Wanita yang tidak percaya adanya hubungan dalam kata friendzone.
Apa itu friendzone? Apa gak aneh?
"Lo gak hadir sekali, gue bikin masalah."
-Nathan-
Alana tidak pernah menyangka.
diantara semua karakter diriku yang dia ketahui mungkin dia menyelipkan sedikit 'Rasa'.
aku tidak pernah tahu itu. aku cukup populer, tapi kepekaanku kurang.
dimataku, dia hanya sebatas teman kecil yang usil dan menyebalkan. aku tak pernah tahu justru dengan itulah dia mengungkapkan 'Rasa'.
pertemanan kami spesial.
bukan, lebih tepatnya, Friendzone dari sudut pandang 'Dia'.
#dont repost or plagiat this story ❗❗❗
jangan lupa komenn ^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisyazkzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bonus !!!
"Mama mu masih belanja di mall. Kamu mau apa?"
Vian merengek di lantai, menangis karena dilarang membeli ice cream pagi-pagi di luar kantor sang papa.
Nathan sibuk, ada klien bisnis yang ingin bertemu di kantor sebentar lagi. Vian libur sekolah dan istrinya ingin me time ke mall bersama Ola, teman lamanya, jadi anak ini dibawa ke kantor.
Seharusnya Vian diurus oleh perawat child room, tapi dia sendiri yang memaksa ikut dengan ayahnya. Bahkan pagi-pagi sebelum berangkat ke kantor Vian ikut memakai kemeja, dan dasi setelan formal untuk anak.
"pak, apa ingin saya minta sopir untuk antar Tuan muda Vian pulang?" tawar sang sekertaris.
Nathan berjongkok, menawarkan lolipop dari dalam kantong celana hitamnya. "mau?"
Bukannya berhenti menangis, Vian malah membelakangi si papa. ngambek.
Nathan tersenyum smrik, mirip mamanya. Berdiri tanpa lanjut membujuk Vian lalu berjalan diikuti sekertaris.
Ujung-ujungnya permen itu dimakan Nathan sendiri, sementara Vian buru-buru bangun berlari kecil membuntuti sang papa.
Nathan bertemu dengan klien bisnisnya di ruang tamu kantor, sedangkan Vian duduk manis menunggu sebelum akhirnya ia dijemput oleh om muda, si Rayden yang umurnya menginjak dua puluh satu tahun ini sebagai mahasiswa kuliahan.
Kebetulan kampusnya tidak jauh dari kantor. Nathan juga memintanya membawa Vian.
"kak Eden!!!!" seru Vian begitu bertemu Rayden diluar pintu utama kantor perusahaan.
Rayden masih membawa ransel. Tersenyum lebar merentangkan tangannya. "Viannn!!!"
Mereka berpelukan kecil.
"Vian, ayo kita ke mama." kata Eden pendek, sambil memberhentikan mobil taksi.
"kak, apa mama sendirian sekarang?" tanya bocah itu.
Eden terkekeh, "nggak. Mamamu sedang main sekarang."
"mama main?"
Selama perjalanan Vian terus mengajukan banyak pertanyaan mulai dari yang normal sampai yang aneh-aneh. Rayden sampai pusing, berakhir pertanyaan-pertanyaannya dijawab oleh sistem robot pintar di aplikasi handphone Rayden sendiri.
Dua puluh menit kemudian mereka sampai di mall besar pusat perbelanjaan orang-orang berduit, karena barang disana harganya tak main-main.
Rayden turun, membantu keponakan kecilnya turun juga. "Ayo cari mama."
mereka berdua berjalan-jalan di dalam, sejenak si bocah lupa tujuan awal dan malah sibuk melihat etalase toko mainan besar yang diimpor luar negeri.
"papamu memang gak membelikan itu?" tanya Rayden.
"nggak, papa beli semua." jawab Vian polos.
"yasudah ayo kita lanjut jalan. Mau ketemu mama kan?"
Lanjut berjalan lagi. Walaupun setiap toko yang membuat Vian tertarik pasti mereka jadi berhenti sebentar.
Pas ada gerai ice cream, Vian seketika ribut minta dibelikan. Karena Rayden tipikal anak muda yang nggak mau ribet dan kasihan sama anak kecil, akhirnya dia belikan dengan syarat jangan sampai papanya tahu.
karena, Nathan akan memberhentikan uang jajannya sampai mampus. Mengerikan tanpa uang.
Vian duduk melahap ice cream. Sementara Rayden menelfon Alana.
"kak? Dimana? Anak kakak ngambek dimarahin papanya."
"Iya, aku kesana." jawab sang mama.
Tidak lama, terlihat seorang perempuan cantik dengan long hair layer cut, dia memakai long Coat blazer full black bertali samping pula, dan sepatu boots hitam metalik. menenteng beberapa paper bag hasil belanjanya.
"Hai sayang."
Vian memeluk kaki sang mama. "Mama! Mama tidak dijahati kan?"
Rayden mendengus. "kamu pikir mamamu diam saja? pernah lihat mamamu berantem nggak? Dasar bocah.."
Alana mencubit lengan Rayden.
Akhirnya mereka makan siang bersama sebelum pulang di restoran daging. Vian berjalan mengawal di depan sambil membawakan barang tentengan mamanya bagai prajurit setia.
***
-terima kasih 🙏🏻
pic by pin