Namaku Nila ,Aku hanyalah seorang perempuan kecil yang belum tahu apa-apa
ketika diusia lima tahun, aku diajak main kuda-kudaan
disungai pinggir kebun oleh ayah sambungku. Aku benar- benar tak mengerti
dengan diriku saat itu. Barulah ketika berusia 10 Tahun, Ketika mandi polos bersama dengan teman-teman perempuanku disungai batang kalam aku menyadari bahwa yang mereka punya berbeda bentuknya dengan yang aku miliki. Wajah kecilku yang ceria berubah, mulai saat itu aku tak mau tampil polos lagi. Pribadiku yang ceria berubah jadi Intover. Apa yang aku alami itu berpengaruh besar terhadap hidupku, jiwaku,dan cintaku hingga aku dewasa dan menikah,
Noda itu merusak hatiku,keputusanku dan tentu saja pernikahanku.
Hidupku seperti siang malam yang slalu berganti, sehari aku bahagia esoknya akan ada airmata.
Aku gagal dan gagal lagi dalam pernikahanku, hingga pernikahan ketigaku ini, kubagikan kisah ini untuk menjadi peringatan pada para ibu untuk menjaga anak -anak perempuan kita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nilda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunci Yang Meresahkan
Menyaksikan bolamata putraku, membuatku melupakan sejenak penderitaan yang kualami selama ini. Apalagi putraku peragainya baik, ia nampak tak banyak menuntut. Bahkan setiap kali kakaknya berperangai, ia sepertinya mengerti. Sebagai anak sulung yang baru 18 bulan sudah punya adik, Nillya kadang sering buat ulah, ia bahkan kerap kali menangis dan meminta digendong.
" ucah cucu adik ma, tatak mau endong..." begitu sering ia berucap. Kadang kuturuti keinginannya, kadang kubiarkan ia, memberinya pengertian bahwa ia harus bersedia berbagi kasih sayang dengan adik bayinya. Sedangkan Fajri, tampak mengerti dengan sikap kakaknya, kalau kakak berperangai, secara sengaja ia akan melepaskan susunya, ia akan diam dan bermain- main sendiri, memandang lampu.
Dua minggu setelah kelahiran Fajri, barulah Bang Andi datang untuk melihat putranya. Ketika sudah duajam ditongkronginya Fajri tak kunjung mau membuka matanya, capek ayahnya menggoyang tubuh, menggelitiki telapak kaki, namun ia hanya menggeliat, tanpa membuka matanya. Bahkan ketika bang Andi sudah siap makan, dan mau pulang ia tak mau juga memperlihatkan matanya pada sang ayah.
" Ia tak mau bangun juga dik, barangkali ia memang marah sama abang, karna lama baru melihatnya." kata bang Andi dengan wajah sedih.
" Ia masih kecil bang, anakmu masih , mana ia tahu marah segala.Itu hanya karna ngantuk, semalam ia asyik main, kakaknya semalam berperangai, ia tak dapat tidur, karna kakaknya nangis semalaman, untung ia tak ikutan nangis, jadi adik bisa ngurus kakaknya, walau ia tak menangis, tapi tak tidur pula. Jadi wajarlah kalau sekarang ia susah dibangunkan " kataku menghibur bang Andi. Kulihat cahaya wajahnya tak sekeruh saat itu lagi. Sebelum pamit, ia serahkan sejumlah uang.
" Cuma ini yang bisa abang berikan, mudah- mudahan bisa membantu biaya lahiran, sama belanja selama cuti. " katanya.
" Makasih bang, Nila akan pakai uang ini buat bantu biaya pesta kasih nama buat Fajr, kebetulan biaya lahiran sudah selesai. " kataku karna memang biaya lahiran sudah ada jaminan, dan aku hanya memberi uang cuci tangan saja pada bidan, selebihnya sudah dijamin.
"Habis minggu ini kita buat pesta, abang datang ya. " kataku lagi.
"Kalaupun abang tak sempat datang, lanjutkan saja acaranya, abang kasih izin penuh adik kasih nama apa buat sikecil. "katanya sebelum berlalu.
Hatiku sedikit ciut mendengar kata tak i yang ia bilang, sedang Presiden saja banyak tugas negara takkan bilang hanya sekedar menghadiri caramenamai putra sendiri, tapi kayaknyaayahnya Fajri lebih sibuk dari Presiden.Benar saja, pas acara, ia hanyamengirimkan pesan saja. Tapi tanpa kehadiran ayah luarbiasanya, selesai juga dengan khidmat.
Seminggu setelah menamakan Fajri , ibu menelfon meminta diantar kunci rumah kami yang di PT,katanya ada pasangan guru baru beranak satu yang ingin kami. Aku sengaja memberi alasan tak ada yang bisa mengantar karna tak ada orang dirumah, dan kualaskan juga karna aku seorang janda berananak dua, tak mungkin baik berbagi tempat dengan pasangan suami istri. Itu membuat ibu kepala yang bertempramen tinggi langsung marah dan menutup telfon. Aku pas menelfon tadi tak sadar, kalau bayi kecilku mendengarkan pembicaraanku ditelfon. Entah karna mengerti perselisihan faham antara aku dan kepsek itu, sempai menjelang tengah malam Fajriku tak bisa tidur, ia nampak resah dan telah kucoba berbagai terapi pengobatan untuk menenengkannya, tapi ia masih gelisah. Aku heran, apa yang terjadi dengan putraku, kalau diukur suhu badannya normal dan perutnyapun sehat.
Aku berfikir keras sampai menjelang pagi, tatkala ia belum juga tidur. Aku teringat persoalan menerima telfon kepala didekatnya siang itu." Apa putraku resah karna persoalan kunci rumah dan kemarahan Ibu Kepsek tadi? " tanya batinku. Lalu aku coba menanyakan padanya walau kedenharannya konyol.
" Sayang..Apa anak memikirkan soal kunci dan pekerjaan ibu? Kalau itu yang menyebabkan Fajri gelisah, tidurlah nak, takkan ada yang bisa merebut rumah itu, apalagi merusak pekerjaan ibu kalau Allah masih memberi kita rizki tetap disana. Tenanglah, Allah takkan sia-sikan hambanya dan telah mengatur segala sesuatunya.
Semarah apapun kepala itu, karna ibu tak mau memberi kunci itu, ia pasti diberi petunjuk sama Allah, akan kebenaran alasan ibu. Fajri tidur ya...Biar semua itu kita serahkan pada Allah. " Kataku sambil mengusap kepala kecilnya dan kemudin mengencangkan bedongannya,karna mulai terasa dingin, dan fajarpun mulai menjelang.
Kulihat ia nampak tenang.
" Sayang...apa yang sudah menjadi rizki kita, tidak akan menjadi rizki orang lain, seperti ayahmu yang sudah pergi,
itu karna bukan lagi rezki kita dengannya. Tentang pekerjaan ibu, Allah pasti menjaganya, tak ada yang biasa
mengancamnya, kecualimemeng sudah ada rizki kita ditempat lain. Anak tidur ya sayang..." Kataku lagi,kulihat
ia mulai memejamkan matanya, dan beberapa detik kemudian terdengar dengkuran halusnya.
Baru kali ini aku tahu, ternyata bayi sudah bisa merasakan perasaan ibunya, dan anak yang ditinggal ayah dalam kandungannya, ternyata tingkat kebaperannya tinggi, itu sudah terlihat dari bayinya. Kuusap wajah putraku, kumohonkan doa Pada Yang kuasa, semoga dengan bertambahnya usia, kepribadian putraku bertambah kuat.
Aku takut ia menjadi orang yang terlalu Baper, dan itu berpengaruh pada keputusan- keputusan masa depannya.
Bantu doanya ya..
Bersambung...
Mf baru Up, jangan lupa mampir kasih like ya..
NILA AKHIRNYA BEBAS..