Anand dan Shan, dua sepupu yang tumbuh bersama, tak pernah membayangkan bahwa hidup mereka akan berubah begitu drastis.
Anand dikhianati oleh kekasihnya—wanita yang selama ini ia cintai ternyata memilih menikah dengan ayahnya sendiri. Luka yang mendalam membuatnya menutup hati dan kehilangan arah.
Di sisi lain, Shan harus menelan kenyataan pahit saat mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Pengkhianatan itu membuatnya kehilangan kepercayaan pada cinta.
Dalam kehancuran yang sama, Anand memutuskan untuk menikahi Shan.
Lantas apakah yang akan terjadi jika pernikahan tanpa cinta dilakukan? Akankah luka dapat disembuhkan dengan mereka menikah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izzmi yuwandira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 4
Hari-hari menjelang makan malam keluarga Anand semakin terasa menegangkan. Shan tetap pada keputusannya untuk hadir, meskipun Hasan masih diliputi rasa ragu.
Akhir pekan pun tiba, dan rumah keluarga Ashby dipenuhi suasana sibuk sejak sore hari. Para pelayan berlalu-lalang, memastikan setiap detail siap untuk menyambut makan malam istimewa ini. Ranika, meskipun tidak setuju dengan kehadiran Mitha dan keluarganya, tetap berusaha menjaga agar acara berjalan dengan baik. Bagaimanapun, ini adalah momen penting bagi putranya, Anand.
Di ruang tengah, Anand sibuk memperbaiki dasinya ketika Virzha masuk.
"Kau terlihat tegang," ucap Virzha sambil memberikan senyuman.
Anand mendengus, "Aku hanya ingin semuanya berjalan lancar ayah"
Virzha menepuk bahu putranya dengan lembut. "Jangan khawatir nak, Malam ini bukan hanya tentang lamaranmu, tapi juga tentang keluarga. Aku ingin semuanya tetap harmonis. "
Anand mencoba tersenyum, meskipun di dalam hatinya ia menyadari bahwa menyikapi situasi ini tidak akan semudah itu.
***
Di tempat lain, sebuah mobil melaju menuju rumah keluarga Ashby. Di dalam mobil, Shan duduk di samping Raka, yang tampak lebih tenang dari biasanya.
"Kau yakin ingin melakukan ini? " tanya Raka sambil melirik Shan sejenak.
Shan menyandarkan kepalanya ke jendela. "Tentu saja. Aku tidak akan mundur hanya karena seseorang tidak menginginkanku di sana. "
Raka menghela napas, tetapi tidak melanjutkan percakapan. Ia paham bahwa Shan terlalu keras kepala untuk mengubah pikirannya.
Sesampainya di rumah keluarga Ashby, Shan, Raka, Mitha, dan Hasan disambut oleh salah satu pelayan yang segera mengantarkan mereka ke ruang tamu. Semua mata tertuju kepada mereka saat masuk, terutama Ranika dan Mona yang duduk di sudut dengan ekspresi tidak ramah.
"Mama lihat? Mereka benar-benar datang," ujar Ranika dengan nada penuh kebencian.
Mona mendecakkan lidahnya. "Sudah kuduga. Mereka memang nggak tahu malu. Sekali diberi kesempatan, mereka akan merasa setara dengan kita. "
Ranika menarik napas dalam-dalam, berusaha mengendalikan emosinya. "Aku harus memastikan mereka tahu posisi mereka. Aku nggak akan membiarkan mereka merasa diterima di rumah ini. "
Mona memberikan senyum sinis. "Iya nak, itu sudah seharusnya. Jangan biarkan mereka mengganggu rencana keluarga kita"
Mereka pun menghampiri Keluarga Shan yang baru saja tiba.
Ranika tersenyum tipis, meski terasa dingin. "Kalian datang juga, kirain nggak bakal dateng"
Shan membalas dengan senyum. "Ayah Anand yang mengundang kami. Kalau ditolak kan kesannya nggak sopan ya tante? Kan tante pernah bilang aku harus belajar sopan santun, jadi yaa kalau diundang ya harus datang kan?"
Anand, yang berdiri di samping ayahnya, hanya bisa menahan tawa kecil melihat betapa Shan selalu bisa menghadapi ibunya tanpa rasa takut.
Makan malam dimulai. Suasana awalnya cukup canggung, tetapi Virzha berusaha mencairkannya dengan membahas rencana pernikahan Anand dan Mikha. Semua orang tampak berpartisipasi dalam percakapan, kecuali Ranika dan Mona yang lebih sering diam.
Di tengah makan malam, Mona akhirnya bersuara dengan nada penuh sindiran. "Mitha, kau pasti bangga ya... melihat anakmu begitu percaya diri hadir di acara ini"
Mitha tersenyum sopan. "Ah iya bu Mona. Kami diundang, jadi kami hadir. "
Mona menatap Shan dengan sinis. "Dan kau, Shan. Semoga kau bisa menjaga sikap malam ini. Jangan seperti saat di telepon. "
Shan meletakkan garpunya dengan pelan dan menatap Mona tajam. "Oh ya?Kok Aku nggak ingat pernah melakukan sesuatu yang nggak sopan."
Mona mendecakkan lidah. "Memang anak jaman sekarang memang sering lupa sopan santun."
Anand, yang sedari tadi diam, akhirnya membuka suara. "Sudah cukup, Nek. Kita di sini untuk makan malam, bukan untuk menghakimi siapa pun."
Shan menatap Anand sekilas, sedikit terkejut dengan pembelaannya.
Namun, Mona masih belum selesai. "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya. Seharusnya kau belajar lebih banyak tentang adab, Shan. Jangan sampai membuat malu keluargamu."
shan ingin membalas perkataan Mona namun Mitha menyenggol lengannya.
Shan tersenyum sinis. "Oh iya nek, Terima kasih atas nasihatnya, Nek. Aku akan mengingatnya."
Sementara itu, di sisi lain meja, Mikha yang duduk di samping Anand menggenggam tangan tunangannya di bawah meja, seolah memberi dukungan diam-diam.
Anand menghela napas panjang. Ia tahu ini baru permulaan dari konflik panjang yang tidak bisa dihindari.
Makan malam masih berlangsung dengan suasana yang cukup hangat. Virzha meletakkan gelasnya dan menatap Anand dengan penuh kebanggaan.
"Jadi, Anand, kau sudah menentukan kapan akan melamar Mikha secara resmi?" tanyanya dengan nada antusias.
Anand mengangguk, menggenggam tangan Mikha yang duduk di sampingnya. "Akhir pekan ini Aku sudah membawa Mikha ke sini untuk pertemuan keluarga. Setelah itu, aku akan berbicara dengan Nenek Mikha tentang rencana pernikahan kami."
Ranika tersenyum senang. "Itu keputusan yang bagus. Aku benar-benar bahagia untuk kalian."
Mona yang sejak tadi diam, tiba-tiba mengangkat alisnya, terlihat sedikit bingung. "Tunggu sebentar," katanya, menatap Virzha dan Ranika bergantian. "Kalian berbicara tentang lamaran dan pernikahan, tapi kenapa sejak tadi nggak ada yang menyinggung tentang keluarga Mikha?"
Semua orang di meja mendadak terdiam. Mikha menggigit bibirnya, sementara Anand langsung menegang.
Mona mengernyit. "Kau bilang ingin berbicara dengan Neneknya… Memangnya dimana orang tua mu Mikha?"
Mikha membuka mulut, tetapi Anand lebih dulu menjawab. "Nenek, Mikha nggak punya orang tua."
"Tidak punya orang tua? Maksudnya orang tuamu sudah meninggal?"
Mikha menunduk tidak tau mau menjawab apa.
"Sudahlah Ma, kita bahas yang lain aja" ucap Ranika.
"Jawab pertanyaan ku dulu, siapa orang tuamu? dimana mereka? Kau kan akan segera menikah, beritahu mereka. Lagipula kalian pacaran sudah 5 tahun, nggak mungkin merahasiakannya dari orang tuamu"
"Saya nggak punya orang tua nek" jawab Mikha.
"Orang tuanya sudah meninggal" Lanjut Anand.
"Nggak... saya tinggal di panti asuhan sejak kecil, saya nggak punya orang tua"
Mona terkejut. "Apa?"
Virzha menghela napas. "Kami sudah tahu soal ini, Mama."
Mona semakin tidak percaya. "Dan kalian tidak mempermasalahkannya?"
Ranika mencoba menenangkan ibunya. "Mama, aku rasa itu nggak penting. Mikha adalah gadis yang baik, dan kami menerima kehadirannya."
"Apa? nggak penting? enak banget mulut mu bicara begitu" suara Mona meninggi. Ia menatap Mikha seolah baru menyadari keberadaannya. "Bagaimana bisa kalian menerima calon menantu yang nggak jelas asal usulnya? Kalian bahkan nggak tahu siapa keluarganya!"
Mikha menundukkan kepala, tangannya mengepal di atas pangkuannya.
Anand segera meraih tangan Mikha dan menatap neneknya dengan tajam. "Nenek, aku nggak peduli dengan latar belakang Mikha. Aku mencintainya, dan itu yang terpenting."
Mona mendengus. "Nggak peduli kau bilang? Kau ini seorang dokter, anak dari orang terpandang di kota ini, semua orang kenal ayahmu! Pernikahan bukan hanya soal cinta, tapi juga tentang keluarga, tentang kehormatan! apa kau nggak mikirin reputasi keluarga ini?
Virzha yang sejak tadi diam akhirnya bersuara. "Mama, kami sudah membahas ini sebelumnya. Aku dan Ranika sudah menerima Mikha dengan sepenuh hati."
"Tapi aku nggak, aku nggak setuju!" potong Mona tegas. "Kalian nggak bisa membiarkan ini terjadi! Bagaimana kalau dia menyembunyikan sesuatu? Bagaimana jika ada hal buruk di masa lalunya?"
Mikha menggigit bibirnya, mencoba menahan emosinya.
Anand menarik napas dalam, suaranya dingin saat berbicara, "Mikha adalah perempuan yang baik nek dan Aku mengenalnya lebih baik daripada siapa pun di sini. Jika Nenek nggak bisa menerima pilihanku, itu urusan Nenek. Tapi aku nggak akan mengubah keputusanku hanya karena prasangka yang nggak mendasar"
Mona menatap cucunya dengan marah, tetapi Anand tetap teguh.
Ranika mencoba meredakan suasana. "Mama, kita bisa membicarakan ini nanti. Jangan membuat Mikha merasa nggak nyaman."
Namun, Mona sudah terlanjur kecewa. "Kalian boleh menerima perempuan ini, tapi aku nggak akan pernah merestui pernikahan ini."
Suasana menjadi canggung. Mikha mencoba tersenyum, meski matanya berkaca-kaca.
Makan malam yang seharusnya menjadi momen bahagia, kini berubah menjadi pertentangan yang belum menemukan titik akhir.
***
Virzha sebenarnya mencintai istrinya cuman krn dibawah pengaruh ibu nya Ranika jadi kayak gitu, Anand juga cintanya terlalu besar buat Mikha dan effort nya dia gak main main, sedangkan Mikha? neneknya meninggal gara-gara si Mona dan Ranika, dia nggak cinta tapi demi neneknya dia cuman pengen balas dendam🥺🥺
eps 1 udh menguras tenaga sekale