Istri Kedua Suamiku

"Mas, kapan sih akan menikahi aku secara resmi, dan ceraikan istri kamu," ucap Ningsih dengan suara penuh godaan.

"Kamu sabar dulu, aku masih belum mendapatkan apapun dari dia," jawab Riko.

"Kamu selalu saja mengatakan sabar, aku butuh pengakuan mas," ujar Ningsih kesal.

"Kamu kan tahu, aku bekerja di perusahaan orangtua Zahra, jadi aku tidak mau gegabah, kamu mau kita hidup miskin?" tanya Riko.

"Aku tidak mau sih, tapi aku juga butuh pengakuan, kalo aku itu istri kamu, bukan pembantu dirumah ini," kata Ningsih.

 "Kamu sabar ya sayang, aku akan mengambil harta Zahra, setelah itu aku akan meninggalkan dia, dan hidup bahagia bersama kamu," ujar Riko.

"Lalu, bagaimana dengan anak yang sedang mbak Zahra kandung?" tanya Ningsih.

"Sejak awal, aku memang tidak pernah mencintai Zahra, aku hanya terpaksa menikahi dia, karena dia anak orang kaya," jawab Riko,

"Anak itu biarkan Zahra yang mengurus, toh juga nanti aku akan mempunyai anak dari kamu," lanjut Riko, sembari mencolek hidung Ningsih.

"Ah kamu mas, selalu membuat aku bahagia," ucap Ningsih.

Ningsih memeluk Riko, lalu Riko menarik tubuh Ningsih dengan sangat lembut, keduanya melakukan hal menjijikan, tepat di kamarnya Zahra.

Tapi, tanpa mereka sadari. Sejak tadi ada yang mendengarkan pembicaraan mereka berdua.

Zahra, dia berpamitan kepada suaminya akan ke rumah orangtuanya, dan kemungkinan akan menginap, tapi. Zahra berbohong, karena dia ingin membongkar perselingkuhan mereka berdua sekarang.

Zahra ditemani oleh sang kakak, karena Zahra tadi sudah membicarakan permasalahan rumahtangganya kepada sang kakak, kecuali kepada orangtuanya, Zahra belum mempunyai keberanian.

"Dobrak pintunya kak," ucap Zahra.

Irpan langsung mendobrak pintunya, terlihat kedua sejoli itu sedang menikmati permainan mereka.

"Bajingan kamu mas, kamu melakukan hal menjijikan ini di kamarku!" geram Zahra.

Mendengar suara Zahra, Roki langsung menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut, sedangkan Ningsih menutupi bajunya dengan gorden, karena niat hati ingin bersembunyi tapi dicegah oleh Irpan.

"Sayang maafkan aku, aku khilaf," ucap Roki, dengan raut wajah sedih.

"Khilaf katamu mas, mana ada khilaf sampai menikah!" hardik Zahra.

Roki tercengang mendengar ucapan Zahra.

"Jadi, kamu sudah tahu?" tanya Roki gugup.

 "Ya, aku sudah tahu kelakuan busukmu, makanya sekarang aku labrak kalian," ujar Zahra.

"Maafkan aku, aku benar-benar khilaf. Ningsih sudah menggoda aku," kata Roki membela dirinya sendiri.

"Mas.." Sahut Ningsih kesal.

Namun Roki tidak menyahut perkataan Ningsih, karena kalo ini dia harus mendapatkan maaf dari Zahra.

"Kita akan bertemu di pengadilan," kata Zahra dengan tatapan kosong.

"Tidak, aku tidak mau," tolak Roki.

"Mau atau tidak, itu bukan urusanku, aku mau bercerai darimu," tegas Zahra.

 "Aku tidak akan menyetujui perceraian kita, camkan itu!" bentak Roki.

"Kenapa tidak? Video kamu dengan jalang itu sudah viral," ujar Zahra,

"Seorang babu yang merebut suaminya," lanjut Zahra tersenyum licik.

 "Maafkan aku, tolong maafkan aku," ucap Roki.

"Tidak ada kata maaf untuk laki-laki seperti kamu!" tegas Zahra.

"Jamgan keras kepala, kamu harus ingat, kalo sekarang kamu sedang hamil, anak yang ada di dalam perut kamu butuh sosok seorang ayah!" Roki menatap tajam kearah istrinya.

Prok..

Prok..

Zahra bertepuk tangan, sembari tersenyum sinis kearah suaminya yang sudah tega berselingkuh.

"Tidak ada satu anak pun yang mau mempunyai ayah seperti dirimu, kamu tidak layak di panggil sebagai ayah," jawab Zahra, dengan nada suara yang tegas,

"Yang ada, anak ini akan malu karena mempunyai ayah seperti dirimu!"

"Zahra.. Jaga bicaramu, aku ini suami kamu!" bentak Roki.

"Kau.." sahut Irpan, dia akan mendekati Roki, tapi Zahra mencegahnya.

"Ya, hari ini aku masih menjadi istrimu, tapi sebentar lagi tidak," jawab Zahra.

"Sudah aku katakan, aku tidak akan menceraikanmu," kekeh Roki.

"Kenapa kamu tidak mau bercerai denganku, mas?" tanya Zahra,

"Sedangkan kamu sudah berselingkuh dibelakang aku!" lanjut Zahra.

"Aku mencintai kamu sayang," kata Roki.

"Cinta? Cih! Tadi kamu berkata tidak pernah mencintai aku kepada gundik ini, kamu menikahi aku karena cuman mau harta aku saja," ujar Zahra,

"Ayo mas, kita ke rumah papah," ajak Zahra.

"Kamu sudah berkemas?" tanya Irpan.

"Sudah, tadi bi Inah yang sudah mengemasi barang-barang aku," jawab Zahra.

"Yasudah ayo," ajak Irpan.

Irpan menggandeng adiknya, sesekali menghapus air mata yang sudah membasahi wajah adiknya.

"Kamu yakin oke?" tanya Irpan khawatir.

Zahra menghela napas, "Aku aman kak."

 Irpan tahu kalo sekarang, dia sedang masa terpuruk.

 "Tunggu.." Panggil Roki, saat keduanya akan masuk kedalam mobil.

"Bi, tunggu saya di mobil," kata Zahra.

"Baik nona," jawab bi Inah.

"Mau apa lagi kamu, mas?" tanya Zahra.

"Tunggu dulu, berikan aku kesempatan untuk menjelaskan semua ini," ucap Roki.

"Apa yang mau kamu jelaskan? Semuanya sudah jelas," ujar Zahra.

"Oke, aku mengaku salah karena sudah menikahi Ningsih di kampung, tapi itu bukan kemauan aku," ucap Roki.

 "Maksud kamu apa?" tanya Zahra penasaran.

"Ya, setahun lalu, aku menikahi Ningsih karena ibu aku memaksa, supaya aku segera mendapatkan anak, karena denganmu sudah enam tahun, tapi belum mempunyai anak," jawab Roki.

"Lalu, kamu akan menyalahkan ibu kamu, atas semua kesalahan kamu?" tanya Zahra,

"Ini sudah jelas salah kamu Roki, kalo kamu memang tidak mau menikah dengan jalang itu, kamu akan menolak sebisa kamu, atau mengatakannya denganku, tapi apa? Kamu malah menikmati hidup bersama jalang itu," lanjut Zahra.

Roki terdiam..

"Kenapa kamu diam, memang benar kan dengan ucapanku?" tanya Zahra.

 "Mbak, aku bukan jalang, aku istri kedua mas Roki," sahut Ningsih, yang baru keluar.

"Oh ya? Kalo bukan jalang, lalu apa?" tanya Zahra dengan tatapan mengejek.

"Aku istri kedua mas Roki, kami sudah berpacaran lama, karena kamu mbak, mas Roki meninggalkan aku," jawab Ningsih.

"Wow kebenaran ini membuat aku sangat terkejut," ejek Zahra.

 "Ningsih diamlah, ini bukan waktunya kamu bicara," ujar Roki.

"Kenapa mas? Aku juga istri kamu, aku berhak bicara kepada istri pertama kamu," kesal Ningsih,

"Dan aku juga berhak atas semua harta kamu ini," lanjut Ningsih, tanpa tahu siapa Roki sebenarnya.

"Apa yang kamu katakan mas, sampai jalang ini bermimpi setinggi langit?" ejek Zahra,

"Dengar ya jalang, rumah dan semua harta yang Roki punya ini semua milliku, sekali lagi milikku," lanjut Zahra.

 "Jangan mengaku-ngaku mbak, kasihan banget stres karena mas Roki menikahi aku," sahut Ningsih tidak tahu diri.

Zahra tertawa mendengar ucapan Ningsih, Zahra benar-benar dibuat kesal dengan tingkah Ningsih.

"Kalo bermimpi jangan terlalu tinggi, nanti akan sakit kalo jatuh," ejek Zahra dengan suara tawanya,

"Selamat bermimpi jalang."

***