NovelToon NovelToon
The Lonely Genius

The Lonely Genius

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Sci-Fi / Anak Genius / Murid Genius / Dunia Masa Depan / Robot AI
Popularitas:698
Nilai: 5
Nama Author: PumpKinMan

Di tahun 2070, nama Ethan Lawrence dirayakan sebagai pahlawan. Sang jenius muda ini telah memberikan kunci masa depan umat manusia: energi tak terbatas melalui proyek Dyson Sphere.
Tapi di puncak kejayaannya, sebuah konspirasi kejam menjatuhkannya.
Difitnah atas kejahatan yang tidak ia lakukan, sang pahlawan kini menjadi buronan nomor satu di dunia. Reputasinya hancur, orang-orang terkasihnya pergi, dan seluruh dunia memburunya.
Sendirian dan tanpa sekutu, Ethan hanya memiliki satu hal tersisa: sebuah rencana terakhir yang brilian dan berbahaya. Sebuah proyek rahasia yang ia sebut... "Cyclone".



(Setiap hari update 3 chapter/bab)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PumpKinMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 30: Tiket Satu Arah ke Mars

Tempat persembunyian tua di dok itu lebih mirip lubang tikus daripada tempat berlindung. Terletak di atas gudang ikan yang sudah ditinggalkan di tepi Zona-C, apartemen satu kamar itu berbau garam laut, karat, dan keputusasaan. Dulu, Nate menggunakannya saat mengerjakan cerita tentang penyelundupan di pelabuhan. Sekarang, itu adalah satu-satunya tempat di London di mana dia dan Clara merasa (relatif) aman.

Sudah dua hari sejak mereka melarikan diri dari apartemen Nate. Dua hari hidup dalam paranoia, mengintip dari jendela yang kotor ke gang di bawah, memeriksa koneksi jaringan mereka setiap jam untuk tanda-tanda pelacakan. Mereka tahu Aeterna Security—atau siapa pun "Orang Hantu" itu bekerja untuk—sedang mencari mereka.

Mereka menghabiskan waktu itu dengan menganalisis video mengerikan dari Sektor 4 Mars berulang kali, mencoba menemukan detail yang terlewat, mencoba memahami skala kekejaman Thorne. Setiap kali mereka menontonnya, rasa mual dan marah kembali membakar mereka.

"Dia tahu," kata Clara pelan pada sore hari kedua. Mereka duduk berdampingan di kasur tipis di lantai, berbagi sekaleng sup nutrisi dingin—satu-satunya makanan yang mereka miliki. Dia menunjuk ke layar data-pad yang menampilkan frame beku dari video itu: wajah Thorne, tepat sebelum ledakan, mundur beberapa langkah. "Lihat matanya. Dia tahu mesin itu akan meledak. Dia menggunakannya sebagai... eksekusi."

Nate mengangguk muram. "Dan Prometheus benar. Dia meninjau rekaman itu setelahnya. Itu berarti dia sadar sepenuhnya. Dia menutupinya."

"Dan rekaman audio pertemuan pribadinya dengan Borin..." Clara tidak menyelesaikan kalimatnya. Itulah yang mereka butuhkan. Pengakuan langsung dari mulut Thorne. Itu adalah kunci untuk menjatuhkan seluruh konspirasi.

"Kita tidak bisa mendapatkannya dari sini," kata Nate, mengulangi dilema mereka. "Mars terlalu jauh. Terlalu terkunci."

Clara meletakkan kaleng supnya. Dia menatap Nate lama, ekspresi baru muncul di matanya—bukan lagi kemarahan atau kesedihan, tetapi tekad yang dingin dan hampir menakutkan.

"Aku bisa," katanya pelan.

Nate membeku. "Apa maksudmu, 'kau bisa'?"

"Aku bisa pergi ke sana," kata Clara. "Aku bisa mendapatkan rekaman itu."

Nate tertawa, tawa gugup yang cepat mati. "Jangan konyol, Clara. Pergi ke Mars? Bagaimana? Dengan menyelinap di kapal kargo? Itu bunuh diri."

"Bukan menyelinap," kata Clara. "Aku akan pergi... secara resmi."

Nate menatapnya, tidak mengerti. "Resmi? Bagaimana?"

Clara berdiri dan mulai mondar-mandir di ruangan sempit itu, energinya yang gelisah kembali. "Aku masih jurnalis terakreditasi, Nate. Lisensiku belum dicabut—mereka tidak ingin menarik perhatian. Aku punya alasan yang sah untuk pergi ke Mars."

"Alasan apa?"

"Sebuah cerita sampul," kata Clara, matanya berbinar saat ide itu terbentuk. "Sebuah profil mendalam tentang 'kehidupan para perintis' di koloni Mars. Kisah manusiawi. Sesuatu yang akan disetujui oleh Departemen Hubungan Masyarakat Aeterna. Itu akan memberiku akses—akses terbatas, tentu saja, tapi cukup untuk berada di sana."

"Clara, itu gila," kata Nate, berdiri juga. "Bahkan jika kau berhasil sampai di sana, bagaimana kau akan mendapatkan rekaman itu? Kantor Thorne pasti dijaga ketat. Dan mereka tahu ada informan. Mereka akan mengawasimu seperti elang."

"Aku tahu." Clara berhenti mondar-mandir dan menghadap Nate. "Tapi aku punya keuntungan. Mereka tidak tahu aku tahu. Mereka pikir aku hanya seorang jurnalis yang mencari cerita 'lembut'. Aku akan memainkan peran itu. Aku akan mewawancarai para pekerja (secara diam-diam mencari kontak Prometheus yang mungkin masih hidup). Aku akan mewawancarai Borin. Aku bahkan akan mencoba mewawancarai Thorne—berpura-pura mengagumi 'efisiensi'-nya."

"Dan saat wawancara itu," lanjutnya, "aku akan menggunakan perangkat ini." Dia mengeluarkan sesuatu dari tas ranselnya. Sebuah pena digital standar. "Ini terlihat biasa. Tapi ini adalah perekam audio jarak jauh berdaya tinggi dengan enkripsi kuantum. Teknologi pasar gelap. Aku bisa meninggalkannya 'secara tidak sengaja' di kantor Thorne. Itu akan merekam selama 72 jam dan mengirimkan datanya secara burst mikro melalui jaringan diagnostik yang sama yang digunakan Prometheus."

Nate menatap pena itu, lalu ke wajah Clara yang penuh tekad. Dia merasa dingin. Ini bukan hanya berbahaya. Ini adalah tiket satu arah.

"Tidak," kata Nate tegas. "Sama sekali tidak. Aku tidak akan membiarkanmu pergi ke sana sendirian."

"Kau tidak punya pilihan, Nate!" balas Clara, suaranya naik. "Kau tidak bisa pergi! Wajahmu terlalu dikenal sekarang setelah siaran video itu. Mereka akan menangkapmu begitu kau mendarat. Aku... aku masih bisa menyelinap di bawah radar."

"Aku tidak peduli!" teriak Nate. "Aku tidak akan kehilanganmu! Tidak seperti..." Dia berhenti, tidak sanggup mengucapkan nama itu lagi.

Wajah Clara melembut. Dia melangkah maju dan memegang kedua tangan Nate. Tangannya dingin.

"Nate," katanya lembut. "Dengarkan aku. Ini bukan hanya tentang kita lagi. Ini tentang orang-orang yang sekarat di sana. Ini tentang Prometheus. Ini tentang kebenaran."

"Aku tahu! Tapi ada cara lain! Kita bisa..."

"Tidak ada cara lain!" potong Clara. "Kita sudah mencoba semuanya! Ini satu-satunya kesempatan kita untuk mendapatkan bukti yang akan menjatuhkan mereka semua—Thorne, Rostova, semuanya! Bukti yang bahkan Ethan tidak bisa abaikan!"

Dia menatap mata Nate. "Aku harus melakukan ini. Untuk mereka. Dan... untukmu. Aku tidak bisa hidup mengetahui apa yang terjadi di sana dan tidak melakukan apa-apa."

Nate menatapnya, melihat api keadilan yang membara di matanya—api yang sama yang membuatnya jatuh cinta padanya. Dia tahu dia tidak bisa menghentikannya. Dia tidak akan pernah bisa.

Dia menariknya ke dalam pelukan erat, membenamkan wajahnya di rambutnya yang berbau hujan dan tekad baja. "Kau keras kepala," bisiknya, suaranya serak.

"Aku belajar dari yang terbaik," balas Clara, memeluknya erat.

Mereka berdiri seperti itu untuk waktu yang lama, di tengah ruangan yang dingin dan berdebu itu, dua jiwa yang berpegangan erat sebelum badai.

"Jika kau tertangkap..." Nate memulai, tetapi Clara meletakkan jari di bibirnya.

"Aku tidak akan tertangkap," katanya dengan keyakinan yang tidak dia rasakan. "Aku akan mendapatkan rekaman itu. Aku akan mengirimkannya padamu. Dan kau... kau akan menggunakannya. Kau akan menulis cerita yang akan membakar dunia mereka sampai ke tanah."

"Dan kau?" tanya Nate. "Bagaimana kau akan keluar?"

Senyum Clara sedikit goyah. "Aku akan mencari cara. Selalu ada cara." Tapi mereka berdua tahu itu mungkin bohong.

"Kapan?" tanya Nate.

"Aku sudah mengajukan permintaan perjalanan pers," kata Clara. "Keberangkatan pertama yang bisa kudapatkan... lusa. Pesawat ulang-alik kargo."

Dua hari. Hanya dua hari lagi bersamanya.

Malam itu, mereka tidak berbicara tentang Mars atau konspirasi. Mereka memesan pizza (menggunakan akun anonim), menonton film lama di data-pad Nate, dan berpelukan erat di kasur tipis itu, mencoba mencuri beberapa jam normalitas dari dunia yang menjadi gila.

Tapi bahkan dalam tidurnya, Nate bisa merasakan ketegangan dalam tubuh Clara, tekad dingin yang telah mengambil alih dirinya. Dia akan pergi. Dan dia mungkin tidak akan kembali.

Pagi keberangkatan terasa surealis. Pelabuhan antariksa komersial London adalah tempat yang ramai dan bising, penuh dengan turis kaya yang menuju resor orbit dan pekerja kontrak yang menuju pos-pos pertambangan di Sabuk Asteroid.

Clara, mengenakan pakaian perjalanan sederhana dan membawa satu tas ransel kecil, tampak seperti jurnalis biasa yang sedang bertugas. Nate menemaninya sampai ke gerbang keamanan terakhir.

"Oke," kata Clara, berbalik menghadapnya. Matanya tampak terlalu cerah. "Ini dia."

Nate tidak tahu harus berkata apa. Kata-kata terasa tidak cukup. Dia hanya menariknya ke dalam pelukan terakhir, mencoba menghafal aroma rambutnya, kehangatan tubuhnya.

"Hati-hati," bisiknya di telinganya. "Jangan ambil risiko bodoh. Dapatkan rekaman itu dan segera keluar."

"Aku akan," janji Clara. Dia melepaskan diri, senyum berani di wajahnya. "Dan kau... jangan melakukan sesuatu yang bodoh tanpaku. Tetap aman. Tetap tersembunyi."

"Aku akan."

"Aku mencintaimu, Nate Reyes," katanya.

"Aku juga mencintaimu, Clara Vega," balas Nate, suaranya tercekat.

Dia memberinya satu ciuman terakhir—ciuman yang terasa seperti perpisahan—lalu berbalik dan berjalan melewati gerbang keamanan, tidak menoleh ke belakang.

Nate berdiri di sana, di tengah keramaian pelabuhan antariksa, menyaksikan sosoknya yang kecil dan penuh tekad menghilang ke dalam kerumunan penumpang. Dia merasa seperti sebagian dari dirinya baru saja dicabut.

Dia tetap di sana sampai pengumuman terakhir untuk penerbangan kargo ke Mars bergema di aula. Dia tetap di sana sampai dia melihat pesawat ulang-alik itu—sebuah siluet logam di langit pagi yang kelabu—meluncur ke orbit.

Lalu, dia berbalik dan berjalan pergi, kembali ke tempat persembunyiannya yang kosong.

Dia sendirian sekarang. Dengan sebuah video berdarah, sebuah harapan yang rapuh, dan firasat buruk yang menggerogoti hatinya.

Clara sedang dalam perjalanan ke Mars. Menuju sarang ular. Dan Nate tidak bisa berbuat apa-apa selain menunggu... dan berharap.

1
Brock
Saya butuh lanjutannya, cepat donk 😤
PumpKinMan: udah up to 21 ya bro
total 1 replies
PumpKinMan
Halo semua, enjoy the story and beyond the imagination :)
Texhnolyze
Lanjut dong, ceritanya makin seru!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!