NovelToon NovelToon
Candu Istri Yang Ku Sia-siakan

Candu Istri Yang Ku Sia-siakan

Status: sedang berlangsung
Genre:KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / One Night Stand / Penyesalan Suami / Cinta Seiring Waktu / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak
Popularitas:12.2k
Nilai: 5
Nama Author: Meylani Putri Putti

Senja merasa menderita dengan pernikahan yang terpaksa ia jalani bersama seorang CEO bernama Arsaka Bumantara. Pria yang menikahinya itu selalu membuatnya merasa terhina, hingga kehilangan kepercayaan diri. Namun sebuah kejadian membuat dunia berbalik seratus delapan puluh derajat. Bagaimana kisahnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meylani Putri Putti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 30

Pagi harinya, Saka terbangun lebih lambat dari biasanya. Cahaya matahari menembus tirai kamar, namun ruangan itu terasa lebih dingin dan kosong dari biasanya. Ia bangun, duduk di tepi ranjang, mengusap wajah dan baru saat itu ia menyadari sesuatu.

Tak ada suara langkah pelan Senja di dapur.

Tak ada aroma teh hangat yang biasanya sudah terhidang.Keheningan itu terasa aneh. Terlalu asing.

Dia berdiri, membuka pintu kamar, meja makan rapi. Tidak ada jejak keberadaan istrinya sama sekali.

Ia berhenti di tengah ruangan, merasakan sesuatu yang menusuk dadanya, aneh, tak familiar, tapi nyata.

“Senja…” panggilnya pelan, suara itu terpantul di dinding yang kosong.

Tidak ada jawaban.

Saka menyadari betapa hampa rumah itu tanpa Senja. Betapa ia terbiasa dengan sosok perempuan itu meski ia tak pernah mengakuinya. Dan pagi ini, untuk pertama kalinya, ia merasakan kehilangan yang tak ia pahami.

Rasanya… tidak nyaman. Rasanya… mengganggu.

Dan untuk sesaat, Saka bertanya pada dirinya sendiri:

Apa yang sebenarnya aku cari selama ini?

Sementara itu, di sisi lain Senja berusaha menjalani harinya seperti biasa. Hari ini Rara tak hanya mengantarnya ke lokasi syuting, tapi juga menemaninya.

Meskipun wajahnya terlihat sembab. Namun Senja mencoba bersikap profesional.

Hiruk-pikuk kru, suara teknisi yang mengatur alat, dan aroma kopi dari meja konsumsi menyambutnya.

Lokasi syuting sedang sibuk di mana lampu-lampu sorot menyala, kru berlarian, dan Senja sedang menunggu tim Wardrobe yang sedang menyiapkan kostum untuknya.

Dari kejauhan, Citra melangkah mendekat dengan senyum sinis yang tak ia sembunyikan.

“Senjaaa…” panggilnya manis, tapi tajam.

Ia duduk tepat di samping Senja, lalu mengeluarkan ponselnya.

“Aku mau kasih lihat sesuatu. Kamu pasti suka.”

Senja menoleh pelan. “Apa?”

Citra memutar sebuah video: sebuah rumah besar, desain modern minimalis, dengan taman luas dan kaca-kaca tinggi yang memantulkan cahaya. Ia memperlihatkannya sambil memainkan rambutnya.

“Ini rumah yang akan aku tempati nanti… sama Saka,” ucapnya sombong.

“Bagus ya? Dia yang pilih sendiri. Karena dia bilang… aku cocok tinggal di tempat seindah itu.”

Citra tersenyum puas, memperhatikan reaksi Senja.

Tapi Senja hanya menatap layar itu beberapa detik, lalu menutup pelan tangan Citra yang memegang ponsel.

“Rumahnya memang cantik,” kata Senja lembut.

“Tapi kamu lupa satu hal penting, Citra.”

Citra mendengus. “Apa lagi?”

Senja tersenyum—senyum tenang, tidak defensif, tidak terprovokasi.

“Saka bisa memilih perempuan mana pun untuk diajak jalan… atau dijadikan kekasih sementara. Itu haknya.”

Ia menatap langsung ke mata Citra. “Tapi yang dia bawa ke akad? Itu cuma satu. Dan perempuan itu aku.”

Wajah Citra menegang.

Senja melanjutkan, suaranya tetap halus, tapi mengiris:

“Jadi sebelum terlalu bangga sama rumah itu… kamu harus ingat sesuatu.”

“Apa?” Citra bertanya ketus.

“Statusmu.”

Senja mencondongkan tubuh sedikit.

“Kamu kekasih yang tidak pernah dia akui. Sedangkan aku....istri sahnya, yang namanya tercantum di buku nikah kami.”

Citra memerah, mulai kehilangan kata.

Senja berdiri, merapikan bajunya.

“Oh ya,” sambungnya sambil tersenyum sopan.“Dan soal rumah tadi… kalau memang itu rumah pernikahan Saka—”

ia menatap lembut, namun penuh kemenangan halus,

“—kemungkinan besar nanti aku yang tinggal di sana. Bukan kamu!" pungkasnya mengakhiri dengan elegan.

Citra mengepalkan tangan, rahangnya mengeras.Senja melangkah pergi, meninggalkannya dengan amarah yang tertahan.

Beberapa menit setelah Senja meninggalkan tempat duduk mereka, Citra masih berdiri mematung. Tangannya mengepal, napasnya naik-turun, wajahnya merah menahan amarah. Kata-kata Senja terus terngiang di kepalanya.

"Istri sah," gumamnya. Secara tak langsung ia mengakui kekalahannya.

"Rumah itu bisa jadi milikku, tapi bukan tak mungkin akan menjadi miliknya. "

Citra menggigit bibir, lalu menoleh ke kru yang sedang bersiap memasang properti untuk adegan aksi ringan—adegan Senja harus berjalan di tepi set dekor yang cukup sempit dengan lampu rigging di atasnya.

Tatapannya berubah tajam.

Ia memanggil seorang kru baru, lelaki muda yang terlihat gugup di keramaian produksi.

“Hei,” panggil Citra dengan suara manis. “Kamu kru baru ya? Bantu aku sebentar.”

Lelaki itu mengangguk cepat. “Iya, Kak. Ada yang bisa saya bantu?”

Citra menunjuk tali pengaman lampu rigging yang berada tepat di atas lintasan adegan Senja.

“Tali itu biasanya dicek siapa?”

“Biasanya teknisi, Kak. Tapi sebentar lagi dia balik—”

“Gak usah nunggu.”

Citra tersenyum kecil, memiringkan kepala.

“Kamu tahu kan aku siapa?”

Si kru baru menelan ludah. “Tahu, Kak…”

“Bagus.”

Ia mendekat, menurunkan suara.

“Tolong longgarkan sedikit bautnya. Cuma sedikit. Biar lampunya goyang ketika dipakai nanti. Efek dramatis. Paham?”

“Ta—tapi Kak… itu bisa bahaya kalau—”

Citra mengusap bahu lelaki itu, lembut… tapi mengintimidasi.

“Gak akan bahaya kalau sedikit. Kamu lakukan aja. Aku yang tanggung jawab kalau ada yang marah.”

Kru itu ragu, tetapi akhirnya mengangguk pelan.

Citra menjauh, mengawasi dari kejauhan dengan sorot mata penuh perhitungan. Saat lelaki itu berlutut, menyentuh baut rigging, Citra meraih ponselnya dan pura-pura sibuk menelpon, memastikan tindakannya tidak mencuri perhatian.

Beberapa menit kemudian, adegan Senja dipanggil.

“Kak Senja, siap-siap ya! Kita take yang jalan di track set!”

Senja mengangguk, merapikan gaunnya lalu berjalan ke posisi. Rara yang ikut menemaninya hari itu berdiri jauh di belakang kru, memperhatikan dengan antusias.

Lampu-lampu rigging di atas kepala Senja tampak tenang.Namun, Citra melihat sedikit goyangan ketika lampu disentuh teknisi.

Senyum kecil muncul di sudut bibirnya.

“Action!”

Senja mulai melangkah, fokus pada aktingnya.

Detik kedua, semuanya normal.

Detik ketiga, lampu besar di atasnya bergoyang sedikit.

Detik kelima—goyangan itu semakin kuat, terdengar bunyi krekk kecil dari atas.

Rara yang menonton langsung menegang.

“Senja, hati-hati!”

Kru lain menoleh, bingung.

Teknisi berlari, mendongak ke atas.

“Kabelnya kendor! Lampunya gak stabil!”

Senja berhenti, menatap ke atas dengan kaget.

Dalam sepersekian detik, lampu Rigging itu miring—nyaris jatuh ke arahnya.

“AWAS!!”

Lampu besar itu sudah berada di ambang jatuh ketika seorang kru berlari menahan bagian bawahnya. Namun goyangan keras membuat tim produksi panik.

“Matikan listriknya! Cepat!”

“Amankan talent!”

Senja mundur beberapa langkah, wajahnya pucat. Rara langsung menerobos kerumunan dan menarik Senja menjauh.

Di tengah kekacauan itu, suara langkah tergesa terdengar dari pintu masuk set.

“Senja?!”

Zein datang dengan napas memburu, wajah tegang. Ia baru saja tiba di lokasi untuk memastikan progress iklan ketika mendengar teriakan dari dalam studio. Begitu melihat Senja dikepung kru panik, ia langsung mendekat tanpa pikir panjang.

“Apa yang terjadi?!” bentaknya pada salah satu kru.

“K–kami… tidak tahu, Pak. Rigging lampunya tiba-tiba longgar dan hampir jatuh—”

Zein menahan amarahnya. Rahangnya mengeras.

“‘Tiba-tiba’? Lampu sebesar itu tidak pernah ‘tiba-tiba’ longgar.”

Ia melewati barisan kru, berdiri di depan Senja.

“Senja… kamu terluka?”

Suara Zein merendah, dalam, jelas penuh kepanikan yang ia coba sembunyikan.

Senja menggeleng, tetapi tubuhnya masih gemetar.

“A…aku nggak apa-apa… cuma kaget.”

Zein menatapnya lekat-lekat, memastikan sendiri.

Lalu tanpa ragu ia mengambil kedua tangan Senja, memeriksanya satu per satu.“Kalau tadi kamu satu langkah lebih maju…”Ia berhenti, menarik napas panjang. Pandangannya gelap, terisi kekhawatiran bercampur kemarahan.

Citra yang menonton dari kejauhan tersenyum miring,senyum yang langsung memudar ketika melihat cara Zein menatap Senja. Itu bukan tatapan atasan ke bawahan. Itu tatapan seseorang yang takut kehilangan.

Zein menoleh ke arah kepala produksi.

“Mulai sekarang, saya minta double checking untuk semua instalasi keamanan. Dan saya ingin laporan lengkap, siapa yang menyetel rigging ini terakhir kali.”

Nada suaranya dingin dan tajam.

Kepala produksi mengangguk cepat. “Baik, Pak.”

Zein kembali ke Senja, suaranya melembut lagi.

“Kamu mau tetap ikut syuting hari ini?”

Wajahnya serius, menunggu jawaban Senja tanpa memaksa.

“Aku… masih bisa,” jawab Senja pelan. “Tapi… boleh aku duduk dulu?”

“Tentu.”

Zein menahan siku Senja dan membantunya berjalan ke kursi.

Ia bahkan menepis tangan kru lain yang hendak membantu.

“Aku yang pegang. Biar aku.”

Senja menunduk, bingung oleh perhatian sebesar itu.

Rara, dari sisi lain, mengangkat alis, ia semakin curiga Zein tidak sekadar peduli demi profesionalitas.

Zein jongkok di depan Senja, menatapnya dari bawah.

“Kalau kamu merasa sedikit pun nggak nyaman, bilang. Aku hentikan syutingnya.”

Citra mencengkeram ponselnya kuat-kuat, wajahnya makin menegang.

"Loh, kenapa Zein segitunya pada Senja?" gumamnya menggerutu.

Sementara itu, Zein menyadari sesuatu, ruangan itu sedang kacau, kru panik, tapi satu orang tampak terlalu… biasa.

Citra.

Mata Zein mengerut curiga saat melihat Citra berdiri di sudut set, terlalu tenang untuk ukuran seseorang yang hampir menyaksikan kecelakaan besar.

1
Eva Karmita
lanjut otor 🔥💪🥰
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
awas senja...itu hanya akal akalan saka mau harta warisan
partini
Jangan mau kalau mau bicara sama saka dong dia yg bawa kamu kerumah itu ,,be smart senja come on
Eva Karmita
jangan percaya senja bisa aja tu saka cuma mau manfaatkan kamu untuk dapat warisannya
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
apa kerana mau warisan oma🤔
Dwisya Aurizra
aku gk percaya saka, mungkin ini karena egonya atau karena warisan
partini
tuk kepala kebentur apa yah ko bisa ngomong kaya gitu
Yuliana Purnomo
Zein selidiki penyebab tragedi pemotretan senja,, kasih hukuman tanpa ampun biar jera
Dwisya Aurizra
skak matt
Sripuan
Thor senja bercerai aja dengan saka, hadir kan lelaki yang mencintai, menghargai, menghormati sebagai wanita dan istrinya kelak 😍🙏
Yuliana Purnomo
hadir Thor 🥰
👑Meylani Putri Putti: makasih kk 😍
total 1 replies
Ma Em
Biarkan Senja bercerai dgn Saka kasihan Senja hdp nya tertekan dan menderita , semoga Senja dapat pengganti Shaka lelaki yg lbh baik yg mencintai dan menyayangi Senja dgn tulus .
far~Hidayu❤️😘🇵🇸: setuju
total 1 replies
Suwastika
bagus ka novelny, ak syuka
👑Meylani Putri Putti: terimakasih🥰
total 1 replies
Suwastika
thor... senja sm zein aj ya...🤭🤭
Dwisya Aurizra
lanjut thor
Cangkir kopi
nanti lama2 saka bisa mencintaimu senja.
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
rasain Saka selama ini kamu selalu bersangka buruk pada isterinya kamu 😌
partini
makin ilfill ah masa sih
Dwisya Aurizra
perasaan sering barengan terus ya kalo kita sakit, jgn" kita kembar thor🤭
👑Meylani Putri Putti: hehe iya Bu
total 1 replies
far~Hidayu❤️😘🇵🇸
apa yg menyebabkan Oma rencana seperti itu 🤔🤔🤔apa mama saka juga tidak menyukai senja 🤔 kasihan senja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!