NovelToon NovelToon
Istri Tak Ternilai

Istri Tak Ternilai

Status: tamat
Genre:Tamat / Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Romansa
Popularitas:13.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Desy Puspita

Terbangun dari koma akibat kecelakaan yang menimpanya, Lengkara dibuat terkejut dengan statusnya sebagai istri Yudha. Jangan ditanya bagaimana perasaannya, jelas saja bahagia.

Namun, Lengkara merasa asing dengan suaminya yang benar-benar berbeda. Tidak ada kehangatan dalam diri pria itu, yang ada hanya sosok pria kaku yang memandangnya saja tidak selekat itu.

Susah payah dia merayu, menggoda dan mencoba mengembalikan sosok Yudha yang dia rindukan. Tanpa dia ketahui bahwa tersimpan rahasia besar di balik pernikahan mereka.

******

"Dia berubah ... amnesia atau memang tidak suka wanita?" - Lengkara Alexandria

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy Puspita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 04 - Apa Aku Berlebihan?

"Apa aku berlebihan?"

Sudah hampir satu jam pria itu berada di kamar mandi. Bukan tidak sadar, dia tahu mata yang tadi menatapnya berkaca-kaca. Karena penolakan tentu saja, bahkan pertanyaan Lengkara masih terngiang dalam benaknya.

"Impoten?" gumam pria itu kemudian menarik sudut bibir, lucu saja jika diingat.

Air yang mengguyur tubuhnya seakan tidak berasa, dia butuh waktu untuk menenangkan kepala yang mendadak panas ketika melihat penampilan istrinya. Ya, dia pria normal dan sangat baik-baik saja.

Punya wanita lain? Jelas saja salah besar, Lengkara adalah yang pertama dan andai dia memiliki wanita lain, mana mungkin dia menerima permintaan Yudha untuk menggantikan posisinya.

Bimantara Aksa, begitulah dia disapa. Pria yang mengetahui rahasia besar setelah dewasa harus kembali dihadapkan dengan takdir yang serumit ini. Mengetahui jika dia bukan putra satu-satunya dari keluarga Atmadjaya, Bima berbinar.

Bagaimana tidak, bertahun-tahun hidup yang diperlakukan bak anak tiri, ternyata dia memiliki seseorang yang mungkin dapat dia jadikan tempat untuk mengadu. Sayangnya, mereka hanya sempat menghabiskan waktu beberapa bulan terakhir dalam keadaan baik-baik saja.

Yudha hidup dengan baik, meski Bima tahu pria itu terlihat bekerja dengan sangat keras. Terbukti dengan mereka yang hanya bisa bertemu beberapa kali, itu juga tidak lama.

Kendati demikian, Bimantara sedikit iri dengan kehidupan Yudha yang terlihat lebih menyenangkan, tidak tertekan seperti dirinya . Masih begitu dia ingat, mata pria yang memiliki kesamaan dengannya itu selalu berbinar, Bima sangat menyukai semua yang dia katakan.

Tidak peduli sesibuk apa, tapi Yudha selalu menyempatkan waktu untuk sekadar bertemu. Wajar saja jika wanita yang mencintainya bisa gila andai berpisah, seperti yang Yudha katakan malam itu.

"Kali ini saja ... Lengkara adalah kebahagiaanku, aku tidak bisa menjamin dia baik-baik saja setelah tahu kenyataannya."

"Aku sudah berpikir ribuan kali, hanya kau yang bisa menjaganya dengan baik ... aku tidak bisa percaya pria lain, Bim."

Puas dia menolak, tidak serta merta menerima permintaan Yudha. Akan tetapi, melihat mata lelah pria itu yang terus memohon, Bima mengiyakan permintaannya.

Sakit, dadanya mendadak sesak hingga untuk kesekian kali, air matanya luruh bersamaan dengan guyuran air di atasnya. Mungkin sudah takdirnya, hidup dalam dekapan air mata.

"Maafkan aku, Yudha ... aku bahkan membuatnya menangis malam ini."

Pria itu menghela napas berat, jemarinya bahkan sudah keriput karena terlalu lama di sana. Bima segera berlalu keluar, dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Jika dia teruskan, mungkin mati kedinginan tanpa sadar.

Tidak lagi ada Lengkara yang menunggu di tepian tempat tidur atau semacamnya. Wanita itu sudah bersembunyi di balik selimut, mungkin menangis atau memang sudah tidur Bima juga tidak mengerti.

Yudha melangkah perlahan, ini malam pertama mereka tidur di ranjang yang sama. Jangan ditanya bagaimana gugupnya, jelas sangat gugup bahkan bergetar setiap kali Lengkara berada di dekatnya. Terlebih lagi, kala mengingat mulut Lengkara kerap melontarkan kalimat-kalimat yang membuat kepalanya sedikit sakit.

"Huft, apa memang begini kebiasaannya?"

Bima menghela napas panjang kala menatap lingerie merah menyala itu tergeletak di lantai bak benda tidak berharga. Lengkara tengah menunjukkan kemarahan karena penolakan tadi sepertinya, tapi mana mungkin Bima mempermasalahkan ini.

Tidak ada pilihan lain selain memungut dan meletakkan di tempat seharusnya. Tapi, baru saja dia kembalikan ke lemari, Bima baru menyadari bentuknya memang tidak bisa diselematkan lagi. Yang dia temukan barusan adalah sebagian bahannya saja, karena ketika Bima mengedarkan pandangan robekan yang lain ada di atas meja hias.

Tidak terbayang bagaimana marahnya, seketika Bima tertawa pelan dan menerka bagaimana ekspresi Lengkara. Tadi saja sudah semenyeramkan itu, menyesal sekali terlalu lama menghabiskan waktu di kamar mandi.

Sama halnya dengan Bima, saat ini Lengkara tengah menerka bagaimana raut wajah suaminya. Dia mendengar pria itu tertawa pelan, sudah dia tunggu sejak tadi dan kini justru menganggap kemarahannya sebagai hal lucu.

"Kebiasaan, ketawa bukannya mikir," umpat Lengkara semakin panas, keringat di keningnya kian membasah dan hati wanita itu bergejolak seketika.

Dia merasakan sisinya sedikit bergoyang, pertanda jika pria itu sudah naik ke atas tempat tidur. Terserah, dia tidak akan bertanya lagi sudah makan atau tidak. Bahkan, sedikitpun niat untuk menyiapkan pakaian seperti yang diajarkan mamanya sama sekali tidak Lengkara lakukan.

"Ck, dia benar-benar tidak membujukku?"

Lama menunggu, Yudha yang dia kenal akan ketar-ketir jika dia melakukan hal segila itu. Anehnya, meski dia sudah menunjukkan kekesalannya, sang suami seakan tidak peduli.

"Mas Yudha!!" kesal Lengkara kemudian membuka selimutnya, wajah memerah akibat menahan panas terlihat nyata.

"Kenapa? Ada yang kamu butuhkan?"

Harapan Lengkara akan dibujuk memang sebatas angan. Jangankan bertanya Sayang masih marah? atau semacamnya, menatap saja tidak selekat itu.

"Tidak ada, matikan lampu," ucapnya kemudian kembali bersembunyi di balik selimut tebal, padahal piyama berbulu itu sudah membuatnya panas sejak tadi.

.

.

- To Be Continued -

1
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
😂😂😂😂😂
Rika Anggraini
kenapa byk bawang....?
bikin pedih mata...
ada luka yg tak terlihat tp bs dirasa.
kl diposisi lengkara apa jadinya
syfh.BungaZahra
inget si Fadil ngendorse ngajak pak muh pakaian wanita. lucunya bikin sakit perut! 😂😂🤣🤣
syfh.BungaZahra
ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄ ᥬ🤣᭄
Rika Anggraini
perempuan dibohongi sama mengali kuburan sendiri
Faris Fahmi
silahkan mas🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
Amiiiiiin
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Halimah
🤣🤣🤣🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!