Delia menikahi pria yang juga mencintainya. Danur adalah pacarnya saat dirinya menginjak kelas 3 SMA. Danur adalah pindahan dari Kota lain.
Setelah menikah Delia harus menahan pil pahit, karena sang suami memutuskan untuk menikah lagi dengan masa lalu nya.
Sebagai wanita tentu saja Delia tidak terima jika di madu. Dan yang lebih menyakitkan lagi, orang yang menjadi duri dalam rumah tangganya adalah sepupunya sendiri.
Semenjak hari itu, kehidupan Delia di penuhi pemandangan suami dan madu nya.
Istri mana yang sanggup di madu dan melihat suami bermesraan dengan wanita lain...
Namun di tengah kebimbangan hati untuk tetap bertahan atau menyerah, Seseorang malah memendam perasaan pada Delia.
Bagaimanakah kisahnya? akan kah Delia bertahan dalam rumah tangga yang di masuki orang ketiga atau melanjutkan hidup sendiri?
Jangan lupa mampir🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluar dari Rumah
"Suci?" Delia terkekeh mendengarnya.
"Hubungan apa yang papa bilang suci. Please pa! Nggak semua hal harus sesuai dengan selera dan kemauan papa. Nggak baik juga mengorbankan perasaan orang lain untuk kepuasan diri kita" Ucap Delia tanpa takut.
"Hubungan yang suci itu tidak ada yang namanya pengkhianatan dan tidak ada kebohongan didalam nya. Maaf pa, jangan nodai pernikahan yang sakral dengan mengatakan suci tapi didalam nya ada orang-orang munafik dan pengkhianat." lanjut Delia lagi. Lalu dirinya beralih mendekati Sinta.
"Ma, Delia pamit. Mama jaga diri dan jangan lupa obatnya diminum tepat waktu." Pesan itu biasanya akan rutin dirinya ingatkan pada sang mertua, tapi kini mungkin akan merenggang.
Delia hanya mengangguk pelan pada Wahyu tanda pamit. Tanpa menoleh lagi dirinya meninggalkan kediaman keluarga Danur. Perlahan mobil Delia keluar pekarangan. Sementara dari balkon atas, terlihat pria menatap mobil Delia yang kian menjauh. Tatapan matanya tak bisa di tebak, ada rasa lega dan amarah juga.
.
...💔💔💔💔...
.
Delia tiba saat menjelang senja. Saat masuk rumah terlihat rumah itu sepi, belum ada satu pun lampu yang menyala. Karena mereka memang hanya tinggal berdua, pertanda jika Danur belum pulang. Atau bahkan tidak pulang karena masih betah bersama selingkuhannya. Tap Delia sudah tidak peduli dengan apa pun yang dilakukan sang suami diluar sana. Toh dirinya juga sudah tau jika suaminya berkhianat, jadi untuk apa lagi dikhawatirkan. Pasti keduanya sedang asik bercumbu mesra di apartemen, pikir Delia.
Delia menuju kedapur untuk minum, karena tenggorokan terasa kering hati juga panas rasanya. Dirumah mertua tadi belum ada minum sama sekali akibat perang dingin dengan mertuanya.
Mengambil air dari kulkas, Delia langsung menenggak air dari botol.
"Ahhhh lega sekali rasanya. Bisa-bisanya aku sehabis ini kayak puasa aja." Delia meletakan botol ke wastafel cuci piring.
Melihat meja makan kosong Delia sama sekali tak berniat untuk memasak. Biasanya sore begini Dirinya sudah selesai memasak untuk makan malam. Karena Delia akan masak dua kali untuk makan siang dan malam. Tapi sekarang dirinya tidak ingin lagi bersusah payah berbuat baik untuk suami nya.
Selama ini Delia memang mengerjakan pekerjaan rumah sendiri, dirinya memang tak ingin menggunakan jasa pembantu. Paling hanya cuci gosok saja yang akan di antar ke laundry, untuk memasak dan pekerjaan lain akan dikerjakan sendiri. Apa lagi teknologi sekarang sudah bagus sekali, untuk menyapu dan pel sudah ada alat canggih, jadi tidak terlalu capek.
Setelah membersihkan dirinya, Delia langsung bersiap-siap. Dia juga memasukkan pakaian dan keperluan lainnya ke dalam koper yang lumayan besar.
"Hem masih kayak mimpi aku akan pergi dari rumah hasil kerja keras bersama." gumam Delia menghela nafas berat.
Rumah ini tidak murni menggunakan uang Danur, tentu ada campur tangan Delia. Karena diam-diam Delia ada kerjaan sampingan, tapi tidak ada yang mengetahui termasuk orang tuanya sendiri.
Setelah semua selesai dimasukkan kedalam koper, Dea segera keluar dari kamar mereka. Sebelum itu Delia melihat sekeliling kamar ini, kamar yang menjadi saksi cinta mereka baik suka maupun duka. Kamar yang dulunya selalu jadi tempat ternyaman Danur berbagi cerita. Tapi kini akan jadi masalalu.
...
"Mau kemana kamu Delia!?" Danur buru-buru turun dari mobilnya.
Delia yang baru akan masuk mobil mengurungkan niatnya. Dia berbalik menghadap Danur.
"Bukan urusan mu" balas Delia tanpa menatap sang suami.
"Aku ini suami mu, bukan urusan ku kau bilang?" Danur naik darah jadinya melihat Delia mengacuhkannya.
"Cihhhh Suami ku? Aku akan menggugat mu, karena sampai kapanpun aku tak sudi aku berbagi suami sama lont* itu" tegasnya.
"Ayolah Delia. Terima Mila jadi madu mu" Danur meraih tangan Delia tapi langsung ditepis.
"Ok ok. Tapi jangan pernah sekalipun kau ucap kata cerai pada ku. Karena itu tidak akan mungkin terjadi! Ingat Delia kita sudah menikah hampir 2 tahun kau masih juga belum hamil, seharusnya kau bersyukur aku nggak menceraikan mu. Kau tetap menjadi prioritas ku." Danur dengan santai nya mengatakan itu membuat Delia rasanya ingin mengumpat pria ini.
Jika saja Danur bukan lagi suaminya Delia ingin sekali menabok pria dihadapannya ini. Sekarang hanya bisa menahan diri saja. Bisa-bisanya Danur menormalisasikan ulahnya berselingkuh, mana selingkuhannya hamil pula dan sepupu Delia pula. Seolah ini hal yang normal baginya. Delia yang tidak ingin emosinya semakin menyala, segera masuk mobil tanpa peduli teriakan Danur yang melarangnya minggat.
"Hei Delia!! Dengarkan aku dulu! Deliaaa!!" Danur berteriak lantang, hingga mobil Delia tak lagi terlihat baru dirinya berhenti berteriak.
Bukan main geramnya Danur saat ini, baru kali ini Dirinya di perlakukan begini oleh Delia tentu dirinya tak terima.
"Pak Danur, kok teriak begitu? Itu Mbak Delia mau kemana malam-malam begini?" tegur tetangganya.
"Diam! Mending urus aja suami mu dirumah!" balas Danur sinis.
"Yeeey, orang nanya baik-baik. Jadi pria kok mulutnya lemes! Cihhh, pantes aja Mbak Delia pergi malam-malam begini, pasti karena nggak sanggup menampung suami mulut dower ini" Balas tetangga Danur tak mau kalah.
Wanita ini kesal juga karena dirinya bertanya baik-baik malah di semprot. Setelah mengatakan itu, wanita ini langsung meninggalkan Danur yang wajahnya sudah merah menahan marah. Mau main kasar takut juga dirinya di amuk warga komplek.
"Dasar wanita julid!" geram danur.
Danur langsung masuk rumah, dirinya langsung masuk kamar. Sepi, itu yang dirasakannya. Biasanya ada Delia yang menyiapkan handuk, air hangat dan pakaian. Sekarang kamar ini malah sepi sekali. Setelah mandi dan berpakaian Danur keluar kamar menuju dapur berniat makan malam, tapi di lihatnya meja makan kosong, lalu dirinya membuka kulkas mencari makanan prozen atau makan lain yang bisa dimakan. Tapi yang ditemui nya hanya cake saja.
"Ini....." Danur mengeluarkan cake lalu meletakkan di atas meja.
Terpampang jelas cake bertuliskan happy anniversary. Seketika hati Danur sedikit nyeri dan ada rasa bersalah juga, tapi tidak bisa juga mau melakukan apapun karena Delia tidak bisa mau di bujuk.
"Hem, biarkan saja Dia menyendiri dulu. Mungkin Dia butuh waktu sendiri. Aku yakin setelah tenang pasti Delia akan pulang, baru setelahnya aku akan bicara baik-baik dengannya" monolog Danur.
Karena tidak ada makan lain, jadilah Danur makan cake saja sebagai pengganjal. Nanti dirinya akan ke apartemen, minta Mila untuk memasak.
.
.
"Astaga Mas! Aku itu tidak terbiasa."
Jangan lupa like dan komentarnya 🙏
,, semoga mereka berdua segera dpt karmanya 😔
mksh sudah sering baca🙏🤗