NovelToon NovelToon
Nuha Istri Tersayang

Nuha Istri Tersayang

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Identitas Tersembunyi / Pelakor / Romansa / Cintapertama / Mengubah Takdir
Popularitas:21.6k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

Menikah? Yeah!
Berumah tangga? Nanti dulu.

Begitulah kisah Inara Nuha (21 tahun) dan Rui Naru (25 tahun). Setelah malam pertama pernikahan mereka, kedatangan Soora Naomi mengguncang segalanya. Menghancurkan ketenangan dan kepercayaan di hati Nuha.

Amarah dan luka yang tak tertahankan membuat gadis itu mengalami amnesia selektif. Ia melupakan segalanya tentang Naru dan Naomi.

Nama, kenangan, bahkan rasa cinta yang dulu begitu kuat semuanya lenyap, tersapu bersama rasa sakit yang mendalam.

Kini, Nuha berjuang menata hidupnya kembali, mengejar studi dan impiannya. Sementara Naru, di sisi ia harus memperjuangkan cintanya kembali, ia harus bekerja keras membangun istana surga impikan meski sang ratu telah melupakan dirinya.

Mampukah cinta yang patah itu bertaut kembali?
Ataukah takdir justru membawa mereka ke arah yang tak pernah terbayangkan?

Ikuti kisah penuh romansa, luka, dan penuh intrik ini bersama-sama 🤗😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

30 Drama Naomi

Drama Naomi, “Naru! Apa yang terjadi sama kaki kamu?” suaranya melengking dari arah pintu. “Kenapa kamu harus ninggalin rumah ini? Padahal aku udah berusaha jadi istri yang baik bagimu! Aku nungguin kamu! Aku lakuin semua demi kamu!” Langkah Naomi semakin dekat.

Tapi sebelum ia sempat menjangkau Naru, Nuha maju satu langkah ke depan. Tegap, menahan posisi menjadi tameng bagi suaminya.

Naru sempat menahan napas, jelas khawatir. Tapi yang membuatnya terkejut, Nuha sama sekali tak gentar. Matanya lurus menatap Naomi.

“Kamu itu nggak capek, ya, ngomongin Naru mulu?” suara Nuha tenang tapi tajam. “Apa aku harus suruh dia bikin bunshin biar kamu bisa puas ngomong sama tiruannya? Pria menyebalkan!” Ia menuding Naru sekilas, dan pria itu hanya bisa menghela napas pasrah.

Naomi semakin histeris, “Naru! Jangan tinggalin aku! Bayimu mau lahir! Tetaplah disisiku..."

Nuha menatap Naomi datar, lalu beralih ke arah Naru. “Kamu dengar itu?” suaranya pelan tapi menusuk. “Apa itu… bayimu, Naru?”

“Bukan bayiku.” Naru menggeleng tegas.

“Jelas kan,” Nuha menatap bergantian antara Naomi dan Naru. “Apa dia istrimu? Apa kamu akan menikahinya?”

Naru berdiri tegak, suara beratnya menggetarkan udara. “Inara Nuha adalah istriku satu-satunya.”

Naomi membeku, wajahnya pucat. Dalam hati dia mengutuk, "Sialan kamu, Nuha! Aku akan membalasmu! Aku akan membuatmu menangis kehilangan keluargamu!"

“Oke, fiks!” ucap Nuha akhirnya, menarik napas panjang. Ia melangkah masuk ke mobil tanpa menoleh lagi. “Cukup untuk drama harianmu, Naomi.” Dia melipat tangan dengan sebal.

Dina menahan tawa, sementara Naru menatapnya bingung. “Dina, kenapa kamu ketawa? Jantung kakak hampir copot tahu!” katanya sambil memegangi dadanya, khawatir kalau Nuha akan mengungkit trauma lama.

Dina terkekeh kecil. “Yaa, begitulah, Kak. Drama ini cuma aku dan Bunda yang tahu ending-nya.”

Mobil pun melaju...

pelan meninggalkan rumah itu. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Naru merasa bebas. Bukan karena pergi, tapi karena akhirnya, gadis yang selama ini berhasil menghabiskan cintanya di masa sekolah tetap berdiri di sisinya.

Sampai di sebuah perumahan, mereka turun dari mobil. Rumah satu lantai bergaya cluster di kawasan Mega Bisnis itu milik Dilan. Entah kenapa, kekayaan pria itu seperti tak ada habisnya. Kerajaan bisnis keluarganya mencakup rumah sakit, apartemen, yayasan sekolah elit, hingga perumahan mewah.

Dilan menyerahkan sebuah kunci kepada Naru. “Lo yakin nggak mau rumah yang lebih besar?” tanyanya sambil mengangkat alis.

Naru tersenyum tipis. “Aku cuma pengin sesuatu yang sederhana. Kemewahan cuma bikin semuanya jadi rumit.”

Dilan tertawa, menepuk bahunya. “Astaga, ucapan lo, bro! Udah kayak filsuf gagal.”

Mereka pun masuk ke dalam rumah. Naru menoleh ke arah keluarganya. “Bunda, Nuha, Dina… maaf ya, tempatnya mungkin terlalu sederhana.”

Nuha terpaku begitu melihat interiornya. “Ini-- ini rumahnya jauh lebih bagus dari rumahku, Naru! Kenapa kamu bilang sederhana?”

Ya, mungkin bagi keluarga Naru ini memang sederhana, karena rumah lamanya tak ubahnya seperti istana.

Bunda tersenyum lembut dan berkata dengan nada bijak, “Kesederhanaan itu bukan soal ukuran rumah, Naru.kun, tapi soal hati yang tenang di dalamnya.”

Jemarinya menyentuh dinding ruang tamu yang masih harum cat baru. “Kita akan mengisinya dengan hati yang lapang. Kita bisa hidup damai, jauh dari intrik dan bayangan masa lalu… Bunda rasa, ini lebih megah dari istana mana pun.”

Dina langsung memeluk bundanya dari belakang, mengangguk penuh setuju. “Bener banget! Rumah kecil tapi penuh tawa, lebih indah daripada rumah besar yang penuh tangis.”

Naru menatap Nuha yang masih berdiri di ambang pintu, matanya menyapu tiap sudut ruangan seolah tak percaya ini nyata. “Nuha,” panggil Naru pelan. “Kamu suka tempat ini?”

Nuha menoleh, ketika matanya bertabrakan dengan tatapan suaminya entah kenapa jantungnya berdegup kencang. “Aku suka...” angguknya.

Ucapan itu membuat dada Naru terasa hangat. Ia menatapnya lama, seperti ingin memastikan bahwa kali ini, kedamaian benar-benar bisa mereka miliki.

Dilan yang dari tadi menyandarkan tubuh di dinding, ikut berkomentar. “Wah, kalau gini terus, gue jadi pengen tinggal di sini juga. Rumah ini vibes-nya tenang banget, akhirnya kalian bisa nemuin surga kecil di cluster gue. Gue jadi bangga sendiri.”

Hari-hari pun berlalu.

Ketiga sahabat Nuha datang berkunjung, membawa suasana riuh penuh canda dan tawa. Dilan ikut nimbrung bersama mereka. Entah untuk apa, kini pria itu semakin dekat dengan Naru. Sejak menolong Kakek Darmawan, lingkaran takdir seakan sedang mengikat mereka berdua.

“Nih, Nuha. Gue bawain sifon kesukaanmu,” ujar Asa sambil menyodorkan kotak kue hasil perjuangannya sendiri.

“Kamu bikin kue sendiri? Hebat banget, Asa,” puji Nuha dengan mata berbinar.

“Tentu saja. Sekalian nambah menu baru buat kafe-ku. Biar income-nya makin gede dan cepet bisa balikin modal ke Naru.” alis Asa terangkat-angkat menatap Naru sambil terkekeh, menyindir dengan cara yang manis.

Naru jelas jadi tak enak hati.

“Hahaha...” Asa tertawa. Lalu, “Gue juga bikin nastar, brownies, dan yang paling legend, floss roll spesialku!” katanya bangga.

“Lo semangat banget” ujar Sifa sambil mengunyah nastar. Tapi ekspresinya justru suram. Ia menatap Naru dengan mata penuh 'dendam.' “Nuha! Suamimu itu bos paling kejam yang pernah ada!”

Naru mendengar tapi memilih pura-pura tak peduli, tetap melanjutkan obrolannya dengan Dilan. Meski sedikit jengkel karena Dilan ikut nimbrung, setidaknya ia punya teman bicara sementara istrinya asyik dengan sahabat-sahabatnya.

“Memangnya kenapa?” tanya Nuha, sedikit penasaran dengan polosnya.

“Dia ngancam aku supaya punya pacar!” keluh Sifa. “Katanya, mulai sekarang aku yang jadi asprinya harus bawa seseorang yang beneran mencintaiku. Aku kan jadi syok, Nuha! Aku tuh lagi betah menjomblo!”

Nuha menahan tawa, tapi matanya berbinar geli. Entah kenapa, hatinya terasa ringan mendengarnya.

Sifa yang jeli langsung menangkap reaksi itu. Ia tersenyum tipis. Ia tahu, maksud Naru sebenarnya baik, agar hubungan profesional mereka tak lagi menimbulkan rasa cemburu di hati Nuha.

Fani duduk lebih dekat ke arah Nuha, menatap lembut sambil membuka percakapan, “Gimana kuliahmu, Nuha? Aku denger kelasmu agak berat, ya? Katanya tugasnya banyak banget.”

Telinga Naru langsung siaga. Ia tak menoleh, tapi jelas-jelas mendengarkan. Istrinya itu jarang sekali mau bercerita tentang dirinya sendiri, apalagi soal kampus.

“Yaa… biasa aja sih,” jawab Nuha santai sambil makan kue, “Agak rumit, tapi aku santai kok.”

Naru menahan napas. Dalam hatinya gemas sendiri. Kalimatnya cuma segitu? Ayo dong, Nuha, sedikit aja cerita tentang dirimu…

Fani tersenyum. Ia tahu benar sifat Nuha yang tertutup. “Apa kita perlu bicara berdua nanti? Aku cuma khawatir kamu kebanyakan mikirin sesuatu sendirian.”

“Hehe, nggak kok. Aku baik-baik aja,” Nuha tertawa kecil yang terdengar dipaksakan.

Fani mencoba lagi, “Kamu tahu, aku malah bosen banget di kelasku. Kelas Bahasa Inggris isinya serius semua. Nggak ada yang lucu.”

“Namanya juga fakultas pendidikan,” sahut Nuha. “Beda banget sama kelas praktek di jurusanku. Dramanya kayak waktu kita di SMK dulu.”

“Wah, serius? Aku jadi iri deh? Apa ada yang nyebelin juga?” tanya Fani penasaran.

“Ad--” Nuha hampir keceplosan, lalu buru-buru mingkem. Ia tahu, kalau sampai cerita, obrolan bakal melebar ke hal yang sensitif.

Dari sofa, Naru pura-pura fokus mendengar Dilan bicara, tapi telinganya makin “panjang”.

Nuha tersenyum gugup. “Santai sih, nggak ada yang nyebelin.”

Fani tak menyerah. “Hmm… terus, ada cowok ganteng di sana? Idola kelas, ato idola kampus mungkin? Mahasiswa charming gitu? Asik kali ya, kalau punya cinta-cintaan di kampus.”

“Ci--” Nuha menelan ludah. Matanya bergerak gelisah, tak tahu harus melihat ke mana. Ingatannya sekelebat menyinggung Wisnu yang terlalu sering muncul di pikirannya akhir-akhir ini.

Naru menangkap semua gerak kecil itu. Ia tetap diam, tapi sorot matanya tajam, penuh tanya.

Sementara Nuha, dadanya terasa sesak. Perutnya tiba-tiba mual. Bukan karena sakit, tapi karena perasaan bersalah yang datang begitu saja.

Warna wajahnya memucat. “Aku… aku ke kamar mandi dulu, ya,” ucapnya pelan sambil beranjak.

Naru spontan menoleh.

Sorot matanya penuh curiga. Ada sesuatu yang terasa janggal. Cara Nuha bicara, cara matanya menghindar… seolah dia menyembunyikan sesuatu. Dan pikiran Naru, sialnya! langsung merujuk pada topik 'cinta di kampus.'

Ia ingin menyusul, tapi lutut dan paha kirinya yang masih sakit membuat langkahnya berat. Hanya bisa menghela napas, menahan dorongan untuk bertanya. Apa sih yang kamu sembunyiin, Nuha…?

Di kamar mandi,

Nuha menatap wajahnya di cermin. Dingin. Pucat. Nafasnya tersengal pelan. “Kenapa aku jadi pusing begini?” Tangannya memegang perut tanpa sadar.

“Nggak perlu segugup ini kan cuma karena obrolan tadi?” pikirnya, mencoba meyakinkan diri. Tapi detak jantungnya terlalu cepat.

“Jangan-jangan… ada sesuatu di kue Asa?” Ia mencoba bercanda dalam hati, tapi tawanya tertahan. “Tapi kue itu enak banget sih…”

Ia menatap bayangannya sekali lagi. “Kenapa rasanya… kayak ada yang aneh di tubuhku?”

.

.

.

. ~Bersambung...

1
Peter_33
AKU HARUS TAU, JANGAN GITU DONG PLSSS 😫😫🔥🔥
Peter_33
HELLO??? siapa itu??? 🧐🧐
siapa nih? mantan? saudara? musuh? orang random yang tiba-tiba jadi penting? PLOT TWIST PLS???!!
Peter_33
AAAAA anxiety gue reboot lagi pls jangan sekarang T__T
Peter_33: bahaya bahaya bahaya 🚨
total 1 replies
Peter_33
aku bangga banget istriku suka sapi 😭💐
Peter_33
Nuha: “aku duduk di kamar tamu aja ya guys… biar aman… biar nggak keliatan aku anxiety-nya kambuh…”
Overthinking-nya udah level hard “aku nggak pantas jadi manusia di ruangan ini” 😭😭
Peter_33
Astaga ini semua sambutannya buat aku?? atau aku halu?? mereka baik tapi aku takut?? kenapa tangan aku gemeter?? apa aku mau pingsan?? 😭🤲
Peter_33
otaknya langsung “what if aku nggak pantas? what if mereka mikir aku sombong? what if aku salah napas??” 😭😵
Peter_33
NAH INI YANG BISA NYEMBUHIN HATI NARA!! Aku langsung ngebayangin Nuha senyum kecil…
Tapi dia berani nggak ya keluar rumah? Kalau dia drop lagi gimana? 🥺
Peter_33
INI CANTIK BANGET SAMPAI BIKIN AKU OVERTHINK, Kalau Nuha tahu, dia bakal bangga atau malah tambah takut? Dia siap nggak sih dilihat orang sebanyak itu? Hati aku mencair tapi juga cemas: 😨💫
Peter_33
OKAYY ngertiiii lanjut tapi pelan-pelan ya bapak ibu 😭🔥🔥 Aku takut merusak adegan dengan pikiran sendiri 🙈😵
Peter_33
Emoji hati: 💗❤
Peter_33
Sumpah pedes tapi bener 👍
Peter_33
NOOOO JANGAN DIPUTER GUE MALU ATAS NAMA KEMANUSIAAN 😫😫😫😫😫
Peter_33
Finallyyyy bang Naru naik level ke ‘Man of The Year’ 😚❤
Peter_33
Tolong yaaa, kamera jangan zoom ke muka aku yang shock juga 😭😭
Peter_33
HELLO???
HELLOOO??? /Curse//Curse//Curse/
Peter_33
Wait… 😩 kok gini?? gagal dek acara nobar cctvnya, huhuhuhuwaaaa!!! 😫😫😫😫😫
Emoji otak ku: 🤨➡️🤯➡️😵‍💫
Peter_33
Vibes-nya... gue ngga fancy, tapi gue bawa kebenaran 😠
Peter_33
boom 💥 boom 💥 boom 💥
Overthinking ku udah bikin teori 50 scene berbeda yang bakal kebongkar 👍
Peter_33
SEMUA ORANG NGIRA ROMANTIS 🤨
INI SIH SERANGAN NINJA YANG SANGAT TENANG TAPI MENGHANCURKAN.
That’s not a gift. That’s a bomb.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!