Raisya adalah seorang istri yang tidak pernah diberi nafkah lahir maupun batin oleh sang suami. Firman Ramadhan, adalah seorang arsitektur yang menikahi Raisya setelah empat tahun pertunangan mereka. Mereka dijodohkan oleh Nenek Raisya dan Ibu Firman. Selama masa perjodohan tak ada penolakan dari keduanya. Akan tetapi Fir sebutan dari seorang Firman, dia hanya menyembunyikan perasaannya demi sang Ibu. Sehingga akhirnya mereka menikah tanpa rasa cinta. Dalam pernikahannya, tidak ada kasih sayang yang Raisya dapat. Bahkan nafkah pun tidak pernah dia terima dari suaminya. Raisya sejatinya wanita yang kuat dengan komitmennya. Sejak ijab qobul itu dilaksanakan, tentu Raisya mulai belajar menerima dan mencintai Firman. Firman yang memiliki perasaan kepada wanita lain, hanya bisa menyia-nyiakan istrinya. Dan pernikahan mereka hanya seumur jagung, Raisya menjadi janda yang tidak tersentuh. Akankah Raisya menemukan kebahagiaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 4
"Alhamdulillah ujian hari ini selesai juga, semoga nilai kita bagus ya Put?"
"Iya Rai amin".
Jam sudah menunjukkan angka 17.30.
"Sudah azan magrib Put. Shalat dulu yuk di musholla kampus, baru setelah shalat kita pulang." Aku mengajak Putri untuk shalat, aku tahu meskipun Putri tidak rajin beribadah tapi sebagai seorang teman kita harus saling mengingatkan. Kalau pun Putri menolah aku tidak akan memaksanya. Yang penting kita sudah mengingatkan.
"Baik bu ustadzah mari kita shalat,"canda Putri kepadaku. Aku hanya tersenyum menanggapinya. Lebih baik tidak menjawab lagi, karna urusannya tidak akan kelar. Bisa-bisa waktu magrib terlewat.
Selesai shalat kami pun pulang ke rumah masing-masing. Sampai di rumah aku tak melihat ada tanda-tanda kedatangan tamu.
"Assalamu'alaikum." Dengan lelah aku
berjalan memasuki rumah.
"Wa'alaikum salam mbk" Ternyata yang menjawab salam adikku.
"Ummi sama abi kemana dik?" aku celingukan mencari keberadaan mereka.
"Ada di kamar baru selesai shalat tadi."Sofi menjawab sambil menekan remot TV.
"Dik tadi ada tamu nggak?" Sofi mengecilkan volume TV.
"Ada, mertuamu mbak hehe." Sofi menjawab sambil nyengir.
"Ya udah mbak mau masuk dulu, capek dik".
Sejenak ku rebahkan tubuh di kasur, rasanya lelah sekali hari ini. Tiba-tiba saja aku ingat Kak Firman. Aku cek HP-ku, tidak ada notif dari nomornya. Apa iya dia ganti nomor, tapi kata sepupunya itu benar nomornya. Azan isya berkumandang, aku pun bergegas ambil wudhu' dan melaksanakan shalat Isya. Setelah shalat Ummy dan Abi memanggilku ke kamarnya.
"Sini nak duduk!" Ummi menyuruhku duduk di tengah-tengah mereka.
"Gimana tadi ujiannya, lancar?"mereka mulai basa-basi.
"Alhamdulillah lancar, do'akan Rai dapat nilai yang bagus ya ummi, Abi." Pintaku pada mereka.
"Pasti, sebelum kamu minta, kami sudah mendoakanmu Rai." Mereka menjawab dengan senyuman.
"Terima kasih ummi, abi".
Akhirnya mereka membicarakan inti dari sebab mereka memanggilku.
"Raisya tadi keluarga Firman sudah ke sini. Ibu, kakak, dan pamannya." Hatiku ketar ketir mendengarkan mereka.
"Mereka ke sini untuk menetapkan tanggal pernikahan kalian, jadi kalian akan menikah tanggal 4 April," Abi menjeda perkataannya.
"Kami sudah menyetujuinya nak, mereka bilang kalau Firman tidak keberatan kalau kamu masih akan melanjutkan kuliah. Kalian bertunangan sudah cukup lama. Jadi memang sebaiknya kalian menikah."
Aku mendengarkan perkataan abi, mencerna setiap maksudnya. Kalau begitu berarti Kak Firman tahu tentang keputusan ini. Jadi aku tidak perlu meminta penjelasan lagi, karna sudah jelas dia setuju dengan keputusan ini.
"Raisya akan jalani bi, InsyaAllah ini sudah jalan dari Allah. Kalau sudah waktunya maka kita tidak bisa menundanya." Aku mengiyakan keputusan mereka. setelah bicara panjang lebar aku keluar dari kamar orang tuaku dan pergi ke kamarku untuk beristirahat
Mulai saat ini aku bertekat untuk tidak menghubungi Kak Firman, jika tidak dia yang menghubungi aku terlebih dulu. Untuk persiapan pernikahan kami, biarlah para orang tua yang mengaturnya.
Aku terlelap dalam mimpi yang indah, namun tepat jam 2 dini hari aku terbangun. dengan mata yang cukup berat untuk ku buka,Aku pergi mengambil wudu' dan menemui Rabb ku, dimana Dialah tempat paling tepat untuk aku mengadu dan meminta. Kusampaikan segala keluh kesahku. Aku tahu Dialah sang pemilik hidup, pemilik cinta yang abadi.
" *Ya Allah hamba hanyalah manusia yang penuh dosa, tak ada yg patut hamba banggakan. Karna Engkaulah sesungguhnya pemilik hati ini, dzat yang membolak balikkan hati. Tuntunlah hamba di JalanMu, berikanlah hamba kekuatan hati dalam menerima segala takdirmu. Hamba pasrahkan hidup hamba kepadaMu amin*."
Damai dan tentram rasanya jika sudah mencurahkan isi hati kepadaNya.
Mereka sudah menetapkan tanggal pernikahan kami. Orang tuaku sangat antusias merencanakan acara pernikahanku. Mencari MUA dan dekorasi, menyewa sound sistem, pesan undangan dan catering. Hal lainnya diambil alih oleh nenekku.
-
-
konflik belum dimulai, harap bersabar dan mohon dukungannya kakak
thanks🤗
