Ditahun ketiga pernikahan, Laras baru tahu ternyata pria yang hidup bersamanya selama ini tidak pernah mencintainya. Semua kelembutan Hasbi untuk menutupi semua kebohongan pria itu. Laras yang teramat mencintai Hasbi sangat terpukul dengan apa yang diketahuinya..
Lantas apa yang memicu Laras balas dendam? Luka seperti apa yang Hasbi torehkan hingga membuat wanita sebaik Laras membalik perasaan cintanya menjadi benci?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mungkinkah karma?
Di ruang rawat intensif sebuah rumah sakit, setelah mengelap tubuh Cantika, Hasbi mengecup lembut kening putrinya, lalu duduk tegak. Dengan ekspresi datar, dia berkata pada Hera, "Sepertinya aku tak sanggup lagi jadi suamimu."
Hera yang mendengar ucapan Hasbi, menoleh cepat, sorot mata liar penuh ketidakpercayaan terpancar dari matanya.
"Sejak dia memilih pergi, aku sadar selama ini rasaku padamu bukanlah cinta tapi..obsesi." ucap Hasbi, nyaris tak terdengar.
Mendengar itu, Hera hanya bisa tertegun. Keheningan menyelimuti ruang seperti kabut tebal.
"Kalau kamu capek istirahat, jangan bicara ngelantur, nggak tau tempat."
Hasbi akan bicara lagi, tapi bayangan Nur di pintu membuatnya urung bicara, Hasbi justru meraih pergelangan tangan Hera dan diajak keluar.
"Bu, titip Cantika, aku dan Hera ada keperluan." Sampai di depan pintu Hasbi bicara dengan Nur, tangannya tak melepaskan pergelangan tangan Hera.
Hasbi hanya ingin meringankan beban dihatinya segera, sampai-sampai dia meminta ibunya datang malam-malam ke rumah sakit.
Lampu di samping tempat tidur menyala redup, memancarkan bayangan panjang di dinding. Membuat jarak keduanya tampak lebih jauh dari kenyataannya.
Hera melirik Hasbi sambil mengerutkan kening.
"Yang kamu katakan tadi bercanda kan, kamu cuma kangen kita menghabiskan malam bersama." Sejak awal, Hasbi lah yang selalu mengejarnya, terbawa oleh rasa cinta masa muda. Dia tetap berada di sisinya selama bertahun-tahun, melewati masa-masa sulit tanpa pernah menyerah. Dan setelah kini segalanya terasa mudah, tentu Hera tidak percaya jika Hasbi akan melepasnya begitu saja.
Hera masih ingat hari itu, saat dirinya dinyatakan hamil, Hasbi tetap berada di sampingnya dan selalu ada meski laki-laki itu telah memiliki istri, Hasbi berdiri tegak, melindunginya dari kemarahan ayahnya.
Momen itu terukir dalam hatinya. Bahkan ketika Laras menghubungi Hasbi malam itu, pria itu memilih tinggal demi dirinya, rela berbohong dinas di luar kota demi membawanya mencari tempat tinggal, Hasbi selalu melindunginya dengan penuh keberanian.
Sejak saat itu, Laras mengandalkan Hasbi tanpa ragu, karena Hasbi akan memenuhi setiap permintaannya dengan sepenuh hati, lebih sempurna dari siapapun.
Hasbi akan selalu menepuk kepalanya dengan lembut dan hangat, lalu berkata dengan suara pelan, "Aku akan datang lagi besok, hubungin aku jika butuh sesuatu."
Tapi kemesraan Hasbi tidak pernah bertahan lama, kebersamaan mereka selalu terganggu karena ada Laras di tengah mereka. Tetapi Hera meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanyalah sementara.
Bahkan ketika orang lain menyebutnya naif, dia tetap bertahan, setia dan penuh keyakinan.
Hera sudah mendedikasikan bertahun-tahun hidupnya untuk Hasbi.
Saat kemarin Hasbi bercerai dengan Laras. Hera berpikir mimpinya akhirnya akan terwujud. Tetapi setelah wanita itu pergi, sesuatu malah berubah.
Hasbi mulai menjauh. Terkadang, pria itu memandangnya seolah-olah dia adalah orang asing.
Hasbi tidak menjawab secara langsung. Sebaliknya, dia berkata, "Maaf, aku nggak bisa mempertahankan lebih lama hubungan kita."
Mendengar itu, dada Hera terasa sesak. "lalu bagaimana denganku?"
Hasbih tidak langsung menjawab. Sorot matanya suram dan tenang, mengerjap dengan sedikit ketidak sabaran.
Kemudian, setelah terdiam sekitar 3 detik, Hasbi berkata, " Bersamaku kamu akan semakin sakit, aku sungguh telah mencintai Laras, aku nggak bisa hidup tanpanya, aku benar-benar ingin berjuang mendapatkannya kembali."
Kata-katanya, yang diucapkan dengan begitu tenang, menusuk hati Hera lebih dalam daripada jika pria itu berteriak.
Hera menatap wajah Hasbi. Wajah yang sama yang dulu membuatnya jatuh cinta.
Kapan segalanya mulai hancur?
Mungkin saja sejak awal wanita itu muncul.
"Kalian sudah bercerai, kamu nggak peduli padaku dan anak-anak?" tanya Hera, mencoba menenangkan dirinya.
"Hera, maaf...,"