NovelToon NovelToon
Forget Me Not

Forget Me Not

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Single Mom / Janda / Romansa
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Komalasari

Karena sebidang tanah, Emilia harus berurusan dengan pemilik salah satu peternakan terbesar di Oxfordshire, yaitu Hardin Rogers. Dia rela melakukan apa pun, agar ibu mertuanya dapat mempertahankan tanah tersebut dari incaran Hardin.

Hardin yang merupakan pengusaha cerdas, menawarkan kesepakatan kepada Emilia, setelah mengetahui sisi kelam wanita itu. Hardin mengambil kesempatan agar bisa menguasai keadaan.

Kesepakatan seperti apakah yang Hardin tawarkan? Apakah itu akan membuat Emilia luluh dan mengalah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komalasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 30 : Undangan dari Tuan Rogers

“Siapa?” tanya Grayson, yang tengah berusaha mengakrabkan diri kepada Blossom.

Namun, Blossom tidak menjawab. Gadis kecil itu justru menatap aneh, kemudian berlalu dari hadapan Emilia dan Grayson. Sepertinya, dia tidak tertarik menanggapi pertanyaan sang ayah, yang saat ini masih jadi orang asing baginya.

Grayson mengembuskan napas berat dan dalam. Perasaannya tak pernah segundah seperti sekarang. Setelah bertemu dan melihat langsung sikap Blossom, dia merasa gagal sebagai seorang ayah. Penyesalannya jadi kian tak terbendung. Namun, semua sudah telanjur.

“Sebentar,” pamit Emilia, kemudian berlalu keluar kamar. Dengan perasaan campur aduk, wanita bertubuh langsing itu menuju beranda depan. Dia sudah membayangkan paras tampan Hardin yang akan menyambutnya.

Akan tetapi, Emilia keliru. Pada kenyataannya, bukan Hardin yang menunggu di luar, melainkan Albert.

“Selamat sore, Nyonya,” sapa Albert sopan.

“Selamat sore,” balas Emilia, diiringi raut keheranan. “Ada yang bisa kubantu?”

“Ya, Nyonya.” Albert tersenyum hangat. “Tuan Rogers menunggu kedatanganmu besok pagi pukul 09.00 di rumah peternakan.”

“Untuk apa?” tanya Emilia. Ekspresi keheranannya berubah jadi penasaran.

“Datang saja besok. Usahakan tepat waktu karena Tuan Rogers masih memiliki agenda lain yang tidak kalah penting.”

Jawaban Albert membuat Emilia terus bertanya-tanya, bahkan hingga malam tiba. Wanita cantik 25 tahun itu tak bisa memejamkan mata. Dia berbaring menghadap kanan dan kiri.

Situasi itu ditambah dengan ketidakbiasaan Emilia atas kehadiran orang lain di kamar. Setelah sekian lama selalu menghabiskan malam seorang diri, kali ini ada Grayson yang tidur di sebelahnya. Emilia merasa aneh dan jadi tak nyaman.

Sayangnya, malam berlalu begitu cepat, sebelum Emilia mendapatkan jawaban tentang undangan Hardin. Dia tak tahu untuk apa sang pemilik Rogers Farm tersebut menyuruhnya datang ke peternakan.

“Apakah aku boleh ikut, Bu?” tanya Blossom, yang melihat Emilia hendak menaiki sepeda.

“Sebaiknya, kau di rumah saja bersama Granny dan ….” Emilia menoleh kepada Grayson, yang berdiri di beranda.

“Bagaimana jika kita latihan mewarnai, Bee? Aku pandai menggambar dan membuat aneka bentuk dari kertas lipat,” cetus Grayson, menawarkan diri menjaga anak itu.

“Kedengarannya sangat menyenangkan, Bee. Kau bisa membuat burung, katak, dan banyak lagi. Setelah aku pulang, perlihatkan semua hasil karyamu,” timpal Emilia antusias.

“Apa kau akan lama di sana, Bu?” tanya Blossom lagi, yang berharap diajak sang ibunda.

Emilia menggeleng pelan. “Aku hanya sebentar. Lagi pula, aku masih punya banyak pekerjaan di sini.”

Blossom agak merengut. Namun, dia tidak berani membantah sang ibunda.

“Ini urusan orang dewasa. Lain kali akan kuajak kau jalan-jalan.”

Wajah merengut Blossom tiba-tiba berubah. Senyum lebar tergambar jelas di parasnya yang menggemaskan.

“Ya, sudah. Aku pergi dulu. Granny membuat pie apel. Masuklah.”

Blossom mengangguk, lalu melambaikan tangan. “Hati-hati, Bu!” serunya, berhubung Emilia sudah melaju pergi dengan mengendarai sepeda.

Emilia menoleh sekilas, seraya tersenyum. Setelah itu, dia kembali memusatkan perhatian ke depan, mengayuh sepeda yang setia menemani ke manapun dirinya pergi.

Ketika dalam perjalanan menuju Rogers Farm, pikiran Emilia terus dipenuhi berbagai pertanyaan yang semuanya tidak terjawab. Dia sangat penasaran dengan maksud Hardin menyuruhnya datang.

‘Apakah Hardin ingin membahas apa yang pernah terjadi di antara mereka?’

Tiba-tiba, muncul pertanyaan itu di benak Emilia. Mungkin saja, pengusaha asal London tersebut ingin memberikan penjelasan atau semacamnya.

“Aku tahu kau pria brengsek,” gumam Emilia, setelah tiba di depan rumah peternakan.

Penjaga pintu gerbang langsung mempersilakan Emilia masuk, tanpa harus ada izin dan membuat laporan tentang maksud kedatangannya ke sana.

Emilia makin keheranan. Namun, dia tak banyak bertanya. Emilia langsung masuk ke halaman, lalu memarkirkan sepeda di tempat di mana dulu pernah menyimpannya sewaktu datang rumah itu.

“Nyonya Olsen,” sapa Ethan, yang tanpa sengaja melintas tak jauh dari Emilia.

“Tuan Bailey,” balas Emilia agak kikuk. “Tuan Rogers menyuruhku datang kemari. Aku harus ke mana?”

Ethan tersenyum kalem, diiringi anggukan. “Mari. Ikuti aku,” ajaknya, seraya mengarahkan tangan ke depan.

Benak Emilia kembali dipenuhi pertanyaan, yang lagi-lagi tak mendapatkan jawaban. Dia ingin bertanya kepada Ethan, tetapi terlalu sungkan untuk melakukannya. Emilia memilih diam, mengurungkan niat tersebut.

“Kita akan ke mana?” tanya Emilia, berhubung Ethan tidak membawanya ke ruang kerja Hardin.

“Tuan Rogers ada di aula, Nyonya,” jawab Ethan, seraya menoleh sekilas sambil terus melangkah gagah di depan Emilia.

“Aula?” gumam Emilia, seraya menautkan alis. Dia kembali berpikir keras, untuk apa Hardin mengajaknya bertemu di aula.

“Silakan, Nyonya.” Ethan menghentikan langkah, kemudian berdiri menyamping sambil membukakan pintu untuk Emilia. “Masuklah.”

Emilia menatap ragu. Namun, dia tak ingin banyak bertanya. Dilangkahkannya kaki memasuki ruangan luas itu.

Setelah berada di dalam, Emilia sempat tertegun. Pasalnya, di sana ada beberapa warga yang dia kenal. Emilia kembali menautkan alis, seraya mengedarkan pandangan.

“Millie! Kemarilah,” ajak Maria, seraya melambaikan tangan.

Emilia segera menghampiri Maria, lalu duduk di sebelah sahabat dekatnya tersebut.

“Aku sengaja menjaga kursi ini untukmu,” ujar Maria, yang terlihat senang karena Emilia telah datang.

“Ta-tapi, untuk apa kita berkumpul di sini?” Emilia masih memperlihatkan raut tak mengerti.

“Semua yang datang kemari adalah atas undangan Tuan Rogers. Menurut Albert, dia akan membahas sesuatu tentang kerja sama.”

1
Evitha Junaedy
waduuh
Evitha Junaedy
luar biasa
Rahmawati
hmm, Grayson udah mulai curiga nih
Rahmawati
lanjuttt, ons lagi di pinggir danau🤭
Lusy Purnaningtyas
ditunggu next part.. ❤❤
Rahmawati
emilia jgn keseringan keluar malem malem, nanti Grayson curiga
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍
Nur Yuliastuti
🙈🙈🙈
Lusy Purnaningtyas
mau apa hayoo...
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍
Rahmawati
eve siapa lagi ini, mantan ato penagum doang
Rahmawati
hardin betah di peternakan karna menemukan hal baru terutama emilia
octa❤️
selalu penasaran dengan karya kak komalasari, karena karya2nya selalu menarik
Evitha Junaedy
lanjuuuut sll d nanti ni
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍😍
Evitha Junaedy
waduh adik tiri sengklek ni hati2 Hardin...
Rahmawati
nama ibunya hardin sama emilia
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍
Nur Yuliastuti
terimakasih up nya 🤗😍😍
Rahmawati
baru emilia seorang yg berani nampar hardin, makanya jgn main sosor aja, emilia bukan wanita muraahan
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!