 
                            Bukannya mendapat ucapan selamat dan pujian, karena telah berhasil menyelesaikan study nya. Kayvaran Cano Xavier malah langsung diberikan misi penting oleh papahnya untuk menyelesaikan masalah di salah satu cabang perusahaan yang ada di Negara X, lebih tepatnya Kota Xennor. Akan tetapi, ini bukan masalah bisnis melainkan persaingan wilayah dengan beberapa klan mafia yang ada di sana.
Namun, bukan itu letak permasalahan utamanya untuk Kay. Melainkan sang adik Axelion Cano Xavier yang masih berusia 8 tahun yang diam-diam menyelinap naik ke pesawat yang akan mengantarnya ke Kota Xennor tanpa diketahui oleh siapapun. Kay menyadari keberadaan sang adik saat pesawat sudah hampir setengah perjalanan.
“Eeeh … orang utusan Tuan Luca ternyata Papah muda! Lihat, anaknya menggemaskan sekali!”
Setibanya di perusahaan dia malah dikira sebagai karyawan biasa dan bahkan dibilang Papah muda karena Axel memanggilnya Papa?
Apakah Kay bisa menyelesaikan misinya sembari menjaga sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Firasat Buruk Luca
“Emm … Ada apa? Apakah kau sakit?”
Merasa terganggu dengan suara bersin suaminya, dengan mata yang berat Ashlyn pun bertanya untuk memastikan.
“Tidak, Sayang! Mungkin hanya gejala flu ringan, nanti juga akan hilang sendiri. Sebaiknya kau tidur lagi saja, kau pasti lelah,” jawab Luca seraya mengecup kening Ashlyn penuh cinta.
Luca memang tidak merasa dirinya akan sakit, tetapi entah mengapa firasatnya terasa buruk seolah akan sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Spontan Luca teringat dengan keadaan kedua putranya yang masih harus menjalankan misi di Kota Xennor.
Dia pun segera meraih ponselnya untuk menanyakan keadaan Kay maupun Axel di sana. Akan tetapi, beberapa kali dia menghubungi Kay tidak ada satupun panggilannya yang diangkat. Alhasil, Luca beralih menghubungi Max untuk menanyakan keadaan kedua putranya kepada orang kepercayaannya itu.
“Hallo, Tuan! Maaf, saya sedikit lama menerima panggilan telepon anda.” Akhirnya terdengar suara Max setelah panggilan kedua yang Luca lakukan.
“Apakah telah terjadi sesuatu di sana? Kay bahkan tidak menerima panggilan teleponku?” Luca langsung saja menanyakan keadaan anaknya.
“Aaah, semalam kami baru saja melakukan pertemuan dengan mereka. Namun, akhirnya tidak terjadi kesepakatan apapun dan malah berakhir dengan pertarungan. Dan Kay terluka karena menyelamatkan seseorang, dia sedang mendapatkan perawatan di rumah sakit ditemani oleh Levi dan Noah,” jelas Max yang tidak mungkin menutupi kondisi Kay dari ayahnya sendiri.
“Apa? Lalu bagaimana dengan keadaannya sekarang? Dan bagaimana dengan Axel?” cecar Luca yang jelas panik bukan main.
Dia bahkan memutuskan menjauh dari Ashlyn yang kembali terlelap agar kabar buruk itu tidak sampai terdengar pada istrinya. Bisa mengamuk Ashlyn, jika sampai tahu kalau Kay terluka gara-gara misi yang dia berikan. Padahal amukan Ashlyn mungkin akan benar-benar terjadi karena sebab lain.
“Kata Levi lukanya tidak terlalu parah, tapi harus tetap mendapatkan perawatan selama beberapa hari. Axel juga bersama dengan mereka, karena aku dan Matt harus mengurus yang lainnya bersama Joseph dan orang-orang anda yang ada di sini.” Matt kembali menjelaskan sesuai apa yang terjadi.
“Apakah situasinya separah itu? Jika memang tidak memungkinkan untuk memenangkan wilayah di sana, sebaiknya kalian kembali saja! Tidak masalah jika harus mengalami kerugian daripada harus memakan lebih banyak korban,” ujar Luca yang sangat mengkhawatirkan kedua putranya.
“Tidak mungkin kami kembali begitu saja setelah situasinya semakin memanas, Tuan! Mereka bahkan kini sepertinya mulai menargetkan warga biasa untuk memancing pertarungan dengan pihak kita lagi.” Max secara tidak langsung menolak rencana tersebut, “Mereka tidak segan membunuh siapapun yang sempat berhubungan dengan pihak kita,” sambungnya.
“Apakah mereka bukan manusia? Bagaimana bisa mereka menjadikan nyawa manusia sebagai bahan taruhannya?”
Nada bicara Luca sedikit meninggi, dia sungguh tidak menyangka akan semakin rumit urusannya setelah dia mengirim putranya.
“Dia tidak hanya ingin menguasai Kota Xennor, tetapi juga seolah ingin menantang kita.” Max menambahkan.
“Sepertinya aku harus segera turun tangan untuk menyelesaikan ini sebelum pertarungan yang tidak diinginkan semakin panas,” ujar Luca sembari mempertimbangkan segalanya terutama dengan laporan terbaru yang Max sampaikan barusan. Putra sulungnya bahkan kini terluka, bahkan putra bungsunya juga masih berada di Kota tersebut.
“Max, terus laporkan padaku apa yang terjadi! Dan pastikan untuk kedepannya kedua putraku jangan sampai terluka lagi,” sambungnya.
Tidak lupa Luca memberikan peringatan kepada Matt dan Max agar tidak lengah lagi dalam melindungi Kay maupun Axel. Karena tujuan Luca mengirim mereka berdua tidak hanya untuk membantu menyelesaikan misi. Akan tetapi, tujuan utamanya adalah memastikan kedua putranya baik-baik saja selama menjalankan misi tersebut.
“Baik, Tuan! Saya mengerti, kami pastikan kedua putramu tidak akan terluka kedepannya.” Max menjawabnya dengan mantap.
Setelah itu, sambungan telepon Luca putuskan begitu saja secara sepihak. Jujur saja, Luca sangat khawatir dan juga marah saat mendengar putra sulungnya terluka oleh musuh. Namun, itu bukan apa-apa karena akan lebih mengerikan kalau Ashlyn mengetahui tentang semua itu.
Bisa-bisa dia mendapatkan hukuman berlipat ganda yang bahkan tidak bisa dia bayangkan sama sekali. Jangan kira Ashlyn yang lemah lembut akan memilih diam saja saat sedang marah, kemarahan Ashlyn kalau Luca bisa jujur bahkan lebih mengerikan dari kemarahan Mamahnya ataupun Lucia dan yang lainnya.
“Ashlyn, tidak boleh sampai tahu tentang Kay yang terluka di sana. Bisa kiamat hidupku kedepannya,” gumam Luca yang semakin merasakan firasat buruk.
Tak berselang lama setelah sambungan teleponnya terputus dengan Max. Tiba-tiba ponselnya kembali berdering menampilkan nama sang ayah sebagai penelpon. Tanpa menunggu lama, Luca langsung menerima panggilan suara tersebut sampai terdengar jelas suara Papah Rayden yang sepertinya sedang sangat marah.
“Halo Pa—”
“Luca, sebenarnya apa yang kau pikirkan, Hah? Bisa-bisanya kau sampai berbuat sampai sejauh itu … Papah pikir kau tidak akan mungkin bisa melakukan hal memalukan seperti itu,” cecar Rayden dengan penuh amarah.
“Apa ini? Apakah Levi sudah memberitahu Papah tentang apa yang terjadi pada Kay di Kota Xennor? Karena itulah Papah langsung menelponku dan memarahiku seperti ini?”
Luca hanya bisa menebak-nebak dalam hatinya dan hanya itu yang bisa dia pikirkan, karena baru saja Max mengatakan bahwa Levi dan Noah sedang menemani Kay di rumah sakit. Ya, Luca menebak bahwa kemarahan Papah Rayden karena mengetahui cucunya terluka saat menjalankan misi darinya, bukan karena hal lain.
“Pah, Luca tidak ada pilihan ….”
“Apa maksudmu tidak ada pilihan, Hah? Astaga, Luca … Jadi, apa yang Levi dan Noah katakan memang benar?” sela Papah Rayden terdengar menghela napas panjang, seolah baru saja mendapatkan kebenaran tentang kabar buruk yang dibenarkan sendiri oleh Luca.
Luca yang mengira bahwa Papahnya sedang membahas tentang dirinya yang mengirimkan Kay bersama Axel ke Kota Xennor dan bahkan sekarang putra sulungnya itu sampai terluka. Lantas dirinya hanya bisa meminta maaf dengan penuh penyesalan, “Maaf, Pah! Aku tidak bisa melepaskannya begitu saja, karena itulah aku—”
“Cukup, Luca! Datang ke Mansion Papah sekarang juga karena Mamahmu juga ingin mendengar secara langsung alasanmu melakukan hal memalukan itu!” potong Papah Rayden dengan tegas, jelas tersirat kemarahan dalam kalimat yang dia ucapkan.
“Tapi Pah—”
“Tidak ada tapi-tapi Luca Cano Xavier … atau Mamah dan Papah yang akan menemuimu sekarang juga. Namun, bisa Mamah pastikan Mamah tidak akan pernah memaafkanmu meski kau memberikan ribuan alasan.” Suara itu jelas dari Mamah Zhia yang langsung merebut ponsel itu dari tangan Rayden.
Sontak Luca hanya bisa meneguk ludahnya dengan kasar. Selain takut akan kemarahan istrinya—Ashlyn, Luca sudah sejak kecil sangat takut dengan kemarahan ibunya—Mamah Zhia. Dengan gugup Luca menjawab, “Baik, Mah! Luca dan Ashlyn akan ke sana sekarang juga.”
Bersambung ….
Aku yakin sih, Axel pasti ada rencana lain, agar terhindar dari permainan yang dilakukan Spencer itu... 👍
Axlyn tidak salah dirimu minta bantuan sama keluarga Xavier untuk menyelamatkan kakakmu Sherin yang akhirnya berjodoh dengan Noah 🤣🤭
Kamu jangan macam-macam sama anggota keluarga Xavier, kalo mereka udah ngamuk, kamu dan para anak buahmu bakal hancur...