tidak mengikutinya.
Tetapi dia kebingungan, bagaimana untuk mengakhiri mimpi ini, berjalan kesana kemari di padang rumput untuk mencari jalan keluar. Dengan rasa sakit di perutnya, dia tidak bisa dengan leluasa berjalan untuk mencari jalan keluar.
Di tambah dengan angin yang menerbangkan debu membuat debu tersebut masuk kedalam kedua luka Zeno, sehingga rasa sakitnya malah bertambah parah apabila tidak segera di tangani.
“Pak tua sialan, dia membiarkanku terjebak di mimpi.” Kata Zeno dengan hati yang begitu kesal dengan Fang.
Wajahnya tampak buruk dan karena menahan rasa sakit, pedang angin yang ia genggam juga menghilang karena Zeno sudah tidak memperdulikannya lagi. Apa yang paling penting sekarang ialah, bisa keluar dari mimpi yang tidak bisa dibilang buruk ataupun baik.
****
Sementara itu Kiba keluar dari tubuh Zeno, dia merasa tubuh tuannya sedang bergetar hebat dan berkeringat dingin. Kiba mencoba menggoyang-goyangkan tubuh Zeno agar Zeno bisa bangun.
“Sepertinya tuan sedang mimpi buruk.” Katanya dalam hati dengan begitu cemas.
Beberapa kali Kiba menggoyangkan tubuh Zeno, Zeno juga tak kunjung sadar. Perasaan cemas Kiba semakin besar, ditambah Zeno malah mengigau seakan meminta pertolongan membuat Kiba menjadi panik.
Di dunia mimpi, Zeno memiliki ide yang begitu gila, yaitu dengan membunuh diri sendiri di dunia mimpi akan membuat dirinya tersadar. “Lagipula ini dunia mimpi, efeknya juga tidak terbawa di dunia nyata.” Zeno menguatkan hatinya saat dirinya prihatin bahwa bunuh diri di dunia mimpi akan terbawa di dunia nyata.
Zeno mengeluarkan pusaran angin yang begitu besar, tetapi dia menekannya lebih kecil agar lebih padat dengan efek yang begitu serius. Dengan berani dia membenturkan pusaran angin tersebut tepat di luka Zeno pada bagian perut.
Zeno menahan rasa sakit yang bertambah perih itu, pandangannya mulai buram seakan-akan dirinya akan kehilangan nyawa.
Tetapi ini dunia mimpi, seorang pemimpi tidak akan mati begitu saja dalam mimpinya. Pemimpi yang tersadar bahwa dia sedang bermimpi akan bisa melakukan apapun sepuas hatinya. Berbeda dengan kasus ini, Zeno menyadari bahwa dia bermimpi, tetapi tidak bisa mengendalikan mimpinya secara luas.
Zeno terbangun dengan nafas tidak teratur, keringatnya begitu banyak seakan mengguyur seluruh badan Zeno, rasa sakit pada bagian perut entah kenapa masih terbawa di dunia nyata. Tetapi tidak terlalu menyakitkan seperti yang ada di dunia mimpi.
Kiba yang ada di sampingnya bernafas lega karena melihat tuannya sudah tersadar. Entah mimpi buruk yang terjadi pada tuannya membuat Kiba penasaran.
“Tuan tenanglah, apa yang terjadi?” Kata Kiba dengan rasa penasaran.
Zeno menghela nafas begitu panjang agar dirinya bisa tenang dan menghilangkan rasa sakit yang ada di perutnya. Dia kemudian menjelaskan, “Tidak, aku bermimpi bertemu dengan pendiri negara ini dan bertarung dengannya. Tapi beruntung aku memenangkan pertarungan dan mendapatkan hadiah berupa teknik miliknya.”
Dia pun melanjutkan bercerita tentang teknik Fang yang merupakan bagian mimpi buruk bagi Zeno. Mungkin jika hal tersebut dilakukan Fang kepada Zeno di dunia nyata, Zeno sudah dipastikan sekarat dan mengalami kritis yang begitu besar.
“Untung saja itu hanya dunia mimpi.” Ucap Kiba.
"Sepertinya matahari sebentar lagi akan mulai terbit. Tetapi aku masih belum puas untuk tidur." Kata Zeno mengeluh, karena waktu tidurnya digunakan untuk tersadar dan bertarung di dunia mimpi, sehingga membuatnya lelah.