NovelToon NovelToon
Kepincut Musuh Bebuyutan

Kepincut Musuh Bebuyutan

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Kisah cinta masa kecil / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: juyuya

"Awas ya kamu! Kalau aku udah gede nanti, aku bikin kamu melongo sampai iler kamu netes!" teriak Mita.

" Hee… najisss! Ihh! Huekk" Max pura-pura muntah sambil pegang perut.

Maxwel dan Mita adalah musuh bebuyutan dari kecil sayangnya mereka tetangga depan rumah, hal itu membuat mereka sering ribut hampir tiap hari sampai Koh Tion dan Mak Leha capek melerai pertengkaran anak mereka.

Saat ini Maxwel tengah menyelesaikan studi S2 di Singapura. Sementara Mita kini telah menjadi guru di sma 01 Jati Miring, setelah hampir 15 tahun tidak pernah bertemu. Tiba-tiba mereka di pertemukan kembali.

Perlahan hal kecil dalam hidup mereka kembali bertaut, apakah mereka akan kembali menjadi musuh bebuyutan yang selalu ribut seperti masa kecil? Atau justru hidup mereka akan berisi kisah romansa dan komedi yang membawa Max dan Mita ke arah yang lebih manis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juyuya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kedatangan sahabat Mita

Malam mulai menyelimuti Kampung Jati Miring, meski suara besi-besi dan pekerja dari seberang masih terdengar samar.

Mita baru saja selesai salat Magrib. Dia menggantung mukenanya di belakang pintu kayu, lalu duduk di kasur sambil membuka HP.

Hanya beberapa pesan WA yang muncul, Mita membalasnya singkat. Tapi saat membuka media sosial…

Eh, entah karena takdir atau orangnya salah pencet, akun maxwel_19 tiba-tiba mulai mengikuti Mita. Mita sampai terperanjat.

Dengan kepo, dia mulai ngestalk akun itu. Tidak banyak foto, cuma tiga. foto kampus, foto pegunungan, dan foto buket bunga mawar.

"Cailahhh  sudah punya pacar rupanya. Bisa romantis juga ni orang" gumam Mita sambil melihat postingan max.

"Aku folback gak ya?" pikirnya sambil menimbang-nimbang.

Eh… tanpa sengaja, tangannya menekan tombol follow back.

Mata Mita melotot. "Eh, lohh… yahh! Ih, ini tangan!" Dia menepuk tangannya pelan. "Kenapa sih harus folback secepat itu? Setidaknya seminggu baru folback, gitu lohh!"

"Pasti si Max kegeeran tingkat dewa tuh, huh!" Mita menghela napas dramatis, lalu meletakkan ponselnya di atas meja belajar.

Dia berjalan keluar kamar dengan muka bete, duduk di samping Mak Leha yang sedang asik menonton sinetron Ikan Joget, sambil lesehan di karpet.

"Kenapa muka kamu kayak kambing sakit gitu?" celetuk mamaknya sambil ngemil peyek.

Mita menggeleng pelan, tangannya ikut mencomot peyek dari toples kaca.

"Eh, Mit, kamu tau gak? Itu si Max, sebentar lagi wisuda S2!" Mak Leha bersuara semangat, matanya berbinar seperti anak kecil dapat permen.

"Biarin!"

"Kalau Max balik ke sini, kesempatan kamu buat deketin, loh!"

Mita mendengus, bibir atasnya terangkat miring, hampir seperti kucing ngeyel.

"Idihh, ogah! Ngapain, Mak? Mita ini cantik, banyak yang suka! Yang benar aja harus ngemis-ngemis cintanya si mata sipit!"

"Lagian, Makk.. berapa kali sih Mita harus bilang, kami itu beda agama mak BEDA! Temboknya tinggi! Dan Yang terpenting… Maxwel MUSUH BEBUYUTAN! TITIK! Pokoknya Mita gak mau denger lagi nama itu di telinga Mita! Kalau mamak mau ngomongin dia ngomong aja sama abah! " Mita mengibaskan tangan dramatis, sampai peyek di toples nyaris jatuh.

Dia berdiri, berjalan ke dapur sambil melangkah berdentum.

"Loh Mit, kenapa mukamu masam begitu?" tanya Abah Adul yang baru keluar dari toilet, mukanya penasaran.

"Gak tau! Tanya mamak!" jawab Mita sambil berjalan mengambil gelas kaca, mukanya masih cemberut.

Setelah 15 menit berlalu, terdengar suara ketukan dari pintu luar.

Tok… tok… tok…

Abah Adul mengernyit, menepuk bahu istrinya pelan.

"Ada apa, Bah?" tanya Mak Leha ketus, matanya masih fokus menatap TV.

"Itu,,, ada yang ngetok pintu. Bukain, Mak" jawab Abah Adul pelan.

"Ih, Abah aja lah, liat!" Mak Leha menunjuk layar sinetron dengan semangat. "Tuh si Dewi sebentar lagi ketahuan selingkuhnya. Lagi seru ini, Abah, nggak usah digangguin!"

Abah Adul menghela napas, membetulkan sarung kotak-kotaknya, lalu melangkah ke pintu depan.

Clek… pintu terbuka.

"Assalamualaikum, Bah!" sapa dua perempuan di depan pintu dengan senyum ramah.

"Waalaikumussalam " jawab Abah Adul sambil menatap mereka sekejap

"Eh… ini Masyita sama Wulan ya?" tanyanya sedikit ragu.

"Iya, Bah. Mita ada?"

"Mita ada, ayok masuk! Waduh, sudah lama banget nggak mampir ke sini" ucap Abah Adul sambil mempersilakan kedua teman Mita duduk di kursi tamu.

"Sebentar ya, Abah, panggil Mita dulu" ucapnya sambil tersenyum.

"Iya, Bah" jawab Masyita dan Wulan kompak.

"Mita! Ada Sita sama Wulan tuh!" teriak Abah Adul sambil berjalan ke dapur.

Mita menoleh, matanya melebar. "Hah? Siapa, Bah?"

"Ada Sita sama Wulan" jawab Abah Adul.

Mita terkejut. Kenapa mereka nggak bilang dulu kalau mau ke sini? batinnya.

"Yaudah, Mita buat air dulu" ucapnya sambil beranjak mengambil gelas. Untungnya, tadi ia sudah merebus air panas.

Dengan cekatan, Mita mengambil dua gelas kaca, membuka dua bungkus Energen cokelat.

kebiasaan sejak kecil mereka memang suka minum ini.

Setelah selesai diaduk, ia meletakkan dua cangkir di atas nampan, menambahkan satu toples peyek, lalu berjalan ke ruang tamu, siap menyambut tamu dengan senyum yang setengah kagok, setengah antusias.

"Ihh, kok kalian nggak bilang-bilang mau mampir ke sini " ucap Mita sambil meletakkan gelas ke atas meja, bersamaan dengan toples peyek. Ia duduk di kursi rotan tunggal, tersenyum ramah. "Gimana kabar kalian?"

"Kita baik-baik aja, Mit. Kamu sendiri gimana?" tanya Masyita sambil menyesap minumannya.

"Alhamdulillah, aku baik" jawab Mita singkat.

"Eh, tumben, kalian lagi libur kerja ya?" Mita menoleh ke Wulan.

Setelah lulus sma masyita lanjut kuliah di Pekanbaru ambil jurusan akuntansi dan sekarang dia sudah berkerja di bank. sementara wulan saat ini berkerja di perusahaan periklanan dan pemasaran produk di Bandung.

Masyita mengangguk sambil bercerita, "Aku ambil cuti, Mit. Kebetulan kakakku mau nikah 5 hari lagi."

"Oh, alhamdulillah! Sama orang mana?" tanya Mita penasaran.

"Sama anak kampung sebelah" jawab Masyita sambil terkekeh. Mita tersenyum ikut mengangguk, ikut senang mendengar kabar itu.

Wulan menatap mereka sambil menghela napas panjang. "Kalau akuuu resign, Mit."

Mita dan Masyita terperangah. "Hah? Kenapa, Lan?"

Mita sempat kaget, Setau mita gaji wulan cukup besar di bandingkan gaji gurunya yang cukup rendah, maklum honorer.

Wulan menepuk tangannya sendiri, terlihat sedikit lelah tapi lega. "Aku capek. Kepala bagian di kantor pemarahnya nggak ketulungan, tiap hari ada aja yang dibentak, bahkan sampai ada yang kena mental. Masih untung aku bisa bertahan sekitar dua tahun."

Masyita mengernyit. "Jadi, sekarang kamu mau ngapain, Lan?

"Aku mau buka bisnis sendiri" jawab Wulan sambil tersenyum lega. "Alhamdulillah, rencananya udah dari sebelum resign, jadi aku sempat nabung juga buat modal."

"Bisnis apa?" tanya Mita penasaran.

"Bisnis toko skincare" jawab Wulan. "Kan di kampung kita masih jarang tuh ada yang begituan. Kalau order dari toko oren, kadang nyampenya lama, ongkirnya mahal pula."

Mita dan Masyita saling menatap, tersenyum. "Iya juga ya, semoga bisnismu lancar deh, Lan!" seru Mita.

Wulan mengangguk sambil tersenyum lega. "Aminnn semoga berjalan lancar dan bisa bantu orang-orang sekitar juga."

"Eh, gimana kabarnya musuh bebuyutanmu, Mit?" tanya Masyita yang tiba-tiba,  sambil menoleh ke arah toko bangunan yang tampak samar di kaca jendela.

"Gak tau!" jawab Mita ketus, bibirnya mencibir sedikit.

Masyita dan Wulan saling tersenyum penuh arti. "Kamu masih musuan sama dia, Mit? Masih benci samaaa siapa tuh namanya?"

Wulan menepuk paha Masyita.

"Bang Maxwel" jawab masyita singkat.

"Nah, bang Maxwel! Kalian masih musuhan sampai sekarang?" tanya Wulan sambil mencondongkan badan.

Mita hanya mengangkat bahu sambil mengunyah peyeknya.

"Hati-hati loh, Mit. Kalau benci nanti ujung-ujungnya jatuh cinta. Apalagi tetangga depan rumah" cerocos Wulan sambil cekikikan

Mita spontan melempar sedikit peyek ke arah Wulan. "Apaan sih, Lan! Gak mungkin! Gak mungkin aku jatuh cinta sama musuh bebuyutan aku itu! Ih, amit-amit ya Allah!"

"Ya Allah,,,Tolong jodohkan hamba dengan laki-laki yang baik, soleh, bisa jadi imam hamba. Kalau sama Max bisa-bisa hamba yang jadi guru agamanya, mana ilmu agamaku cuman secuil" keluh Mita sambil menengadah, tangan terkatup di depan dada.

Sementara itu, Masyita dan Wulan hanya terkekeh bersama.

"Hahaha, kamu ini, Mit, gak ada berubah dari dulu. Kalau ngebahas tetanggamu itu, pasti langsung emosian" ucap Masyita.

"Ih, gimana gak emosian coba! Tiap hari dia bikin masalah sama aku, tiap hariii, woyyy… ya ampun! Aku paling inget tuh Max ngejek aku waktu aku lagi di hukum di depan kelas"  sungut Mita sambil menunjuk ke arah toko bangunan di luar jendela.

"Hahah, memangnya dia kenapa lagi, Mit?" tanya Wulan penasaran.

Mita langsung manyun, bersedekap dada, matanya melotot ke arah bayangan toko itu.

Bayangan itu menembus 18 tahun yang lalu…

"Hahah, Mita kena hukum! Pasti nggak ngerjain PR kan?" tanya seorang lelaki berseragam pramuka yang lewat di depan kelas.

"Diam kamu, sipit! Jangan ikut campur! Sana!" usir Mita dengan kedua tangannya tertekuk ke atas lututnya.

Bukan aku sengaja nggak ngerjain PR, itu karena kecapean main sama Masyita dan Wulan. Makanya lupa ngerjain PR.

"Kalau aku ya, Mit, jadi kamu, aku pasti malu banget. Karena sendirian di hukum di luar kelas!" goda Max sambil tersenyum miring.

"Untungnya aku gak pernah dihukum guru karena otakku cerdas. Jangan-jangan otakmu kecil kaya otak kepiting, Mit!" Max tertawa terbahak-bahak, tangannya memegangi perut.

Mita menggeram, langsung berdiri dan menjambak rambut Max.

"Aduuhhh, ihhh kamu, Mita!" teriak Max.

"Akhh, Max!" Mita ikut berteriak seteklah rambutnya di tarik max

Mereka ribut, sampai-sampai menabrak tembok depan kelas. Guru yang ada di kelas segera mencoba melerai, tapi gagal.

"Pak, tolong bantu pisahkan mereka!" teriak salah satu murid.

Akhirnya, setelah dipisah paksa, perkelahian itu berakhir. Jilbab Mita sudah kusut tak berbentuk, rambutnya keluar ke mana-mana. Sementara Max mukanya memerah akibat dicubit Mita. Tubuh mungil Mita diangkat kayak karung oleh pak guru, dibawa ke dalam kelas.

Max dituntun kembali ke kelasnya sendiri dengan muka masam, mulutnya tak berhenti ngedumel kayak bebek nyari makan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!