Kecurigaan Agnes kepada suaminya di hari ulangtahun pernikahannya yang ke enam, membuatnya bertemu dengan pemuda tampan berbadan atletis di ranjang yang sama. Siapakah pemuda itu? Lalu apa kesalahan yang sudah diperbuat oleh suaminya Agnes sehingga Agnes menaruh kecurigaan? Di kala kita menemukan pasangan yang ideal dan pernikahan yang sempurna hanyalah fatamorgana belaka, apa yang akan kita lakukan? Apakah cinta mampu membuat fatamorgana itu menjadi nyata? Ataukah cinta justru membuka mata selebar-lebarnya dan mengikhlaskan fatamorgana itu pelan-pelan menguap bersamaan dengan helaan napas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malu
Sementara itu, Ronald Howard sedang menyesap kopi dan menatap dua potong sandwich di depannya. Howard memilih sarapan di dalam kamarnya karena ia takut bertemu dengan Alexa. Alexa adalah putri tunggal klien terbesarnya. Howard teringat akan kejadian tiga bulan silam kala itu ia nekat terjun ke kolam renang untuk menyelamatkan seorang perempuan yang menjulurkan tangan kanan ke atas dan lama-kelamaan kepalanya yang timbul tenggelam itu tidak muncul lagi ke permukaan. Perempuan itu adalah Alexa dan sejak hari itu, mereka berteman. Alexa juga yang membantunya mendapatkan tender besar. Ronald berterima kasih kepada Alexa karena jasa gadis cantik yang masih berumur dua puluh lima tahun itu, Ronald berhasil mendapatkan klien kelas kakap, yakni papanya Alexa.
Ingin saling membalas budi, Alexa dan Ronald memutuskan untuk makan malam bersama. Alexa dan Ronald mengobrol cukup akrab di makan malam tersebut. Dua hari terakhir Ronald berada di Bali, Alexa mengajak Ronald berselancar. Di atas batu karang, di tempat yang sepi, Alexa nekat menyatakan perasaannya. "Aku mencintai kamu, Mas. Sejak pertama kali kita bertemu"
Ronald sontak menyemburkan, "Aku sudah menikah dan aku sangat mencintai Istriku"
"Aku tahu itu. Kamu selalu memakai cincin pernikahan kamu. Tapi aku tidak bisa menahan rasa cintaku ini, Mas" Alexa nekat menggenggam tangan Ronald yang ada di atas batu karang.
Ronald menarik tangannya dan berkata, " Aku juga sudah memiliki anak. Archie namanya. Archie tumbuh sehat dan sangat pintar berkat Agnes. Nama istriku adalah Agnes. Archie mewarisi kecerdasan mamanya dan........"
"Stop! Jangan bicarakan istri dan anak kamu saat kita berduaan seperti ini, Mas. Aku mohon" Alexa meneteskan airmata.
Ronald menutup rapat mulutnya dan menatap gadis cantik dan seksi di depannya dengan sorot mata sendu. Ia memang lemah dengan airmata perempuan. Ronald akhirnya menghela napas panjang, "Baiklah. Ayo kita lebih baik makan malam dan membicarakan tentang kamu. Apa pekerjaan kamu?"
"Aku model, Mas dan aku masih kuliah. Tidak usah makan malam kalau Mas tidak mau membalas cintaku"
Ronald bisa memahami penampilan super seksinya Alexa di setiap waktu dan sikap "liarnya" Alexa setelah ia mengetahui profesinya Alexa. Model, mahasiswa, dan putri tunggal konglomerat terkaya se-Asia.
"Kamu tidak memiliki kekasih? Mustahil untuk seorang gadis secantik dan semenarik kamu tidak memiliki kekasih" Ucap Ronald sambil mengulurkan satu cup jumbo berisi jus mangga pesanannya Alexa.
"Aku hanya bersenang-senang dengan laki-laki selama ini. Aku tidak pernah serius dengan laki-laki sejak aku dikhianati oleh tunanganku. Aku ingin membalas sakit hatiku dengan cara mempermainkan semua laki-laki. Tapi, aku sepertinya kena tulah, aku pada akhirnya merasakan apa itu jatuh cinta untuk pertama kalinya dan aku merasakannya ke kamu, Mas. Kamu cinta pertama bagiku. Kamu serba pertama bagiku, laki-laki penyelamat pertamaku, laki-laki baik hati pertamaku, dan laki-laki setia pertama di mataku karena kamu dengan lantang mengatakan kamu sudah menikah, kamu mencintai istri kamu, dan kamu membanggakan anak kamu. Aku.....aku semakin mencintai kamu, Mas" Airmata kembali menetes di pipi Alexa.
Ronald mematung dan menatap Alexa dengan perasaan campur aduk. Dia lalu teringat dengan Agnes. Agnes yang anggun, baik hati, suka menolong orang lain, lembut, tidak "liar", dan Agnes yang selalu menyempatkan diri memasak untuknya di tengah kesibukannya. Tidak! Dia tidak boleh tergoda dengan Alexa. Dia sangat mencintai Agnes.
"Aku jauh lebih tua dari kamu. Tiga puluh enam tahun umurku. Jadi, emm, maafkan aku. Aku hanya bisa membalas pernyataan cinta kamu dengan ucapan terima kasih saja" Ucap Ronald sambil mengulurkan kotak tissue yang diberikan oleh si penjual jus mangga ke Alexa. "Dan, emm, ini adalah gelang persahabatan. Gelang emas yang aku pilih khusus untuk kamu sebagai tanda terima kasih karena kamu sudah membantuku di presentasi kemarin dan membujuk Papa kamu untuk menerima proyekku" Ronald mendorong kotak persegi panjang berwarna hitam.
Alexa memungut kotak itu dan saat Alexa membuka kotak itu ia terpana, Ronald pun berkata, "Kamu menyukai kupu, emm, aku lihat semua aksesoris yang kamu pakai berbentuk kupu, emm, anting, kalung, cincin"
Alexa mendongak dan meneteskan airmata lagi, "Kamu bahkan memperhatikan aku sedetail itu, Mas. Tapi kenapa kamu tidak bisa menjadikan aku kekasih kamu?"
"Aku sudah menikah dan aku sangat mencintai keluarga kecilku" Ronald tersenyum lalu menghela napas panjang dan mengucapkan kata, "Maaf" Lalu, Ronald membungkuk dan berdiri.
"Kamu mau ke mana, Mas?"
"Aku harus segera ke bandara. Sampai bertemu lagi kalau takdir masih mengijinkan kita untuk bertemu, teman" Ronald tersenyum lalu ia buru-buru berbalik badan sebelum Alexa meneteskan airmata lagi dan membuat Ronald luluh.
Ronald mengunyah sandwichnya dan meraup wajah tampannya. Ia berjumpa lagi dengan Alexa. Di Filipina. Satu pesawat dengan tidak terduga. Satu pesawat dengan gadis super model yang sangat cantik, menarik, dan seksi, ditambah lagi gadis itu pernah menyatakan cinta padanya, sungguh-sungguh sangat menyiksa. Kini Ronald memilih untuk mendekam di kamarnya karena semesta sepertinya sedang membiarkan ujian terberat baginya karena Alexa juga menginap di hotel yang sama. "Lebih baik menghindar daripada terpeleset ke perselingkuhan" Gumam Ronald.
Di saat Ronald tengah galau menghadapi godaan berat, Amos juga tengah galau duduk di deretan paling depan di jam mata kuliah yang diampu oleh Agnes Gunawan Howard, S.Psi, M.Si.
Amos memandangi Agnes yang sedang menyiapkan materi dengan dada berdebar-debar, kedua telapak tangan mulai basah dan pemuda tampan itu beberapa kali mengusap keningnya. Gugup, yups! Amos sangat gugup.
Sial! Gini amat rasanya jatuh cinta......ternyata jatuh cinta tidak semanis yang Gue bayangkan. Rasanya menyiksa sekali, duh Gusti! Gumam Amos di dalam hati sambil mengusap dadanya yang terus berdebar-debar.
Sedangkan Agnes tengah bersungut-sungut di dalam hatinya karena ia diharuskan mengajar, menggantikan Nadya yang mendadak terbang ke Filipina bersama Hakan.
Mengajar di hari Sabtu itu sungguh-sungguh menyebalkan, awas saja kau Nad, kau hutang dua masalah besar sama aku. Tanpa sadar Agnes mengerucutkan bibir dan itu tampak sangat menggemaskan di mata Amos. Pemuda tampan itu kembali teringat saat-saat di mana bibirnya memagut bibir Agnes dengan penuh damba, lagi, dan lagi........
"Maaf, kenapa Anda menatap saya dengan mulut terbuka seperti itu? Apa saya ini tampak menakutkan di mata Anda saat ini?" Agnes mengetuk tiga kali meja di depannya Amos.
Amos mengerjap kaget lalu menutup rapat mulutnya dan kelas riuh oleh gelak tawa. Amos bergegas menggelengkan kepala sambil mengusap bibirnya.
"Bagus! Sekarang perhatikan materi yang akan saya ajarkan di hari ini! Fokus!" Agnes kembali mengetuk meja di depannya Amos sebanyak tiga kali dan Amos mengangguk-angguk malu.
Di saat Agnes mulai mengajar, Amos membatin, dia sepertinya tidak ingat sama aku. Sial! Apa permainanku semalam jelek banget? Ya, iya, moon maaf nih kalau jelek, itu, kan pengalaman pertamaku......nggak.....nggak! Nggak mungkin jelek, dia menikmati permainanku semalam. Bahkan ia memekik kencang di puncak kenikmatan dan.........
Plak! Penggaris mika mendarat di meja dan Amos kembali mengerjap kaget.
"Anda benar-benar menguji kesabaran saya. Anda kembali ternganga dan menggelengkan kepala beberapa kali. Kalau Anda tidak tertarik dengan materi yang saya sampaikan atau Anda tidak suka dengan cara saya mengajar, silakan Anda keluar!"
Amos sontak berdiri dan melambaikan kedua tangannya di depan dada, "Bukan begitu"
"Bukan begitu, ya? Oke, sekarang jawab pertanyaan saya tadi!"
Amos mengusap tengkuknya dan meskipun angannya melayang di kejadian semalam, telinganya terlatih terpasang tajam. GLEK! Setelah menelan ludah, Amos mengeluarkan suara, "Saya akan mencoba menjawab pertanyaannya Ibu"
Agnes bersedekap dengan wajah tidak ramah.
Meskipun ia memasang wajah garang begitu, ia tetap sangat cantik dan aku jadi ingat semalam saat ia melenguh, lagi, lakukan lagi, Mas.........
"Cepat jawab!" Bentak Agnes.
Amos mengerjap kaget dan sontak menyemburkan jawaban atas pertanyaannya Agnes dalam sekali tarikan napas.
Agnes terpana dengan jawabannya Agnes diiringi tepuk tangan meriah yang menggema gaduh di dalam kelas.
"Oke, duduk!"
Amos duduk dengan senyum lega.
"Meskipun kamu pintar tapi jangan ternganga lagi di depan saya. Itu mengganggu"
Amos mengangguk dengan wajah merona merah karena baru saja wanita idamannya memujinya pintar.
Ya, Amos ditugaskan mendekati istrinya Ronald dan menyamar menjadi mahasiswa di setiap kelasnya Agnes Gunawan Howard dan anak buahnya mendekati Ronald. Semua anak buahnya pergi ke Filipina kecuali Bagaskara. Bagaskara menemani Amos menjalani penyamarannya.