NovelToon NovelToon
Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Sebatas Pendamping (Derita Yang Tak Berujung)

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pengganti / Obsesi
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Cty S'lalu Ctya

Pahit nya kehidupan yang membelengguku seolah enggan sirna dimana keindahan yang dulu pernah singgah menemani hari-hari ku terhempas sudah kalah mendapati takdir yang begitu kejam merenggut semua yang ku miliki satu persatu sirna, kebahagiaan bersama keluarga lenyap, tapi aku harus bertahan demi seseorang yang sangat berarti untuk ku, meski jalan yang ku lalui lebih sulit lagi ketika menjadi seorang istri seorang yang begitu membenci diri ini. Tak ada kasih sayang bahkan hari-hari terisi dengan luka dan lara yang seolah tak berujung. Ya, sadar diri ini hanya lah sebatas pendamping yang tak pernah di anggap. Tapi aku harus ikhlas menjalani semua ini. Meski aku tak tahu sampai kapan aku berharap..
Adakah kebahagiaan lagi untuk ku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cty S'lalu Ctya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mendinginkan Pikiran

Tok.. Tok.. Tok..

Alana membuka pintu ruangan Yoga, dia melangkah masuk.

"Permisi pak.."

Yoga yang sedari tadi menunggu pun segera menyuruh Alana duduk di samping nya.

"Duduk, cepat makan!" perintah Yoga saat Alana melangkah masuk.

"Tapi.." kata Alana menggantung ketika melihat tatapan tajam Yoga.

"Saya sudah makan" lanjut Alana menunduk.

"Kau tahu aku tak suka penolakan" tekan Yoga. Alana menghela nafas panjang, mau tak mau dia duduk di samping Yoga. Yoga mulai membuka bungkus nasi, dan yang satu di berikan pada Alana. Yoga mulai menyuap nasi miliknya sedangkan dia menatap nasi milik Alana belum di buka.

"Makanlah!" lagi perintahnya pada Alana.

"Berapa kali saya bilang saya sudah makan" timpal Alana. Yoga menghentikan kunyahan nya, entah kenapa rasa laparnya sudah menghilang berganti rasa kesal. Dia pun beranjak dari sofa.

"Bereskan!" perintah nya seraya kembali ke meja dan duduk di kursi melanjutkan pekerjaan nya. Alana yang di buat bengong melihat Yoga yang baru memakan sedikit makanan nya dan pergi begitu saja.

"Tapi ini baru anda makan sedikit pak" ujar Alana. Tak ada balasan Yoga memilih acuh dan kembali sibuk dengan pekerjaan nya. Alana hanya menghela nafas dalam. Lalu membereskan makanan sisa Yoga.

"Buang semua!" seru Yoga.

"Daripada di buang mending dikasih ke orang pak" timpal Alana seraya membawa nasi bungkus yang belum di buka, sedangkan yang sisa Yoga dia buang ke tempat sampah.

"Jika tidak ada yang lain, saya permisi,masih banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan!" lanjut Alana pamit keluar. Yoga mencengkram kuat pena yang ada di tangan kanan nya menahan rasa kesal juga kecewa. Niat hati dia ingin makan siang bersama istrinya tapi semua itu sia-sia dengan penolakan dari Alana. Alana meninggalkan ruangan Yoga. Dia juga sempat menggerutu

"Kenapa perubahan mu begitu signifikan, padahal dulu kau selalu menghargai apa pun itu termasuk makanan, apa uang yang merubah mu seperti ini" guman lirih Alana seraya melangkah kembali ke pantry untuk melanjutkan pekerjaan nya mencuci gelas dan cangkir. Sedangkan nasi bungkus yang dia bawah akan di kasihkan pada pak satpam di bawah.

Jam kerja pun usai para pegawai berhamburan keluar dari pabrik, suasana parkiran pun begitu ramai dengan lalu lalang kendaraan ataupun pegawai yang berjalan menunggu ojek atau angkot dan juga banyak yang berjalan ke halte menunggu bus. Pabrik Yoga memang salah satu pabrik terbesar di daerah ini pegawainya pun hampir seribu karyawan. Alana bersiap untuk pulang, sengaja dia memang tidak bareng sama teman-teman nya karena dia menunggu Yoga tak mungkin Alana pulang sendiri sedangkan anak nya masih ada di rumah pak Johan. Alana menunggu Yoga di lobi sampai suasana pabrik sudah sepi tapi Yoga tak kunjung keluar.

"Mbak Yumna gak pulang?" tanya security menghampiri Alana.

"Bentar lagi pak" jawab Alana.

"Mbak nunggu pak bos ya?" tanya security yang sering melihat Alana bersama dengan Yoga. Alana terdiam, dia ingin mencari alasan agar security tidak berpikiran macam-macam tapi gemah langkah kaki membuat Alana dan security itu mengarah ke sumber suara.

"Pak bos" sapa security itu pada Yoga. Yoga tak menjawab dia, beralih menatap Alana.

"Ayo cepat!" seru Yoga berlalu terlebih dahulu. Alana hanya mengikuti langkah kaki Yoga dari belakang. Sedangkan security kembali ke posnya sesudah menutup pintu yang ada di lobi kantor.

Didalam mobil hening, tak ada yang bersuara, Yoga yang fokus dengan kemudi, sedangkan Alana menyenderkan punggungnya di sandaran jok seraya menatap ke luar jendela dimana pemandangan jalanan yang ramai sore itu. Sejujurnya perasaan Alana sedikit terpikirkan oleh anak nya, ingin menghubungi nyonya Maryam untuk menanyakan keadaan Emir tapi dia tidak punya nomor nyonya Maryam sehingga membuatnya berani bertanya pada Yoga, siapa tahu nyonya Maryam atau pak Johan mengirim kabar tentang Emir.

"Apa nyonya Maryam mengirim kabar tentang Emir?" tanya Alana memecah keheningan.

"Hem.." timpal Yoga.

"Apakah Emir tidak menyusahkan mereka?" lagi Alana bertanya dengan khawatir. Yoga tak menanggapi dia hanya fokus pada jalanan yang mulai macet.

"Tolong berikan nomor milik Nyonya Maryam!" lanjut Alana pada Yoga, setidaknya dia bisa bertanya langsung pada nyonya Maryam.

"Bisa diam gak!" tegur Yoga meski tidak keras tapi cukup menekan.

"Aku hanya ingin tahu keadaan anak ku" balas lirih Alana.

"Mama dan papa tidak akan menyakiti anak mu" timpal Yoga membuang nafas kasar. Kedua tangan Alana mencengkram kuat ujung kemejanya menahan sakit di hatinya oleh perkataan tajam yang selalu di berikan Yoga. Alana tak menimpali lebih memilih menatap ke arah jendela dengan menahan embun dimatanya agar tidak jatuh.

Akhirnya mobil Yoga memasuki halaman luas rumah pak Johan, disana sudah ada penjaga yang membukakan pintu mobil untuk mereka.

"Selamat datang mas Yoga dan mbak Alana" sambut penjaga seraya membungkuk hormat pada mereka.

"Terima kasih pak, dimana pak Johan dan nyonya" balas Yoga

"Ada di ruang keluarga bersama den Emir mas" jawab penjaga itu.

"Terima kasih pak" balas Yoga segera masuk di ikuti Alana, penjaga itu mengangguk sebagai balasan.

"Nah, itu papa dan ibu.." kata pak Johan memberi tahu Emir ketika melihat Yoga dan Alana berjalan masuk menghampiri mereka di ruang keluarga.

"Ibu.." panggil Emir. Dengan senyum lembut Alana menghampiri Emir yang terlihat begitu ceria.

"Emir terlihat begitu ceria" tanya Alana lembut pada Emir. Emir pun mengangguk antusias dia menceritakan pengalaman nya tadi di taman safari. Sedangkan Yoga menyalami pak Johan dan nyonya Maryam.

"Emir, sini lagi sama Oma, ibu dan papa biar bersih-bersih dulu ya!" ujar nyonya Maryam lembut menghampiri Emir. Emir pun menurut. Alana lalu menyalami nyonya Maryam dan pak Johan sebelum ke kamar.

"Kalian bersih-bersih dulu, sebentar lagi magrib kita jamaah di musholah yang ada di rumah saja!" tukas pak Johan pada Yoga dan Alana. Mereka mengangguk lalu berjalan beriringan menaiki tangga menuju kamar Yoga.

"Emir, sini duduk lagi sama opa" ujar pak Johan menepuk sebelah nya. Emir dan nyonya Maryam pun duduk di samping pak Johan mereka kembali menikmati sore dengan menonton TV.

Di kamar Yoga lebih dahulu masuk ke kamar mandi, dia ingin mendinginkan pikiran nya dengan air dingin. Sedangkan Alana memilih menyiapkan baju ganti untuk Yoga, karena dia lelah selalu di salah kan atau berdebat dengan Yoga. Alana masuk ke dalam walk in closed hendak mengambil baju ganti Yoga, Saat di dalam dia tertegun.

"Apa semua ini untuk ku, atau-"

1
Retno Harningsih
up
Retno Harningsih
lanjut
AZLEN HASLINA BT. AWANG KPM-Guru
hebat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!