Hujan.. 
Semua pasti pernah mengalaminya..
Ada banyak cerita dibalik hujan, ada cerita bahagia dan tidak sedikit juga yang menggambarkan hujan sebagai cerita sedih..
Hujan..
Yang pasti adalah sesuatu yang menyebalkan..
Tapi arti sesungguhnya dari hujan adalah anugerah TUHAN
HUJAN DI REL KERETA ini adalah sebagian kecil cerita dari yang terjadi dibalik hujan..
Hujan yang awalnya membawa bahagia…
Tapi hujan juga yang merenggut kebahagiaan itu..
Akankah hujan mengembalikan kebahagiaan yang pernah direnggutnya?
Sebuah kisah sederhana, berlatar belakang di sebuah desa terpencil, dengan kehidupan pedesaan pada umumnya.
Semoga bisa menambah pengalaman membaca dan menemani waktu teman-teman semua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Toekidjo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyiarkan Rencana Bertemu
“Kembali bersama kami di sembilan lima poin lima bumiayu fm, masih bareng aku Bayu dan narasumber Dewa” ucap penyiar radio
“Materi kita malam ini cukup menarik ya bro, sebenarnya dari mana kamu dapat pemikiran seperti itu” tanya penyiar radio
“Kalau boleh jujur, gak semua dari hasil pemikiran sendiri, banyak pemikiran yang terinspirasi dari banyak hal, bisa dari buku, film, atau bahkan sinetron atau drama. Tapi mereka menyampaikan nya dengan cara yang berbeda. Aku hanya ambil poin nya saja” Jawab Dewa
“Gila, keren emang kamu bro” ucap penyiar radio
“Nah lepas dari materi kita bro, tadi di awal acara kamu minta maaf ke cewek kamu malam ini gak bisa datang. Siapa sih sebenernya cewek kamu ini?” Tanya penyiar radio
“Jawab sekarang neh?” Tanya Dewa
“Iya sekarang dong, pasti banyak sobat muda yang sudah penasaran siapa cewek beruntung tersebut” ucap penyiar radio
“Baiklah, buat Fatia yang ada di desa kalijurang sana, aku minta maaf malam ini gak bisa dateng, aku yakin pasti kamu nunggu, aku yakin kamu pasti kecewa, aku harap kamu bisa memahami kesulitanku saat ini.” Ucap Dewa
Bagai kesetrum listrik, seketika tubuh Fatia kaku dan bergetar, hatinya begitu berdebar seolah tidak percaya dengan apa yang didengar.
Fatia yang sedari tadi menunggu dengan tidak sabar, seketika lunglai bagai pohon kehilangan akar.
“Eris” teriaknya dalam hati yang terharu,
“Sebenarnya siapa Fatia ini bro, dan apa yang kamu lihat dari dia” tanya penyiar radio
“Fatia ini, dia cantik” ucap Dewa
“Kalau cantik, semua cewek juga cantik bro relatif aja menurut penilaian masing-masing” jawab penyiar radio
“Beda bro, setelah bersamanya dia itu kelewatan cantiknya bro, kadang aku harus putar balik buat nyamperin dia” ucap Dewa
“Karena kelewatan cantiknya?” Tanya penyiar radio
Hahaha… Membuat mereka berdua tertawa, dan tanpa sadar Fatia ikut tertawa
“Bener bro, Fatia itu menurutku dia itu bukan cewek” ucap Dewa
“Lah, jadi dia sebenarnya cowok kelewat cantik gitu. Yang bener aja kamu” ucap penyiar radio
“Bukan begitu, kemungkinan Fatia itu bidadari sewaktu di kayangan sedang cuci muka karena lantainya licin dia terpeleset jatuh ke bumi” ucap Dewa
Hahahaha kembali suara bergemuruh menggema di studio
“Bisa jadi - bisa jadi.. di penghujung waktu ini ada yang kamu mau sampai gak ke Fatia” tanya penyiar radio
“sebelumnya aku mau cerita dulu boleh?” Tanya Dewa
“Cukup gak kira-kira waktunya” tanya penyiar radio
“Cukup harusnya bentar doang” jawab Dewa
“Waktu itu aku sama Fatia lagi jalan bareng, kebetulan hujan gede gak bawa payung, basah-basahan jadinya. Trus gak sengaja nemuin tempat bagus, kayaknya bisa disebut hidden gems karena menurutku itu bagus banget tempatnya, uda kayak lukisan yang biasa dipajang di galeri pameran seni.” Ucap Dewa
“Serius, dimana itu?” Tanya penyiar radio
“Di Sekitar sini aja, tepatnya di rel kereta perbatasan desa. Disitu terlihat rel kereta panjang banget sampe gak kelihatan, ujungnya doang kayak titik. Kanan kiri pohon-pohon uda kayak dinding beton panjang sepanjang rel kereta. Nah Fatia nanya apa bisa kita jalan kesana, karena uda basah kuyup aku jawab, belum sampai sana kita pasti sudah menggigil kedinginan” ucap Dewa
“Wow, keren tuh kayaknya. Kapan-kapan aku kesana, buat sobat muda semua juga, yang tinggalnya di daerah sana bisa dicoba ya” ucap penyiar radio
“Yup, kamu mesti lihat sendiri” jawab Dewa
“Nah, rencanaku adalah sebagai permintaan maaf karena malam ini gak bisa dateng. Besok pagi aku tunggu Fatia tempat itu, mengantarnya jalan ke tempat yang waktu itu Fatia inginkan. Kalau prediksiku tidak salah harusnya saat matahari terbit atau yang biasa kita sebut sunrise tempat itu akan terlihat sangat indah. Jam lima pagi aku menunggumu disana' ucap Dewa
“Buat Fatia, semoga dia mendengarkan kita ya malam ini. Atau sobat muda semua yang mengenal Fatia bisa bantu sampaikan pesan ini” ucap penyiar radio
“Ok, sobat muda semua karena keterbatasan waktu yang disediakan tidak terasa waktu sudah di penghujung akhir. Terima kasih buat narasumber kita malam ini Dewa, semoga rencananya berjalan lancar” ucap penyiar radio
“Thanks bro” ucap Dewa
“Sampai ketemu, di episode selanjutnya. Selamat malam” ucap penyiar radio
Setelah menutup acara, Bayu menghampiri Eris kemudian melakukan tos dengan cara tangan kanan saling menggenggam di depan dada.
“Gila, keren hari ini kamu bro” ucap Bayu
“Aku cuman ngikutin arus aja, kamu yang sepenuhnya pegang kendali. Menurutku kamu yang hebat hari ini” jawab Eris
“Feeling ku sebentar lagi kamu bakal jadi terkenal bro” ucap Bayu
“kamu terlalu berlebihan” jawab Eris
“Sekali lagi, thanks buat hari ini. Kalau gak ada kamu, aku gak tau apa yang terjadi” ucap Bayu
“Ah, kamu kayak ke orang lain saja” jawab Eris
“Tenang saja untuk kali ini aku undang kamu gak gratis kok, nanti aku urus administrasinya. Aku kerumah kamu kapan-kapan” ucap Bayu
“Atur aja bro” ucap Eris
“Btw, besok pagi rencana kamu jadi kan?” Tanya Bayu
“Iya pastinya, masak uda di siarin gitu gak jadi. Mau taruh dimana mukaku nanti” jawab Eris
“Tunggu sebentar, aku ambilkan sesuatu!” Ucap Bayu sambil melangkah ke ruang belakang
Beberapa detik kemudian Bayu terlihat berjalan dari arah ruang belakang, di tangannya membawa seikat bunga
“Ini bawalah, semoga Fatia bisa mengerti” ucap Bayu sambil memberikan seikat bunga tersebut
“Perfect, btw kamu dapat dari mana?” Tanya Eris
“Kemarin dari fans, didalam masih ada beberapa aku sudah pilihkan yang cocok buatmu, jangan lupa sesampainya dirumah taruh di pot dan kasih air” ucap Bayu
“Ini bunga asli ya?” Tanya Eris
“Yup, biasanya bisa bertahan satu bulan jika ditaruh di pot” jawab Bayu
“Btw udah lumayan malam. Aku pamit balik dulu” ucap Eris kemudian melangkah keluar
“Ok hati- hati dijalan” jawab Bayu
...****************...
Dikamar Fatia*
Setelah acara itu berakhir, sebuah lagu romantis masih terdengar mengalun. Membuat suasana kamar Fatia tampak hangat dalam dingin nya malam sehabis hujan
Fatia tetap berbaring, memeluk erat boneka berwarna biru kesayangan. Matanya menatap tajam kearah radio yang diletakan diatas meja samping tempat tidurnya.
Pikiranya diliputi perasaan haru seakan tidak percaya bahwa sosok narasumber yang begitu romantis tersebut ternyata adalah pujaan hatinya Eris.
Tetapi hatinya seakan merasa bersalah, sempat berpikiran buruk tentangnya.
Bahkan Fatia mengutuk dirinya sendiri yang tidak mampu mengenali selama acara berlangsung.
“Bagaimana bisa, aku sama sekali tidak mengenali suara dan nada bicaramu” ucap Fatia dalam hati
“Seandainya aku lebih cerdas, bahkan kamu menggunakan julukan yang aku berikan, Dewa .. benar kamu adalah dewa cintaku” hati kecil Fatia tidak henti-hentinya berbisik
Seakan tidak bisa menahan senyum di bibirnya, saat mengingat semua yang terjadi di sepanjang acara
Saat melihat ke arah jam sudah menunjukan sepuluh tiga puluh, Fatia segera mematikan radio dan mulai mencoba untuk tidur. Karena besok pagi harus menemui Eris di rel kereta