Mengetahui suaminya telah menikah lagi dan mempunyai seorang anak dari perempuan lain, adalah sebuah kehancuran bagi Yumna yang sedang hamil. Namun, seolah takdir terus mengujinya, anak dalam kandungannya pun ikut pergi meninggalkannya.
Yumna hampir gila, hampir tidak punya lagi semangat hidup dan hampir mengakhiri hidupnya yang seolah tidak ada artinya.
Namun, Yumna sadar dia harus bangkit dan hidup tetap harus berjalan. Dia harus menunjukan jika dia bisa hidup lebih baik pada orang-orang yang menyakitinya. Hingga Yumna bertemu dengan pria bernama Davin yang menjadi atasannya, pria dengan sebutan sang cassanova. Yumna harus bersabar menghadapi bos yang seperti itu.
Davin, hanya seorang pria yang terlanjur nyaman dengan dunia malam. Dunia yang membuatnya tidak terikat, hanya menikmati semalam dan bayar, lalu pergi tanpa keterikatan. Namun, setelah hadir Sekretaris baru yang cukup ketat karena perintah ayahnya, dia mulai memandang dunia dengan cara berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5 Cangkir Kopi?
Akhirnya meski sempat bingung dan ragu, tapi Yumna tetap mencoba untuk pekerjaan ini. Karena dia sudah lelah terus berdiam di rumah hanya semakin membuat mentalnya tidak baik-baik saja. Terlalu banyak merenung dan sendirian, tidak bagi dia yang menderita trauma akut.
Ternyata yang langsung interview kerjanya adalah Reno Alveric. Yumna pernah beberapa kali terlibat pertemuan dengannya saat dulu masih bekerja. Jadi dia sedikitnya paham bagaimana sifat pria di depannya ini.
"Yumna Adistiani, usia 26 tahun. Berpengalaman bekerja selama dua tahun. Waw sejak lulus kuliah langsung mendapatkan pekerjaan yang cukup bagus ya. Kemampuan kamu sepertinya tidak bisa di remehkan"
Yumna tersenyum tipis, duduk lagi berhadapan dengan Bos seperti ini, seolah membawa dia pada ingatan dua tahun lalu. Kepercayaan dirinya yang langsung muncul begitu saja, Yumna selalu percaya diri dalam setiap pekerjaannya, karena dia melakukannya dengan sepenuh hati.
"Tapi bekerja dengan saya, kamu bukan hanya Sekretarisnya saja. Saya lebih ingin kamu seperti pengawasnya. Sudah cari tahu tentang anak saya sebelumnya?"
Yumna mengangguk sebagai jawaban dan Reno kembali melanjutkan kalimatnya. "Dia anak yang sulit di atur, bukan dalam hal pekerjaan, tapi pergaulannya di dunia malam. Saya sudah lelah dengan sikapnya itu, jadi kamu harus bisa mengawasi dia agar tidak pergi ke tempat hiburan malam, terus saja sibukan dia dengan pekerjaan. Jika kamu bisa merubahnya, maka saya akan tambahan gaji kamu 3 kali lipat"
Yumna terdiam sejenak, siapa yang tidak akan tergiur dengan gaji yang begitu besar. Tapi tanggung jawab pekerjaannya pun cukup besar. Antara mengambil pekerjaan ini, atau tidak. Namun, tidak ada pekerjaan lain dengan bayaran sebesar ini.
"Bagaimana? Jika kamu terima, hari ini sudah bisa langsung bekerja. Dan gaji awal bulan kamu langsung di bayar di muka"
Yumna teringat akan saldo rekeningnya sudah hampir habis tak bersisa, selama satu tahun dia tidak bekerja kemana pun, semuanya dia gunakan uang tabungan yang dia punya. Dan mungkin ini adalah saatnya dia kembali mengisi saldo rekeningnya.
"Baik, saya akan usahakan bekerja dengan baik sesuai dengan Pak Reno inginkan"
"Bagus, sekarang ikut saya ke ruangannya"
Yumna mengangguk, dia segera berdiri dan menyampirkan tas di bahunya. Mengikuti Reno keluar dari ruangan. Dalam perjalanan menuju ruangan Davin yang berada satu lantai di atas ruangan Pak Reno berada barusan, Yumna sudah berapa kali menghembuskan napas kasar. Menenangkan dirinya sendiri yang tiba-tiba saja jadi gugup. Semalam dia sudah membaca artikel tentang Davin Alveric, dan semuanya memang sesuai yang di ceritakan oleh Irena.
"GIla, bahkan dia bisa berganti tiga wanita dalam satu malam. Gila, ini gila"
Yumna bahkan sampai tidak percaya dengan artikel yang dia baca. Kepalanya menggeleng pelan saat kembali membaca artikel tentang Davin Alveric itu.
"Ayo masuk, Yumna"
Yumna kembali dari lamunannya, dia mengangguk dan segera masuk ke dalam ruangan mewah ini. Ruangan pemimpin utama Perusahaan besar ini. Seorang pria yang duduk di kursi kebesarannya, namun menghadap ke jendela membelakangi Yumna.
Sial, dari belakang saja aku sudah bisa menebak orang seperti apa dia. Semoga saja kamu kuat ya Yumna.
"Davin, Papa sudah menemukan Sekretaris baru buat kamu"
Ketika kursi itu berputar dan berbalik menghadapnya, Yumna cukup tertegun melihatnya secara langsung seperti ini. Tampan ... ya memang sangat tampan dan gagah, tapi sayangnya pemain wanita. Begitulah kira-kira arti dari wajah Yumna yang tertegun.
Davin berdiri dari duduknya, mengancingkan jas sambil berjalan ke arah Yumna dan Papanya. Menatap Yumna dari atas sampai bawah, rambut panjang melewati bahu yang di gerai rapi, pakaian kerja yang tidak terlalu ketat, rok yang panjangnya juga di bawah lutut, riasan yang juga tidak terlalu mencolok.
Davin mengangkat satu alisnya, merasa tidak tertarik dengan perempuan yang akan menjadi Sekretaris barunya. Karena sudah terlalu banyak sekretarisnya yang mengundurkan diri. Tidak kuat dengan sikap arogan Davin.
"Sangat sederhana, apa Papa yakin?"
Papa berdecak pelan, dia menarik kursi depan meja kerja Davin dan duduk disana. "Yang penting kemampuannya, Papa mencarikan kamu Sekretaris, bukan wanita penghibur yang harus berpenampilan terbuka"
Davin terkekeh pelan, dia sedikit mengangkat bahunya acuh. "Terserah Papa saja, yang penting dia bisa bekerja denganku"
"Berubahlah Davin, mau berapa puluh Sekretaris pun tidak akan kuat jika sikap kamu masih seperti itu. Usia kamu sudah 32 tahun, dan kamu masih belum menikah. LIhat Bara, dia bahkan sudah punya anak"
"Memangnya mau jika aku menikah dan nantinya malah punya anak dari wanita lain seperti Papa. Anak 'kan mencontoh sikap Ayahnya"
Seketika Papa Reno diam, mungkin hal ini masih belum bisa diterima oleh Davin. Bahkan hubungan Davin dan Shafa, adiknya dari perempuan lain yang dia nikahi, belum baik sampai sekarang. Meski sebenarnya Shafa menikah dengan sahabatnya, Bara. Tapi sekarang, hubungan mereka pun berubah renggang.
Papa berdiri, dia menatap Yumna dengan penuh harap jika Yumna bisa bertahan dengan sikap anaknya ini. "Selamat bekerja Yumna, tolong lebih sabar menghadapinya ya"
"Baik Pak"
Entah apa, namun Yumna melihat sebuah tatapan kesedihan dari Reno maupun Davin. Meski mereka berdua menutupinya dengan sikap sama-sama dingin. Setelah Reno keluar ruangan, Yumna mulai membuka tab di tangannya, mengecek jadwal Davin yang sudah di serahkan oleh Reno tadi sebelum dia kesini.
"Hari ini Pak Davin ada pertemuan dengan Perusahaan Tuan Bara"
"Pak? Kau pikir aku setua itu?"
Yumna langsung mengerutkan keningnya, merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya. "Bapak 'kan atasan saya, tidak mungkin saya panggil Mas dong"
Davin menatapnya dengan senyum miring, satu alisnya terangkat. "Kau adalah orang pertama yang memanggilku Pak"
Yumna menggeleng pelan, tidak terlalu menanggapi ucapan Davin. Sekarang dia harus bisa lebih menunjukan jika dia tegas dalam bekerja, karena menghadapi Bos seperti Davin bukanlah hal mudah.
"File untuk rapat hari ini akan saya siapkan. Saya permisi dulu, Pak" Yumna mengangguk hormat dan langsung berlalu keluar ruangan.
Dan Davin hanya menatapnya dengan senyum miring. Tatapan yang sulit di artikan, namun dia seolah sedang mengatur rencana untuk membuat Yumna tidak betah bekerja dengannya.
Davin mengambil telepon di atas meja dan menelepon ke meja kerja Yumna yang berada diluar ruangan ini. "Buatkan aku kopi, jangan terlalu manis, tapi jangan pahit juga"
Di meja kerjanya Yumna mengerutkan kening dengan perintah dari Davin. Namun, dia hanya bisa menghela napas. "Baik Pak, tunggu sebentar"
"5 menit harus sudah ada di meja saya"
GIla nih orang, dari sini ke Pentry kan jauh.
"Saya usahakan Pak"
Daripada protes dan akhirnya malah membuat Davin marah dan semakin semena-mena, Yumna memilih untuk mengiyakan saja. Dia berlari menuju lift sambil bergerutu kesal.
"Sepertinya memang dia ini di ciptakan jadi pria menyebalkan. Siapa juga yang mau menikah dengan pria seperti dia, aku saja tidak sudi"
Yumna bukanlah wanita yang mudah di bohongi, dia membawa nampan ke ruangan Davin dengan sekaligus 5 cangkir kopi di atasnya. Dia tahu jika Davin akan menyuruhnya berulang untuk membuat kopi. Caranya sudah dapat ditebak oleh Yumna.
"Silahkan Pak"
"Kau gila, kau pikir aku apa sampai dibawakan 5 cangkir kopi?"
"Bapak bisa coba satu persatu, dan mana yang cocok untuk lidah Bapak, maka itu pilihannya. Karena saya tidak mau bolak-balik ke Pentry untuk membuat kopi, itu jauh Pak"
Davin cukup tercengang dengan jawaban Yumna yang di anggapnya cukup berani. Bahkan dia mengatakan hal itu dengan begitu santai.
"Silahkan di coba Pak, nanti hubungi saya lagi jika sudah ada yang terpilih dari 5 cangkir kopi ini. Saya permisi dulu"
Bersambung