Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.
Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CALON PEMBANTU
Nadin mengutarakan maksudnya kepada tetangga barunya itu, siapa tahu ia bisa membantunya mencari seorang ART. Nadin justru terbesit pikiran jika wanita itu berkenan lebih baik dia saja yang ia jadikan ART.
Saya Irma Mbak, kalo boleh tau nyari yang bagaimana ya Mbak? " Tanya wanita itu yang mengenalkan dirinya bernama Irma.
"Kita ngobrol di dalam aja ayo Mbak, di sini panas. Sekalian mampir di rumah saya. " Nadin mengajak Irma untuk mengobrol di rumahnya.
Irma akhirnya mengiyakan ajakan Nadin, ia mengangguk dan mengikuti Nadin yang berjalan masuk. Nadin mempersilahkan Irma duduk di ruang tamu sedangkan ia pamit sebentar di belakang untuk membuatkannya teh. Meski rumah ini berada tidak jauh dari rumahnya, akan tetapi Irma baru kali ini masuk ke sini. Dulunya rumah ini pernah di tinggali sepasang suami istri dan kedua anaknya tapi tidak sampai satu tahun keluarga itu pindah entah mengapa. Tidak lama Nadin datang dengan nampan berisi dua cangkir teh panas untuk menemani mengobrol.
"Jadi ngerepotin Mbak, " terlihat Irma yang sedikit sungkan.
"Tidak kok Mbak, biar enak aja kita ngobrolnya. " Nadin tersenyum mencoba mengakrabkan diri dengan tetangga barunya itu. "Oh iya, soal saya mencari ART tadi tidak mengharuskan ada kriteria khusus. Yang terpenting ia bisa bantu saya beres-beres rumah dan yang bisa masak, soalnya saya harus menjaga toko jadi sedikit kualahan mengurus rumah. " Jelas Nadin.
"Kalau saya bagaimana Mbak? " Irma menawarkan diri.
"Boleh saja, saya justru senang jika kamu mau bekerja di sini. Tapi apa tidak masalah jika kamu menjadi ART saya Mbak? " Nadin memastikannya, dalam benak Nadin merasa senang karena sejak awal ia memang ingin lebih dekat dengan Irma karena di rasa cocok.
"Tidak masalah Mbak, saya juga sedang mencari pekerjaan. " Jawab Irma menyanggupi.
"Baiklah kalo gitu Mbak, terima kasih ya, saya jadi tidak perlu repot-repot nyari orang. " Nadin senang karena Irma yang akan menjadi ART-nya di rumah.
"Saya Mbak yang seharusnya berterima kasih karena bisa bekerja di sini. " Jawab Irma dengan tersenyum.
Mereka mengobrol banyak hal selayaknya wanita, tidak sulit bagi keduanya untuk mengobrol bersama orang yang belum lama mereka kenal, karena akan pasti ada saja yang mereka bicarakan. Meski Irma dan Nadin mengobrol ringan seperti menceritakan latar belakang masing-masing dan kegiatan yang sedang mereka kerjakan tapi itu mampu menciptakan obrolan yang panjang. Dari percakapan itu juga Nadin bisa tahu jika Irma hidup hanya sebatang kara, dari yang ia ceritakan kedua orang tuanya berpisah dan Irma memilih tinggal bersama ibunya. Tidak lama setelah perceraian itu ibunya menjadi sakit-sakitan sampai meninggal dunia.
Nadin merasa iba dengan kehidupan Irma yang tidak mujur, ia tidak bisa membayangkan jika itu terjadi padanya mungkin ia tidak akan kuat untuk menghadapinya. Mungkin dengan menjadikannya ART di rumah ini nantinya Nadin bisa membantu perekonomiannya.
Irma juga terlihat senang dengan penawaran pekerjaan dari Nadin, ia sebelumnya hanya menganggur di rumah mungkin hanya sesekali menggantikan temannya menjaga toko dan mendapatkan upah tapi itu pun hanya beberapa kali saja dalam seminggu.
"Suaminya lagi kerja ya Mbak? " Celetuk Irma tiba-tiba.
"Iya suami saya lagi ke toko miliknya. " Nadin sedikit heran mendengar pertanyaan dari Irma pasalnya ia belum mengatakan jika ia tinggal bersama suaminya dan bagaimana ia tahu hal itu.
"Apakah besok saya sudah bisa mulai bekerja Mbak? " Tanya Irma sesaat setelah mengangguk mendengar penuturan Nadin.
"Tentu, tapi apakah kamu bisa datang kesini lebih pagi. Ya, mungkin sekitar jam enam pagi nanti kamu tidak perlu membuat sarapan di rumah untuk masalah makanan kamu ikut di sini bersama kita nantinya. " dengan hati-hati Nadin mengutarakan keinginannya.
"Bisa Mbak, terima kasih sebelumnya. Apa masih ada hal lain yang perlu saya ingat Mbak? " Tanya Irma.
"Itu saja dulu, untuk yang lainnya bisa saya tambahkan kalo sudah mulai bekerja di sini. " Jawab Nadin di sertai senyuman tipis.
"Baik Mbak kalo begitu, jika sudah tidak ada lagi saya mau pamit dulu. Sekali lagi terima kasih Mbak. " Irma berpamitan karena di rasa sudah cukup lama ia bertamu di tempat calon juragannya itu.
"Iya, sama-sama. Saya yang seharusnya berterima kasih. "
Irma mengangguk dan berdiri dari duduknya untuk pulang, Nadin mengikutinya untuk mengantar ke depan.
"Mari Mbak. " Sebelum benar-benar pergi Irma masih menyempatkan tersenyum pada Nadin dan di balas hal serupa olehnya.
...****************...
Sore ini Nadin sedang berkutat di dapur memasak untuk makan malam. Siang tadi meski tubuhnya yang masih tidak enak badan tapi ia memaksa untuk jalan-jalan mencari toko yang menjual sayur terdekat di perumahan ini. Nadin harus berjalan sedikit jauh sampai ia menemukan toko yang menjual khusus sayur-sayuran dan bahan masakan lainnya.
Di tengah kegiatannya, Nadin terus melihat jam di ponselnya yang sudah hampir menunjukkan pukul tujuh malam tapi Reno belum balik ke rumah. Tadi Reno memang sudah mengabari jika hari ini kemungkinan akan sedikit terlambat pulang karena ia kedatangan seseorang yang akan berencana bekerja sama dengan toko yang sedang di kelola suaminya itu.
Pas sekali saat ia mematikan kompor tidak lama ia mendengar suara deru mobil dari arah halaman depan.Mendengar itu, Nadin lantas membuka apron yang di kenakannya dan sedikit berlari ke depan untuk menyambut suaminya. Ia berdiri di depan pintu yang masih tertutup untuk menunggu sang suami membukanya. Pintu terbuka dan terlihat raut muka Reno yang terlihat lelah tapi setelah melihat senyum manis yang terus merekah dari istrinya yang sedang merentangkan tangan seketika lelahnya hilang.
Reno memeluk istrinya dan mencium pucuk kepalanya, posisi itu bertahan sedikit lama sampai Nadin membuka suara untuk meminta suaminya membersihkan diri dahulu.
"Mandi dulu Mas baru kita makan. Aku sudah masak ayam kecap buat makan malam. " Nadin mengurai pelukannya.
Reno mengangguk dan berjalan mesuk sedangkan Nadin kembali berjalan ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Sekitar 10 menit Reno baru selesai mandi dan menghampiri istrinya yang tengah membuat kopi. Reno melihat ke arah meja makan yang sudah tersaji ayam kecap dan sayur sop bayam jagung.
"Kamu tadi belanja di mana sayang? " Reno menarik kursi untuk dirinya duduk.
"Aku jalan terus ke arah sana, ada toko yang jual sayuran tapi pas balik baru berasa kalo tempatnya jauh banget Mas. " Keluh Nadin dengan jari telunjuk mengarah ke arah timur untuk menunjukkan letak toko yang ia maksud.
"Harusnya nunggu aku pulang dulu, Mas tadi engga kepikiran mau beli makanan di luar lupa kalo kita udah pindahan. " Reno nyengir karena ia sama sekali tidak ada pikiran mau membeli sesuatu saat perjalanan tadi.
Jangan lupa tinggalkan like dan comment, terima kasih.
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.
Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/
Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅
Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅