April terpaksa bekerja lagi setelah melahirkan dan kehilangan anaknya. Eric mengusir dan menceraikannya.
April menjadi menerima tawaran menjadi baby sister di sebuah rumah mewah milik CEO bernama Dave Rizqy. Dave sendiri baru saja kehilangan istrinya karena kehilangan banyak darah setelah melahirkan.
April mendapati bayi milik Dave sangat mirip dengan bayinya yang telah tiada. April seketika jatuh cinta dengan bayi tersebut dan menganggap sebagai obat dari lukanya.
Saat bayi milik Dave menangis,
April tidak tega lalu ia menyusui bayi itu.
Siapa sangka dari kejadian itu, mengubah hidup April menjadi ibu susu anak CEO.
Lalu bagaimana dengan perasaan Dave sendiri apakah ia akan menikahi April yang merupakan bekas dari orang lain ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah yuni rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Laurent mulai panik jika saja Dave membawa bayi itu periksa.
"Tidak perlu, aku akan membawanya ke luar rumah untuk berjemur. Cahaya matahari pagi sangat bagus bukan untuk tumbuh dan kembangnya. Kamu tidak perlu khawatir. Bukankah kamu akan pergi ke kantor ? Segera bersiaplah ! Aku akan mengurus David." Laurent hendak pergi membawa David namun langkahnya terhenti.
"Laurent," panggil Dave membuatnya ketakutan setengah mati. Dave mengitarinya agar bisa menatapnya leluasa.
Laurent gemetar dan berusaha menyembunyikan wajah paniknya begitu tatapan mereka bertemu.
"I-ya, Dave." jawab Laurent gugup.
"Entah ucapan apa yang bisa aku berikan padamu selain kata terima kasih. Terima kasih, Laurent. Kamu begitu peduli pada bayiku. Sehingga kamu mengorbankan waktu dan kesempatan mu hanya untuk mengurus David."
Laurent lega mendengarnya, ia kira Dave akan membahas masalah yang tadi.
"Kamu bicara apa Kak Dave ? David adalah keponakan ku, tentu saja aku sangat menyayanginya seperti anakku sendiri meski aku belum menikah dan punya anak. Untuk masalah waktu dan karir itu tidak seberapa pentingnya dibanding dengan kebahagiaan keponakan kecilku. Jadi, Kak Dave tidak perlu sungkan padaku karena kita adalah keluarga." Laurent mencium gemas pipi gembul bayi itu.
Dave menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan, ia menjadi lega sekarang. Apa yang dikatakan Laurent ada benarnya juga. Dave khawatir jika terlalu lama mengurus David, waktu Laurent akan terbuang percuma. Nyatanya Laurent begitu tulus untuk mengurus bahkan memberikan kasih sayangnya pada David.
"Jika ada masalah mengenai kebutuhan David kamu bisa lapor padaku."
"Apa maksud Kakak ? Aku sama sekali tidak kerepotan."
Lalu Dave mengambil dompet dan memberikan kartu hitamnya pada Laurent. "Ini ada 1 milyar. Peganglah jika sewaktu - waktu dibutuhkan !" Lalu menyerahkan padanya.
Laurent sampai ternganga tak percaya, suami dari almarhum kakaknya ini sangat kaya raya. Ia bisa menguasai diri berpura - pura menolak padahal sangat menginginkan. "Tidak perlu, Kak." mencoba untuk menolak tapi Dave terus memaksanya untuk menerima.
"Baiklah, aku akan menyimpan kartu ini jika suatu waktu dibutuhkan aku akan mengambilnya. Ehm, maksudku untuk kebutuhan David tentunya." Hampir saja Laurent keceplosan bicara.
"Kamu bisa menggunakan uang itu untuk kebutuhan kamu juga." ucap Dave yang sungguh membuat Laurent kegirangan dalam diam.
Laurent berusaha mengontrol dirinya, "Kak Dave terlalu baik padaku. Terima kasih. Aku akan keluar sekarang." segera pergi sebelum kebahagiaannya terlihat.
"Ya, pergilah." Dave bersiap menuju meja makan. Sebelum ke kantor ia akan sarapan roti panggang. Semenjak Lara meninggal, nafsu makan Dave berkurang. Hanya makan nasi sehari sekali saja, entah itu di waktu siang atau malam. Wajahnya juga tak karuan terurus lagi, sedikit brewok dan gondrong. Ia tak mempedulikan penampilan, namun tetap paras tampan dan karismanya membuat wanita lain tergoda padanya termasuk adik iparnya sendiri.
.
April tertidur sampai sore tiba dan tidak ada yang membangunkan dirinya. Lalu ia bangun dan mendapati suami dan ibu mertuanya tak ada di rumah. "Kemana mereka semua ?" April lalu memutuskan untuk mandi.
Usai berganti baju ia merasa perutnya sangat lapar dan ingin makan sesuatu meski selera makannya sudah hilang semenjak mengetahui bayinya meninggal tanpa wajar.
April menuju dapur. Dilihatnya piring kotor menumpuk di tempat pencucian piring. Lantai juga kotor. Sebelum makan, April membersihkan dapur dulu. Tak hanya itu, pekerjaannya merambat ke ruang tamu dan teras.
Tidak ada setengah jam bersin - bersih rumah pun selesai. April punya kesempatan untuk mengisi perutnya yang kosong.
Ketika membuka tutup makanan, April melongo tak percaya mendapati apa yang ia lihat tinggallah piring kosong. Makanan yang ia masak siang tadi ludes tak satu pun tersisa untuknya.
April mencari bahan makanan lain di lemari. Ia hanya menemukan sebungkus mie rebus dan sebutir telur di dalam kulkas. Ia pun memasak mie rebus dan telur ceplok. Setelah masakannya matang, ia perlahan memakannya.
Hingga malam tiba, Rieka terlihat pulang ke rumah tanpa Eric.
"Ibu dari mana dan mana Eric ?" tanya April dengan sopan.
"Aku dari mana itu bukan urusanmu. Eric sedang bersenang - senang." setelah menjawab Rieka langsung masuk ke kamarnya.
Rieka baru pulang dari arisan bersama teman - temannya. Ia terpikat dengan arisan yang diadakan oleh temannya yang menawarkan untung besar setiap bulannya.
April memikirkan ucapan ibu mertuanya. Di tengah duka masih sempat suaminya bersenang - senang di luar sana. Apalagi kalau bukan judi dan mabuk. Pekerjaan Eric yang dulunya pernah terhenti kini terulang kembali.
Sekian menit kemudian, terdengar galak tawa sepasang manusia masuk ke dalam rumah.
"Itu suara Eric," Niat untuk menyambut kepulangan suaminya berubah menjadi kecewa. April mendapati Eric pulang dengan teman wanitanya. Wanita dengan pakaian kemben dan rok mini itu merangkul pinggang Eric.
"Eric, siapa wanita ini dan mengapa kamu membawanya pulang ?" Rasa sakit hati dan kecewa menumpuk menjadi satu. April hendak mengambil alih tubuh suaminya dari wanita itu.
Eric terlihat mabuk, "Hai, pembunuh ! Ngapain kamu menghalangi jalanku ?" ia menepis tangan istrinya.
"Plak !"
"Jaga jarakmu agar aku tidak ketiban sial !" ucap Eric kasar.
Pacar Eric meledek April, "Kamu istrinya ? Kumal dan dekil. Pantas saja Eric berpaling darimu, lihat penampilanmu?"
"Bahkan Eric lebih memilihku. Cantik dan menggoda kan !" Janeta mengeluarkan segepok uang dan memamerkan padanya. "Eric juga memberiku banyak uang, ha ha ha."
April merasa perih mendapati ini semua. Tanah kuburan anaknya masih merah, ia baru saja kehilangan bayinya dan bagaimana bisa secepat itu Eric berpaling.
"Eric, sadar apa yang telah kamu lakukan ! Kita baru saja kehilangan anak dan kamu merayu wanita lain ?"
Karena mabuk, Eric jadi meracau omongannya. April menarik paksa tubuh suaminya hingga jatuh tersungkur ke lantai.
"Eric !" Pekik Janeta dan berusaha untuk menolong pacarnya, ia buru - buru memasukkan kembali uang nya.
April yang merasa risih dengan wanita ini segera berlari ke dapur dan kembali dengan pisau dapur. Mencoba menakuti wanita itu.
"Pergi segera dari sini atau aku robek wajahmu dengan pisau ku !" ancam April menunjukkan senjata.
Janeta membola kedua matanya ketakutan. Ia segera mengambil langkah seribu.
Geram juga dengan kelakuan suaminya, April sengaja tak membangunkan suaminya yang sepertinya sudah terlelap di lantai.
"Jahat kamu, Eric !" April menutup pintu rumah dan kembali ke kamarnya tak lupa juga mengembalikan pisau dapur ke tempatnya semula.
Selang beberapa menit kemudian Rieka terbangun dan mengetahui Eric tidur di lantai.
"Eric, bangun!" Rieka mencoba membangun kan anaknya. Ia meneriaki nama menantunya agar membantunya membawa Eric pindah dari sana.
April yang belum tidur enggan rasanya untuk bangun. "Rasakan itu !" umpatnya sedikit tertawa jahat.