Kehidupan Ayunda naraya dan Edward alexandra berjalan seperti biasanya, bahkan mereka terlihat romantis. Hingga disuatu hari ayunda harus menerima fakta yang menyakitkan, ia merasa dibohongi habis-habisan oleh suaminya sendiri.
Bagaimana kisah kehidupan ayunda selanjutnya?? Kepoinn terus cerita ini yaa...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon elaacy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
🌷Happy Reading🌷
Di dalam ruangan private room disebuah cafe, 4 orang sedang duduk membahas mengenai pembangunan pusat perbelanjaan.
"Ini kira-kira desain yang sudah kami siapkan pak, bagaimana menurut anda?" Shaka menunjukan satu desain kepada pak prapto
Lelaki itu memperhatikan dengan detail setiap gambar itu, ia lalu mengangguk senang.
"Wah, desain ini sangat bagus tuan edward, saya sangat menyukainya. Kalo begitu saya setuju dan kapan akan mulai dibangun?" Tanya pak prapto penuh antusias.
"1 minggu lagi pak, nanti kita akan bersama-sama meninjau proyek itu." Jawab edward.
Pak prapto mengangguk. "Kalo begitu pembahasan kita sampai disini saja, saya permisi tuan edward dan pak shaka."
"Iya silahkan pak." Ujar edward tersenyum tipis, setelah pak edward dan sekretarisnya pergi buru-buru edward mengeluarkan handphonenya dan mencari kontak sang istri.
Setelah ketemu barulah edward mengklik tanda telpon, tak perlu menunggu waktu lama telpon sudah tersambung.
"Sayang, maaf kan mas yang baru sempat menghubungi kamu. Tadi mas buru-buru untuk ketemu pak prapto."
"Tak apa mas, aku ngerti kok. Kamu sudah makan belum? Kalo belum makan dulu mas, takutnya kamu malah masuk angin" Ujar ayunda dari seberang telpon.
"Iya sayang, ngomong-ngomong kamu ada dimana sekarang? Kok kayak lagi dijalan gitu?" Tanya edward
"Aku habis dari mall mas, bosen dirumah nggak ada kerjaan." Jawab ayunda, ia sengaja tak menceritakan mengenai pertemuannya dengan mama emma serta mengunjungi rumah arum.
"Ohh gitu, kamu hati-hati dijalan sayang. Mas tutup ya telpone nya."
"Iya mas, kamu jangan lupa makan ya."
Sambungan telpon berakhir, edward mengajak shaka untuk makan siang bersama.
Setelah selesai makan siang, edward membayar semua total nya dan pergi meninggalkan cafe itu menuju kehotel yang berada di seberang cafe.
Tak lama mereka sudah sampai di hotel itu dan memasuki lift menuju lantai 9.
"Edward, menerut lo kapan gua bakalan nikah?." Tanya shaka pada edward.
Edward memegang dagunya, seperti sedang berfikir keras.
"Mungkin nggak lama lagi, tunggu aja jodoh lo dateng deh."
Bersamaan dengan itu pintu lift sudah terbuka, edward di ikuti oleh shaka keluar dari lift menuju kamar mereka yang bersebelahan.
Edward segera masuk kedalam kamar untuk beristirahat sembari malam datang.
****
Mobil putih milik ayunda memasuki perkarangan rumah megah milik mereka, ia segera turun dari mobil dengan membawa barang belanjaan.
Ayunda berjalan masuk menaiki lantai dua untuk meletakan barang belanjaannya, tak lupa ia membawa dua kantong belanja sebelum turun kelantai satu.
Ayunda menuju dapur mencari keberadaan mbok latri yang ternyata berada dibelakang rumah seraya menyapu dedaunan yang gugur.
"Mbok latri." Panggil ayunda membuat mbok latri kaget.
"Ya ampunn nyonya, saya kira tadi siapa." Kekeh mbok latri menampakan giginya yang tersisa 10 batang.
"Sini duduk dulu mbok, saya ada hadiah buat mbok latri." Ujar ayunda tersenyum senang, mbok latri mendekat kearah majikannya.
"Hadiah, hadiah apa nyonya?" Tanya mbok latri.
Ayunda tersenyum, ia memberikan satu kantong belanjaan yang berisikan baju serta obat-obatan.
Mbok latri menerima kantong itu dengan tangan gemetar, ia tak menyangka akan dibelikan baju oleh ayunda.
"Terimakasih nyonya, semoga rezeki nyonya semakin melimpah."
"Aamin."
Mbok latri tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih kepada ayunda.
"Mbok, saya mau kedepan sebentar ya. Mau kasih ini sama pak asep juga." Ujar ayunda yang langsung berdiri berjalan ke depan, tepatnya ke pos jaga.
Setibanya ayunda di pos jaga, pak asep sedang duduk sembari meminum kopi yang masih mengepul asapnya.
"Pak asep."
Buru-buru pak asep meletakan kopinya kembali saat mendengar suara ayunda memanggilnya.
"Ada apa nyonya? Ada yang bisa saya bantu?" Tanya suami dari mbok latri itu.
Ayunda menggeleng, wanita itu menyodorkan kantong belanjaan yang berisikan pakaian serta makanan untuk pak asep.
"Apa ini, nyonya?" Tanya pak asep tak percaya.
"Hadiah buat pak asep, kalo begitu saya masuk dulu ya pak."
"Terimakasih nyonya." Ucap pak asep sebelum ayunda melangkah pergi.
Pak asep membuka kantong itu yang berisi baju, celana, serta cemilan.
Sementara itu, ayunda sudah berada didalam kamarnya dan rebahan diatas kasur besar dikamar itu.
Matanya menatap langit-langit kamar, tak terasa air matanya lolos begitu saja melewati pipi mulus itu.
Entah mengapa perkataan mama emma siang tadi terus saja terngiang-ngiang dikepalanya, tanpa disadari ayunda, ia mengepalkan kedua tangannya.