NovelToon NovelToon
Di Tinggal Nikah Karena Jelek

Di Tinggal Nikah Karena Jelek

Status: tamat
Genre:Tamat / Teen Angst
Popularitas:739.8k
Nilai: 4.6
Nama Author: aisyah az

Naina Hilda, gadis yang selalu menghitung mundur hari pernikahannya harus menerima kenyataan ketika kekasihnya memutuskan hubungan sepihak.

Sang kekasih menemukan tambatan hati yang lain yang menurutnya lebih sesuai dengan standarnya sebagai seorang istri yang pantas digandeng tangannya ketika kondangan.

"Maaf, Na. Perasaanku ke kamu, hambar."

Dua pekan sebelum ijab kabulnya terucap dengan sang pria.

Tenda dan katering sudah di pesan bahkan dibayarkan, untung saja undangan belum sempat disebar. Namun, bukan itu yang membuat tingkat stres Naina meningkat hingga ia lampiaskan pada makanan.

Naina baru tahu ternyata mantan tunangannya memiliki kekasih dengan spek idaman para pria. Tinggi, putih, langsing, glowing, shining, shimmering, splendid.

Apa kabar dengan Naina yang kusam, jerawatan dan gendut?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisyah az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kemarahan Dewa

Happy reading...

Melihat putrinya yang tengah hamil tak sadarkan diri, bu Linda sangatlah panik. Berkali-kali pipi sang putri ditepuknya lembut. Tetap saja tak ada respon.

"Bu. Kita bawa Kak Karina ke Puskesmas saja. Kaka juga sedang hamil, takut terjadinya sesuatu dengan janinnya karena pingsan begini."

Bu Linda berpikir sejenak kemudian mengangguk mengiyakan.

"Bagaimana caranya membawa Karina ke Puskesmas?"

Tampak kepanikan kembali di raut wajah tua sang ibu. Naina segera meraih ponselnya yang tergeletak di lantai. Layarnya retak karena Naina tak sempat menyelamatkan benda yang langsung terjun bebas dari tangan sang kakak.

Digulirnya layar gadget di tangannya. Untung saja benda itu masih berfungsi seperti sebelumnya. Dia tekan nomor seseorang yang selalu bisa dijadikan andalan. Mayra. Temannya sejak kecil juga teman kerja sekantornya yang kebetulan memiliki mobil. Rumahnya juga tidak terlalu jauh dari rumah Naina.

"Ra, bisa minta tolong bawa Kak Karina ke Puskesmas? Kak Karina pingsan," ucap Naina dengan bergetar.

Sepuluh menit berlalu, kesadaran Karina belum juga kembali. Padahal bu Linda juga Naina sudah berusaha mendekatkan apa saja yang berbau tajam ke hidung Karina, seperti minyak kayu putih juga bubuk kopi. Hingga akhirnya Mayra datang membawa bantuan.

Tubuh kecil Karina diangkat oleh tiga wanita ke dalam mobil dengan susah payah. Setelahnya mobil yang dikendarai Mayra melesat meninggalkan pekarangan rumah menuju Puskesmas.

"Na, telpon Kakakmu Dewa. Dia harus tahu kondisi istrinya." Bu Linda kembali memberi perintah sambil terus menghangatkan tangan putri sulungnya dengan menggosokkan tangannya.

Mendengar hal itu Naina tak lantas diam, kembali ia gulir telpon genggamnya untuk mengabari kakak iparnya yang bekerja di luar kota.

Pria yang menikahi kakaknya satu tahun yang lalu itu terkejut mendengar berita yang disampaikan Naina. Ia berjanji untuk menemui sang istri secepatnya.

Mobil berhenti tepat di depan puskesmas. Satu orang security dan dua perawat laki-laki terlihat mendekati dengan membawa brankar dorong. Tubuh Karina dipindahkan dengan mudah oleh ketiganya.

"Kenapa Kak Karina, Na?" Mayra bertanya setelah Karina memasuki IGD. Hanya bu Linda yang mengikuti. Sedang kedua gadis terduduk di bangku tunggu di luar ruang IGD.

"Mungkin Kak Karina, terlalu shock." Naina menjawab sambil mengusap wajahnya dengan gusar. Ditunjukannya pesan dari Ivan pada Mayra yang membuat Karina pingsan.

"Yang sabar ya, Na. Aku turut sedih. Semoga janin Kak Karina baik-baik saja." Mayra memberi dukungan pada Naina sambil mengelus lembut punggungnya.

Sama seperti Naina, Mayra juga tak habis pikir kenapa Ivan membatalkan pernikahan yang sudah dekat. Kenapa tidak diungkapkannya jauh-jauh hari sebelumnya. Meskipun kedua pilihan sama-sama menyakitkan.

"Bagaimana dengan keluarga, Ivan?" Mayra kembali memecah kebisuan di antar keduanya.

"Aku tidak tahu. Sebetulnya hari ini aku berencana ke rumah kak Ivan untuk meminta penjelasan, tapi ...."

Untuk saat ini sebetulnya pikiran Naina lebih banyak ke Karina ketimbang masalah pernikahannya. Jika terjadi sesuatu pada kakanya atau pun bayinya, Naina pasti akan sangat menyesali kecerobohannya mengungkapkan berita itu pagi tadi.

Naina tahu bayi dalam kandungan Karina begitu berharga bagi kakaknya dan Dewa kakak iparnya. Karina sampai rela melepaskan karirnya demi memiliki anak.

Kandungan Karina lemah, sehingga ia tidak boleh lelah atau pun stres. Naina merutuki kecerobohannya dengan menggigit ujung kuku jari telunjuknya.

"Tolong buatkan surat izinku pada kepala divisi. Aku tidak bisa meninggalkan ibu sendirian untuk menjaga kak Karina."

"Kamu tenang saja, Na. Pasti aku buatkan. Kamu baik-baik ya, tetap jaga kesehatan. Aku pulang dulu, setelah pulang kerja aku akan kemari lagi."

Naina mengangguk. Perpisahan keduanya pagi itu di akhiri dengan pelukan.

Tak lama berselang, para perawat mendorong bed keluar dari IGD. Karina masih terbaring tak sadarkan diri di atasnya, di lengan tangannya telah terpasang infus.

Bu Linda mengikuti laju brankar yang di dorong para perawat menuju ruang rawat. Hatinya masih diliputi kecemasan disebabkan sang putri belum juga siuman.

"Kapan Dewa akan segera datang?" tanya bu Linda seperti meracau. Wanita berkerudung hitam yang tengah duduk di samping brankar putrinya tak sedikitpun melepaskan genggaman tangannya.

"Kak Dewa sebentar lagi sampai, Bu!"

Mendengar nama suaminya disebut, Karina menggerakkan jarinya. Bulir bening keluar dari sudut matanya meskipun ia masih terpejam. Disusul erangan kesakitan dari mulutnya.

"Na, panggil Dokter, cepat!"

Tanpa berpikir panjang, Naina segera berlari menuju ruang jaga perawat, mengabarkan keadaan sang kaka. Padahal Naina atau bu Linda hanya perlu menekan tombol di atas brankar Karina dan perawat pun pasti segera mendatanginya.

Setelah melewati beberapa pemeriksaan, brankar Karina kembali di seret beberapa perawat untuk mengeluarkannya dari ruang rawat. Mereka sangat sigap dalam menindak lanjuti pasiennya.

"Putri saya kenapa, Dok?"

Sebelum sang Dokter menjelaskan bu Linda lebih dulu bertanya. Semua itu dikarenakan rasa cemas yang menggunung di hatinya.

"Putri Ibu harus diperiksa lebih lanjut. Do'akan saja semoga ibu dan janin dalam kandungannya dalam keadaan baik." Dokter dengan gelar spesialis Obgyn itu menepuk bahu bu Linda lembut sebelum keluar meninggalkan keluarga pasien.

Seketika mulut bu Linda terus mengucapkan istighfar tiada henti. Pikirannya dipenuhi hal-hal negatif tentang putri sulung dan bayinya.

"Bu!" Suara Dewa mengalihkan perhatian dua wanita yang hendak mengikuti langkah sang Dokter.

Disambarnya tangan sang ibu mertua oleh Dewa. Diciuminya punggung tangan keriput itu dengan tangisan.

"Bagaimana dengan istriku, Bu?"

Naina atau pun bu Linda sama-sama tak bisa memberitahukan apa pun pada Dewa. Mereka masih tak mengerti apa yang tengah terjadi di ruangan tertutup tempat Karina berada.

"Apa yang dikatakan Dokter, Naina?" Kini Dewa ganti bertanya pada Naina yang tak henti meneteskan air mata.

"Dokter belum memberi tahu. Mereka masih membutuhkan analisis tentang kak Karina."

"Memang apa yang terjadi hingga Karina pingsan?"

Naina menggigit bibir bawahnya. Ia takut mengundang kemarahan kakak iparnya jika tahu, istrinya pingsan disebabkan kecerobohan Naina dalam mengatakan kegagalan pernikahannya.

"Bu. Naina. Kenapa kalian diam?" Suara Dewa sedikit meninggi, membuat Naina akhirnya membuka suara.

Naina menceritakan semua yang menimpanya hingga membuat Karina begitu terkejut dan tak sadarkan diri.

Dewa sangat marah, tangannya terkepal hingga menunjukan buku-buku jarinya yang menjadi pucat pasi. Dia bukan marah pada Naina, melainkan pada pria bernama Ivan yang tega mempermainkan perasaan adik iparnya.

"Mau kemana, Kak?" cegah Naina saat Dewa hendak melangkahkan kakinya dengan wajah yang merah padam.

"Akan kuberi pelajaran pria yang sok kecakepan itu!" Dengusnya begitu kesal.

"Kita pikirkan nanti saja, Kak. Yang terpenting saat ini adalah kesehatan kak Karina," ucap Naina mencoba meredakan amarah Dewa.

"Dengan keluarga nyonya Karina?" Seorang perawat datang untuk menginterupsi.

"Diminta keruangan Dokter. Beliau akan menjelaskan prosedur kuretase untuk nyonya Karina."

BERSAMBUNG....

1
Gunawan wan
Luar biasa
Gunawan wan
Lumayan
Ana N
Sarapan apa mkn malam thor
Ana N
Superrr sekali kak Author. Sy setuju sekali. 💪 semangat kak
Firman Firman
sekali jalng ya jalng Rere cinta krna harta nya Ivan😄🤭
Firman Firman
ha ha Ivan Ivan kmu lepasin permata hati demi batu kerikil jalann😄🤭
Firman Firman
cinta itu datang secara tiba tiba😄🤭tanpa permisi dan bicara
Firman Firman
ha ha siapa dia🤗
Firman Firman
oh may good 😱
Firman Firman
semoga saja kalian bisa bersama 💞👍
Firman Firman
lepas dari batu kerikil dapet berlian🤗
Firman Firman
terus semngat naina💪
Firman Firman
lnjut semngat naina
Firman Firman
lnjut,, 👍
Firman Firman
pak arga harus bisa memahami perasaan naina pak
Firman Firman
semngat naina 💪
Firman Firman
sabar naina prjlnnmu masih panjang jngn. kmu bersedih hanya gara gara laki bodoh macam Ivan itu😡
Firman Firman
lnjut
Firman Firman
dasar kadal buntung 😄🤭
Firman Firman
trusss lannjuuuuuuut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!