"Alvaro, kalau kau masih menganggap dirimu anak ayah, maka turuti perintah ini. Ayah tak perduli bagaimana caranya-kau harus menikahi wanita itu. harga diri keluarga ini lebih penting dari egomu!"
---
" Bisakah kau bertahan, demi aku demi kita atau demi anak itu."
" Itu bukan pilihan karena dari awal memang akulah yang salah, aku lah penjahatnya, orang-orang tetap akan tau bahwa akulah pelakornya"
"Jangan tanya kenapa aku tinggal. Tanyakan kenapa hatiku tidak bisa pergi."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lulu yuningtias, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 34
"Nay Lo gimana sih, sudah menjadi istri seorang miliarder. Masih menunggu taksi buat pulang". Goda Lyla yang berada disamping Nayla, Lyla sedang menunggu pacarnya menjemput.
"Sudah deh Lyl, nggak usah mancing-mancing" sungut Nayla. Ia malas mendengar kata menikah saat ini.
"Hehehe becanda Nay, begitu ajah sewot". Lyla menepuk pundak Nayla.
"Siapa yang sewot? Udah ah berisik banget. Tuh pacar Lo datang!". Pekik Nayla sambil menunjuk ke depan.
"Eh, iya my honey sudah datang". Cengir Lyla.
"Gue duluan ya nay, telfon tu laki Lo biar bisa jemput Lo". Teriak Lyla dengan sangat keras sambil melambaikan tangan ke arah Nayla. Nayla yang mendengar teriakan Lyla langsung melihat di sekitar, ia takut ada yang mendengar teriak Lyla.
"Telfon dari Hongkong, nomor nya ajah nggak ada. Dasar mulut ember". Gerutu Nayla menatap kesal ke arah Lyla.
Tin..tin..
Bunyi klakson mobil mengagetkan Nayla ia melihat ke arah mobil yang sangat di kenalnya. Dan itu adalah mobil Pak Rio.
"Butuh tumpangan" Rio membuka pintu mobilnya.
"Iya pa.. eeh, Rio maksudku. Hehehe" Nayla tersenyum canggung pada Rio. Pasalnya dia sering lupa jika bos nya ini meminta untuk tidak memanggil pak jika diluar jam kerja.
Nayla kemudian masuk ke dalam mobil, terjadi keheningan di dalam mobil karena Nayla yang hanya terus diam saja. Sedari tadi ia terus memikirkan, dimana alamat mansion tuan Alvaro...?
Nayla merasa sangat bodoh. Bahkan alamat rumah suaminya sendiri, Ia lupa dimana.
Tapi bagaimana mau ingat, Nayla baru pertama kali datang ke rumah tuan Alvaro saat acara pernikahan selesai. Bahkan di sepanjang jalan menuju rumah itu, Nayla tidak memperhatikan jalan disekitar. Ia hanya terus-menerus memikirkan nasibnya setelah menikah. Ia juga tidak memperhatikan adanya kehidupan lain di sepanjang jalan menuju rumah itu. Bahkan tidak ada mobil lain yang berjalan di jalanan itu. Entahlah orang kaya mah bebas.
"Ah kenapa tidak ke pikiran dari tadi?". Gumam Nayla mengambil handphone dari tas nya lalu mencoba menelepon assisten Leo.
"Tut.. Tut.."
Sudah berapa kali Nayla menelpon Leo tapi tidak di angkat juga.. "mungkin sibuk". Pikir nyala. Akhirnya Nayla mengirim pesan agar Leo dapat membacanya.
Rio yang sedari tadi melihat Nayla sibuk dengan hp merasa aneh dengan sikap gadis yang duduk di samping nya itu.
"Nay, ada apa dengan hp mu, dari tadi aku lihat kau terus-menerus membalikan hp mu?". Tanya Rio. Sebenarnya Rio Marasa sangat penasaran, siapa orang yang sedang di telfon Nayla. Karena Nayla terlihat begitu cemas.
"Bukan apa-apa kok. Aku hanya sedang menunggu balas pesan dari teman". Jawab singkat Nayla.
"benar nih, dari teman. Bukan dari seseorang yang spesial?". tanya canda Rio mencoba menghidupkan suasana.
"orang spesial apanya". jawab Nayla sedikit jengkel "yang ada orang menyebalkan" gumam Nayla pelan begitu mengingat tuan Alvaro.
"apa nay?".
"bukan apa-apa. Kau fokus saja menyetir"
---
Leo yang sedari tadi menerima telfon dari Nayla, sengaja tidak mengangkat karena larang dari tuan Alvaro.
"Cling" bunyi suara pesan masuk
"Tuan, nyonya Nayla mengirim pesan". Kata Leo kepada Tuan Alvaro.
"Apa katanya" tanya Alvaro
"Nyonya meminta agar aku bisa menjemput nya kembali di rumah kontrakan ibunya". Jawab leo
"Dasar bodoh"
biar enak aja kak bacanya.... mnulis itu selain mmbtuhkn kreatifitas tinggi tp tata bahasa jg hrs dprhtikn, shgga mnjadi bacaan yg enak d baca..
Aku udah mampir. Jangan lupa mampir juga