Ditipu tidak membuat kadar cintanya berkurang malah semakin bertambah, apalagi setelah tau kejadian yang sebenarnya semakin menggunung rasa cintanya untuk Nathan, satu-satunya lelaki yang pernah memilikinya secara utuh.
Berharap cintanya terbalas? mengangankan saja Joana Sharoon tidak pernah, walaupun telah hadir buah cinta.. yang merupakan kelemahan mereka berdua.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Base Fams, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
◉ 4
Joana menghempaskan bobot tubuhnya di sofa. Ia menghembuskan napas dengan kasar. Moodnya rusak karena mendapatkan perlakuan buruk dari seorang pria yang tak dikenalnya. Bukan hanya perlakuan buruk, ia bahkan harus menanggung malu atas kecerobohannya. Niat hati meluapkan emosi, justru berbuah mempermalukan dirinya sendiri. Ia terjatuh tepat di atas pangkuan pria itu. Huft... Kesan pertama yang sungguh menyebalkan.
Bunyi ponsel berdering, ternyata Adik kesayangan yang menghubunginya. "Oh Mommy ku tersayang," Sapa Joana. Ternyata yang menghubungi adalah Ibunya menggunakan ponsel Nichole. "Akhirnya aku bisa melihat wajah cantikmu, aku sangat merindukanmu, Mom. Merindukan pelukanmu, dan merindukan masakanmu, Mom. Katakan, menu apa yang Mommy masak malam ini?"
"Ayam tepung, dan sup." Jawab Isabella menerbitkan senyuman.
"Pasti rasanya sangat lezat." Ya, seperti itulah sejatinya. Bagi seorang anak, masakan Ibu adalah masakan terlezat yang ada di muka bumi. Karena seorang Ibu, memasaknya dengan cinta dan sepenuh hati. Kelak ketika ia sudah menikah, ia akan melakukan apa yang Ibunya lakukan.
"Ya, kau benar Joana. Masakan Mommy sangat lezat, " timpal Nichole duduk di samping Ibunya.
Wajah cantik Nichole muncul di layar ponsel sambil memakan ayam tepung bagian paha bawah. Paha bagian bawah adalah favorit Joana. "Hei, gadis nakal apa kau sengaja memamerkannya?"
"Tidak, kebetulan aku sedang menikmatinya. Ini sangat lezat, Joana." Nichole justru sengaja menggoda Kakaknya.
"Kau sangat menyebalkan, Nichole. Itu ayam pentung milikku." Nichole terkikik geli karena telah berhasil menggoda Joana. "Aku tidak habis pikir, kenapa Alan bisa menyukaimu. Apa kau memakai guna-guna?" Lanjut Joana
Nichole meledakkan tawanya, ia tidak tersinggung dengan ucapan Joana. Mereka memang seperti ini, terkadang akur, terkadang bertengkar, tapi keduanya saling menyayangi dan saling melengkapi satu sama lain.
"Ya, aku memakai guna-guna. Apa kau ingin belajar dariku, agar kau segera mendapatkan pasangan?"
"Tanpa menggunakan guna-guna, para pria akan jatuh cinta karena pesonaku." Joana berkata sombong seraya menyibakkan rambutnya seperti bintang iklan shampo.
Nichole memutar bola matanya dengan jengah, "kau sangat narsis, Joana. Akulah yang paling mempesona darimu."
Isabella tertawa mendengar percakapan kedua putrinya, "hentikan perdebatan kalian dan kau Nichole, cuci tanganmu." Nichole beranjak, mematuhi perintah ibunya. "Apa kau sudah makan, sayang?"
"Belum Mom. Tapi aku sudah membeli makanan, salad ikan tuna. Sungguh aku menyesal membelinya. Harganya sangat mahal, satu porsi 5 CHF." Jika dirupiahkan sekitar seratus ribu lebih.
"Apa kau tidak memeriksa lagi harganya?" Nichole kembali nimbrung setelah ia mencuci tangan. Ia kembali duduk ke tempatnya tadi.
"Di banner, terdapat promo. Maka dari itu aku membelinya. Saat melakukan pembayaran, aku baru mengetahui jika diskon sudah berakhir di jam 7.30, aku telat 15 menit, ck."
Nichole tidak bisa membendung tawanya. Gadis itu pun terbahak, sedangkan Isabella hanya tersenyum.
"Demi menghemat, aku tidak akan menghabiskannya. Aku akan menyisakan untuk besok."
"Semoga kau tidak khilaf, Joana." Timpal Nichole.
"Itu tidak akan terjadi, Nichole." Joana menghembuskan napasnya lagi, dan terbayang wajah pria itu. "Pasti kesialanku dari pria itu."
"Pria itu siapa?" Tanya Nichole.
"Bukan siapa-siapa." Ya membicarakan pria itu akan membuatnya kembali kesal. Lebih baik, Ia tidak menceritakannya, agar ia bisa melupakan kejadian memalukan yang dialaminya tadi. Lagipula, jika ia menceritakannya kepada Nichole, sudah pasti ia akan menjadi bahan olokan.
"Lebih baik kau makan sekarang, sayang. Mommy akan menemanimu."
"Mommy yang terbaik, I love you."
.
.
.
Dengan diantar Kenz, Joana sudah sampai di sebuah perusahaan. Ia berdiri di depan gedung pencakar langit. NK Group, kantor pusat yang berada di Bern.
Sebelum berangkat, butuh waktu yang lama untuk Joana bersiap. Ia memilih pakaian yang sekiranya pantas untuk dikenakannya. Pada akhirnya, pilihannya jatuh pada atasan model turtle neck putih yang dipadukan celana panjang berwarna hitam. Rambut panjangnya ia ikat, membuat Joana terlihat modis dengan penampilannya.
Joana di serang rasa gugup. Ia menarik napas, menghirup udara sebanyak-banyaknya, berharap ia bisa menetralisir degup jantungnya.
"Kau harus masuk sekarang, Joana. Yang perlu kau lakukan hanya tenang, jangan gugup dan tetap tersenyum. Semangat!" Joana menyemangati dirinya, seraya menghembuskan napas dengan tangan mengepal.
Dengan jantung yang masih berpacu dengan cepat, Joana mengayunkan kaki jenjangnya dengan perlahan, memasuki gedung. Joana berjalan menghampiri meja resepsionis.
"Selamat pagi Nona, ada yang bisa saya bantu?" Kedatangannya disambut baik oleh seorang wanita cantik yang berada di belakang meja. Namanya Laura.
"Saya Joana Sharoon, karyawan pindahan dari kantor cabang, Nona. Saya ingin bertemu dengan Tuan Nathan."
"Oh Nona Joana. Ruangan Tuan ada di lantai 15, Nona. Anda bisa menggunakan lift yang berada disana." Tunjuk wanita itu ke arah kanan.
Joana mengerutkan keningnya. Lift yang di tunjukkan wanita itu terlihat sepi, berbanding terbalik dengan lift yang berada di sebelah kiri. Joana mengangguk, dan melangkah pergi menuju lift.
"Nona Joana." Gabriel menutup pintu ruangannya. Bersamaan Joana yang baru keluar dari lift.
"Selamat pagi, Tuan Gabriel." Joana mengulur tangannya yang langsung disambut baik oleh Gabriel. Dihari terakhir Joana berkerja di kantor cabang, keduanya sempat bertemu langsung dan berbincang. Maka dari itu, keduanya sudah saling mengenal satu sama lain.
"Pagi juga, Nona."
"Apa Tuan sudah datang?"
"Sudah, Nona." Jawab Gabriel. Pria paruh baya itu mengajak Joana ke ruangan Nathan, lalu menarik knop pintu. "Silahkan masuk, Nona. Tuan sudah menunggu anda." Gabriel mempersilahkan Joana masuk.
Di dalam ruangan, Nathan duduk di kursinya dengan berlembar-lembar berkas yang berserakan di atas meja, dan laptopnya menyala. Pria itu nampak serius mencocokkan laporan karyawan dengan laporan yang berada di laptopnya.
Gabriel menutup pintu ketika mereka berada di dalam, Ia pun menghampiri atasannya. "Tuan, Nona Joana sudah datang."
"Hmm, persilahkan dia untuk duduk." Perintah Nathan tanpa menoleh, fokusnya masih pada layar laptop, dan sibuk dengan angka-angka yang tidak sedikit.
Joana mengerutkan keningnya. Ia merasa, suara itu tidak asing di telinganya.
"Tuan meminta anda untuk duduk, Nona. Apa anda ingin minum? " Tawar Gabriel.
Joana pun duduk di sofa panjang yang terletak di tengah ruangan, "tidak Tuan. Terimakasih atas tawarannya."
Gabriel mengangguk. Pria paruh baya itu keluar dari ruangan untuk melanjutkan pekerjaannya, meninggalkan Joana.
Joana melepaskan tas di sampingnya. Ia merotasi pandangan, melihat keseluruhan ruangan yang di dominasi warna putih. Terdapat rak berisi banyak buku, Joana dapat menyimpulkan jika atasannya gemar membaca. Tidak ada foto, hanya ada lukisan kuda, dan sertifikat penghargaan yang menempel di dinding.
Nathan meninggalkan pekerjaannya. Sebelum beranjak, Nathan sempat melirik ke arah Joana dari balik laptopnya, "gadis yang kemarin." Bisiknya, kemudian seringai muncul menghiasi wajahnya yang rupawan.
Nathan mengambil berkas berisi kontrak kerja, pria itu melenggang menuju sofa.
"Nona Joana Sharoon."
Deg
Mendengar namanya di panggil, Joana memutar wajahnya. "Kau!" pekik Joana dengan matanya membulat sempurna, nyaris keluar. Hee kejutan macam apa ini.
"Hai... Kita bertemu lagi, Nona."
ehh
joana yaa ... bukan aku /Facepalm/