Aleya adalah seorang wanita muda yang hidup dalam dunia glamor dan penuh rahasia. Ia secara tak terduga terjerat dalam hubungan rumit dengan seorang presdir perusahaan ternama, yang menjadikannya gadis simpanan. Meski awalnya Aleya menganggap hubungan ini sebagai jalan pintas untuk memperbaiki hidupnya, lambat laun ia menyadari bahwa cinta dan kekuasaan membawa konsekuensi yang tak pernah ia bayangkan. Di tengah konflik batin, ambisi bisnis, serta tekanan sosial, Aleya berjuang menemukan jati dirinya dan menentukan pilihan antara hati dan harga diri. Akankah Aleya mundur dari kenyataan yang ia ketahui? Atau ia akan tetap melanjutkan hidupnya sebagai Gadis simpanan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Aprilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedekatan Arga dan Aleya
Siang itu, Aleya tengah terlihat kesusahan membawa barang belanjaan yang baru saja ia beli di supermarket terdekat. Karena tak sanggup, ia bahkan menyeret 1 tas belanjanya yang berada ditangan kanannya.
“Biar saya bantu,” ucap seorang Pria yang tiba-tiba muncul.
“A-h tidak usah Tuan. Terimakasih,” ucap Aleya menolak.
”Tidak menerima penolakan,” ucap Pria itu yang langsung merebut beberapa kantong belanja gadis itu.
“Terimakasih Tuan,” ucap Aleya kemudian tersenyum manis.
Mereka pun berjalan menuju toko Aleya yang sudah tak jauh lagi. Setelah sampai, Pria itu membantu Aleya untuk menaruh barang belanjaannya didalam.
”Terimakasih banyak Tuan Arga. Saya jadi merepotkan anda,” ucap Aleya.
”Iya,” balas Arga.
Aleya yang tak enak hati pun mempersilakan Arga untuk duduk dan menyuguhkan minuman serta camilan untuk Pria itu.
”Kenapa kau berdiri saja? Cepat duduk,” ucap Arga saat melihat Aleya tetap berdiri.
Aleya dengan gugup mulai menarik kursi dan duduk dihadapan Pria itu. “Apa Tuan sedang istirahat makan siang?” tanya Aleya membuka percakapan.
”Ya,” ucapnya.
Aleya pun mengangguk mengerti. “Jutek sekali,” batin Aleya.
“Kenapa? Apa kau sudah makan?” tanya Arga.
Aleya menggeleng. “Aku belum lapar,” lirih Aleya.
“Kuemu ini enak sekali. Kau sangat pandai membuatnya,” puji Arga.
“Benarkah Tuan? Kalau Tuan suka, aku akan mengantarkan Kue ini untuk sarapan mu,” girang Aleya.
“Boleh,” ucap Arga.
Aleya pun tersenyum manis. Kue yang ia beri pada Arga adalah menu baru yang belum dijual. Karena dipuji seperti itu, ia menjadi sangat percaya diri dan akan menjual kuenya dalam waktu dekat.
\~\~
Hari demi hari berlalu, setiap pagi, Aleya meluangkan waktunya untuk mampir ke Perusahaan Arga demi mengantarkan sarapan. Terkadang ia membawa Kue yang Arga inginkan, terkadang juga ia memasakkan Arga masakannya sendiri.
Ia melakukan itu hanya sebagai balas budi dan tanda terimakasih karena telah banyak membantunya. Setelah itu, ia langsung membuka toko dan menyicil adonan kue yang dipesan Arga untuk acara Perusahaannya.
”Tuan, kalau Nyonya tau, dia pasti akan marah,” ujar Dave memperingatkan Arga.
“Tidak peduli. Dia hanya tahu cara untuk menghabiskan uang saja,” ketus Arga.
Arga pun terdiam. Pikirannya kemana-mana, ia merasa bahwa Tuannya mulai menyukai Gadis penjual kue yang baru ia temui minggu lalu.
“Aku akan makan siang di toko Aleya. Kau tidak usah mengikutiku,” ujar Arga.
“Baik, Tuan,” ucap Dave.
Makan siang pun tiba. Tanpa basa-basi, Arga langsung pergi ke seberang Perusahaannya. Ia kemudian mulai memasuki toko kue kecil itu yang sedang dipadati pengunjung.
“Kau sudah datang,” ucap Aleya dengan senyuman manisnya.
“Aku sudah membuatkanmu kue special. Ini belum pernah dijual, kau harus mencobanya!” ujar Aleya dengan sangat antusias.
Arga hanya mengangguk. Aleya kemudian masuk kedalam dapur dan mengambil beberapa cupcake untuk Arga. Tak lupa, ia juga membuatkan Arga segelas coklat panas untuk menjadi pendamping Cupcake tersebut.
“Tadaaaa.”
“Kapan kau membuatnya?”
“Tadi. Ini special untukmu Tuan,” ucap Aleya sembari menyuguhkan kue dan minuman itu dihadapan Arga.
“Sudah kubilang jangan panggil aku Tuan kan?”
“Emm maaf. Silahkan dicoba. Semoga kau suka,” ujar Aleya.
Arga pun mulai memakan cupcake tersebut. Dan betapa terkejutnya ia bahwa cupcake yang ia makan sangatlah lezat. Ia tak pernah menemukan cupcake seenak ini selama hidupnya.
“Enak sekali,” ucap Arga.
“Benarkah? Wah terimakasih!” ujar Aleya.
Sementara itu dibelakang, Clara dan Lavina tengah memperhatikan interaksi Aleya dan Arga. Mereka hanya tersenyum senang saat melihat Nona nya itu dapat berteman baik dengan orang lain. Pasalnya, Aleya yang mereka kenal sangatlah kaku dan pendiam jika bertemu orang baru.
“Bagaimana pekerjaan kalian? Apakah melelahkan?” tanya Arga.
Aleya menggeleng. “Aku sangat suka membuat kue. Jadi aku tidak merasa lelah sama sekali!” ujar Aleya.
“Pesananku apa sudah dibuat?”
“Sedang dicicil agar tidak terburu-buru nanti,” ucap Aleya.
“Baguslah. Kau harus semangat,” ucap Arga.
Aleya tersenyum manis. Matanya menyipit setiap ia menyunggingkan senyumannya. Setelah beberapa saat, Arga pun berpamitan karena harus kembali bekerja.
Aleya pun mengantar Arga hingga depan toko dan kembali masuk untuk mengerjakan pekerjaannya. Gadis itu mengadon kue sampai lupa waktu. Tepat pukul 10, Clara dan Lavina pamit untuk pulang setelah membereskan toko. Sementara Aleya, gadis itu masih sibuk untuk mengadon kue pesanan Arga.
“Aku harus cepat. Lusa, kue ini sudah harus diantar,” gumam Aleya.
Ia pun menyibukkan dirinya didapur. Ia terus memixer adonan agar besok Clara dan Lavina tinggal mencetak dan meng oven kue mereka. Hari semakin larut, sekitar pukul setengah satu malam, Aleya belum juga selesai dari pekerjaannya.
Tok tok\~
Tiba-tiba pintu diketuk. Jantung Aleya saat ini benar-benar berdegup kencang. Ia kemudian melirik jam yang sudah menunjukkan pukul setengah satu malam.
“Aleya?”
Suara itu. “Iya. Aku didalam!” sahut Aleya.
Ia pun bernafas lega saat mendengar suara yang familiar ditelinganya.
“Kau belum pulang?”
Aleya menggeleng. “Untuk apa kau kemari?” tanya Aleya pada Arga yang sedang berjalan kearahnya.
“Aku melihat lampu tokomu masih menyala jadi aku mampir.”
“Oh begitu.”
“Aleya, ini sudah tengah malam. Kenapa kau tidak pulang?”
“Ah, aku harus menyelesaikan ini. Aku takut tidak keburu,” ucap Aleya.
Arga pun mulai mendekat. “Biar aku bantu,” ucap Arga.
“E-eh jangan! Masa Customer membuat pesanannya sendiri!” cegah Aleya.
“Tidak papa. Biarkan aku membantumu,” ucap Arga.
Aleya pun pasrah. Ia membiarkan Arga membantunya. Mereka pun membuat kue bersama sembari bercanda sesekali.
“Arga pelan kau mengenai wajahku,” ucap Aleya saat Arga sedang mengadon tepung dengan kasar hingga membuat tepung itu berhamburan hingga mengenai wajah mereka.
Arga pun tertawa lepas. “Wajahmu sangat lucu!” ejek Arga saat melihat wajah Aleya yang penuh tepung.
“Kau menyebalkann!” kesal Aleya kemudian membalas Arga dengan melempar tepung kearahnya.
Keduanya pun terkejut saat melihat tepung yang menempel hampir diseluruh tubuh Arga.
“Habislah aku,” batin Aleya